Urutan Turunnya Surat Al-Lahab dalam Al-Qur'an

Visualisasi tema terkait tantangan dan api

Memahami Konteks Penurunan Wahyu

Setiap surat dalam Al-Qur'an memiliki kisah dan konteks spesifik mengenai kapan dan mengapa ia diturunkan. Urutan penulisan dalam mushaf sering kali berbeda dengan urutan kronologis penurunannya. Salah satu surat yang memiliki latar belakang peristiwa yang jelas adalah Surat Al-Lahab (surat ke-111 dalam susunan mushaf Utsmani).

Pertanyaan mengenai "surat Al-Lahab turun setelah surat" mengacu pada penempatan kronologisnya selama periode kenabian di Makkah. Para mufassir dan ahli asbabul nuzul (sebab-sebab turunnya ayat) sepakat bahwa Surat Al-Lahab diturunkan sebagai respons langsung terhadap permusuhan terang-terangan yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW, khususnya dari kerabat dekatnya sendiri.

Surat Al-Lahab dan Abu Lahab

Surat Al-Lahab, yang juga dikenal sebagai Al-Masad, merupakan salah satu surat terpendek dan sangat tegas dalam kecamannya. Surat ini secara spesifik ditujukan kepada Abu Lahab, paman Nabi Muhammad SAW, dan istrinya, Ummu Jamil. Penurunan ayat ini terjadi setelah seruan dakwah Nabi SAW semakin keras dan mulai mengancam status sosial serta ekonomi kaum Quraisy.

Setelah Nabi SAW naik ke Bukit Safa dan mengumpulkan orang-orang Quraisy untuk menyampaikan risalah tauhid, Abu Lahab adalah orang pertama yang bangkit dan mencela beliau dengan kata-kata yang sangat kasar. Kejadian inilah yang menjadi pemicu utama turunnya surat ini.

"Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Hartanya dan apa yang telah ia usahakan tidak akan berguna baginya. Dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak (neraka)." (QS. Al-Lahab: 1-5)

Kronologi Penurunan: Setelah Surat Apa?

Mengenai urutan persisnya, para ulama menempatkan Surat Al-Lahab di antara surat-surat awal yang diturunkan di Makkah. Meskipun penomoran di mushaf modern menempatkannya di urutan ke-111, urutan turunnya sangat awal.

Secara kronologis, Al-Lahab turun setelah surat-surat awal yang sangat fundamental, seperti Surat Al-Muddatsir dan Al-Muzzammil, yang juga berisi teguran keras dan perintah untuk berdakwah secara terbuka. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa ketika Nabi mulai berdakwah secara terang-terangan, respons negatif yang paling keras datang dari kerabat terdekat. Al-Lahab adalah pengejawantahan penolakan tersebut.

Beberapa sumber menyebutkan bahwa Surat Al-Lahab turun setelah Surat Al-Kafirun (berdasarkan konteks ibadah) atau bahkan beberapa surat pendek lainnya yang menyinggung tentang keesaan Allah. Namun, yang paling penting adalah ia muncul segera setelah Nabi diperintahkan untuk menyatakan permusuhan secara terbuka kepada para penentangnya. Ini menegaskan bahwa Al-Lahab bukanlah surat yang diturunkan belakangan, melainkan bagian dari gelombang awal teguran ilahi terhadap kemusyrikan.

Perbedaan Urutan Mushaf dan Kronologi Wahyu

Penting untuk ditekankan bahwa urutan ayat dan surat dalam Al-Qur'an yang kita baca saat ini (Mushaf Utsmani) adalah urutan tawqifi (berdasarkan penetapan Ilahi melalui Jibril kepada Nabi SAW pada akhir masa kenabian), bukan urutan kronologis penurunannya. Banyak surat awal Makkah yang berada di Juz akhir, dan banyak surat Madaniyah yang berada di awal juz.

Jika kita melihat urutan turunnya, surat yang berkaitan dengan konflik pribadi dan penolakan keras dari kaum kerabat cenderung turun lebih awal begitu dakwah mulai dilakukan secara eksplisit, seperti Al-Lahab. Setelah peristiwa di Safa tersebut, turunlah surat ini sebagai peringatan langsung terhadap Abu Lahab, menegaskan bahwa pembelaan terhadap kebenaran terkadang harus mengorbankan hubungan kekerabatan duniawi.

Kesimpulannya, Surat Al-Lahab turun pada fase awal kenabian di Makkah, setelah Nabi Muhammad SAW mulai menyerukan tauhid secara terbuka kepada kaum Quraisy, dan spesifik sebagai respons atas penolakan keras dari Abu Lahab. Urutan turunnya ini menjadikannya salah satu penanda awal dimulainya konfrontasi terbuka antara Islam dan para penentangnya.

🏠 Homepage