Surat Al-Lail (Malam) Ayat 1-11

Pengantar Singkat

Surat Al-Lail (الحبل), yang berarti "Malam", adalah surat ke-92 dalam urutan mushaf Al-Qur'an. Surat ini tergolong Makkiyah, diturunkan sebelum Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah. Surat ini mengandung sumpah-sumpah agung Allah SWT yang menegaskan perbedaan jalan hidup manusia serta konsekuensi dari setiap pilihan tersebut, baik itu kedermawanan maupun kekikiran.

Fokus utama dari ayat 1 hingga 11 adalah pada perbedaan kontras antara orang yang bermurah hati dan bertakwa kepada Allah, serta orang yang kikir dan merasa cukup dengan dirinya sendiri. Setiap ayat merupakan penegasan tentang kebenaran janji Allah.

Keheningan Malam Al-Lail

Bacaan Surat Al-Lail Ayat 1-11 (Latin)

Berikut adalah lafal (bacaan) Surat Al-Lail dari ayat pertama hingga kesebelas dalam format Latin.

1. Wallayli idza yaghsya
Demi malam apabila ia menyelimuti (dengan kegelapan),
2. Wannahari idza tajalla
dan siang apabila ia terang benderang,
3. Wama khalaqadz-dzakara wal-untsa
dan (demi) dzat yang menciptakan laki-laki dan perempuan,
4. Inna sa'yakum lasattaa
sesungguhnya usaha kamu itu sungguh bermacam-macam.
5. Fa ammaa man a'tha wattaqa
Maka barangsiapa yang memberikan hartanya dan bertakwa,
6. Wa saddaqa bil-husna
dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga),
7. Fanu yassiruhu lil-yusra
maka kelak Kami akan memudahkan baginya jalan menuju kemudahan (kebahagiaan).
8. Wa ammaa man bakhela wasta'na
Dan adapun orang yang kikir dan merasa dirinya cukup,
9. Wa kadzdzaba bil-husna
serta mendustakan pahala yang terbaik (surga),
10. Fanu yassiruhu lil-'usra
maka kelak Kami akan memudahkan baginya jalan menuju kesulitan (kesengsaraan).
11. Wama tughni 'anhu maaluhoo idza taradda
Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa.

Pelajaran Utama Ayat 1-11

Sumpah Allah pada ayat-ayat awal (malam yang menyelimuti dan siang yang benderang) menunjukkan kekuasaan-Nya yang luas dan sifatnya yang kontras dalam menciptakan. Kemudian, Allah bersumpah atas penciptaan laki-laki dan perempuan, yang mengarah pada inti permasalahan: perbedaan dalam upaya (sa'y) manusia.

Dua Jalan Kehidupan

Ayat 5 hingga 10 membagi manusia menjadi dua kategori ekstrem:

  1. Orang yang Bertakwa dan Dermawan (Ayat 5-7): Jalan menuju kemudahan (al-yusra) diberikan kepada mereka yang menginfakkan hartanya di jalan Allah (kedermawanan) dan membenarkan janji balasan terbaik dari Allah (keyakinan). Bagi mereka, Allah menjamin kemudahan di dunia dan akhirat.
  2. Orang yang Kikir dan Sombong (Ayat 8-10): Sebaliknya, bagi mereka yang menimbun hartanya karena merasa tidak membutuhkan pertolongan Allah (kesombongan/merasa cukup), Allah menjanjikan jalan menuju kesulitan (al-'usra). Kesulitan ini adalah konsekuensi logis dari penolakan mereka terhadap kebenaran.

Ayat 11 menjadi penutup yang tegas: segala harta kekayaan yang dikumpulkan di dunia tidak akan berguna sedikit pun ketika kematian datang menjemput. Fokus utama yang ditekankan adalah pada tindakan kebajikan yang dilakukan dengan hati yang ikhlas dan penuh ketakwaan, bukan pada akumulasi materi semata. Pemahaman mendalam terhadap ayat-ayat ini mendorong umat Muslim untuk senantiasa bersikap dermawan dan mempersiapkan bekal terbaik untuk kehidupan setelah kematian.

🏠 Homepage