Keagungan Sumpah di Surat Al-Lail Ayat 1-5

Simbol Malam dan Ketenangan

Surat Al-Lail (Malam) adalah salah satu surat pendek namun sarat makna dalam Al-Qur'an, menempati urutan ke-92 dalam mushaf. Ayat-ayat awal surat ini, khususnya ayat 1 hingga 5, dibuka dengan sumpah-sumpah agung Allah SWT. Sumpah ini bukan sekadar retorika, melainkan penekanan mendalam terhadap kebesaran ciptaan-Nya dan hukum universal yang Ia tetapkan bagi kehidupan manusia.

Teks dan Terjemahan Ayat 1-5 Al-Lail

Ayat 1

وَٱلَّيْلِ إِذَا يَغْشَىٰ

Demi malam apabila telah gelap gulita,

Ayat 2

وَٱلنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّىٰ

dan demi siang apabila terang benderang,

Ayat 3

وَمَا خَلَقَ ٱلذَّكَرَ وَٱلْأُنثَىٰٓ

dan demi Tuhan yang menciptakan laki-laki dan perempuan,

Ayat 4

إِنَّ سَعْيَكُمْ لَشَتَّىٰ

sesungguhnya usaha kamu benar-benar berlainan.

Ayat 5

فَأَمَّا مَنْ أَعْطَىٰ وَٱتَّقَىٰ

Adapun orang yang memberikan hartanya dan bertakwa,

Makna Sumpah Allah SWT

Pembukaan surat ini menggunakan metode sumpah (qasam) yang merupakan cara khas Al-Qur'an untuk menarik perhatian pendengar atau pembaca pada sebuah kebenaran penting. Allah SWT bersumpah dengan tiga hal utama di alam semesta dan dalam eksistensi manusia itu sendiri.

1. Sumpah dengan Malam dan Siang

Ayat 1 dan 2 berfokus pada siklus kosmik yang menakjubkan: malam ketika kegelapan menyelubungi bumi (يَغْشَىٰ - *yaghsha*), dan siang ketika cahaya menyebar luas (تَجَلَّىٰ - *tajalla*). Kedua fenomena ini adalah bukti kekuasaan Allah yang Maha Kuasa dalam mengatur alam. Malam memberikan ketenangan, istirahat, dan waktu untuk kontemplasi, sementara siang memberikan kesempatan untuk beraktivitas, mencari rezeki, dan beribadah dengan jelas. Kontras antara keduanya menunjukkan keseimbangan sempurna dalam ciptaan-Nya.

2. Sumpah dengan Penciptaan Laki-laki dan Perempuan

Ayat 3, "dan demi Tuhan yang menciptakan laki-laki dan perempuan," membawa sumpah tersebut ke ranah biologi dan eksistensi manusia. Penciptaan dua jenis kelamin yang saling melengkapi ini adalah tanda kekuasaan ilahi. Dalam perbedaan jenis ini terdapat tujuan besar, yaitu kelangsungan hidup spesies manusia dan pembagian peran dalam membangun peradaban. Ini adalah isyarat bahwa perbedaan ciptaan harus dihormati dan dihargai.

Inti Pesan: Usaha Manusia yang Berbeda (Ayat 4)

Setelah bersumpah dengan fenomena alam dan penciptaan manusia, Allah SWT menegaskan inti permasalahannya dalam ayat 4: إِنَّ سَعْيَكُمْ لَشَتَّىٰ (Sesungguhnya usaha kamu benar-benar berlainan).

Kata *syatta* (berlainan) di sini merujuk pada perbedaan fundamental dalam cara manusia menjalani hidup mereka dan tujuan akhir dari usaha mereka. Meskipun semua manusia melakukan usaha (amal), namun kualitas, niat, dan dampaknya sangat bervariasi. Ada yang usahanya didasari oleh ketamakan duniawi, kesombongan, atau sekadar mengikuti hawa nafsu. Sebaliknya, ada pula usaha yang didasari oleh ketaqwaan, keikhlasan, dan orientasi menuju keridhaan Ilahi.

Perbedaan usaha inilah yang menentukan hasil akhir di akhirat. Allah SWT tidak menilai kuantitas usaha, melainkan kualitas dan motivasi di baliknya. Ayat ini mempersiapkan pendengar untuk mendengarkan konsekuensi dari dua jalur usaha yang kontras tersebut, yang kemudian dijelaskan secara rinci pada ayat-ayat selanjutnya (ayat 6 dan seterusnya).

Arah Usaha yang Diberkahi (Ayat 5)

Ayat 5 memulai pembedaan tersebut dengan menyebutkan golongan pertama: فَأَمَّا مَنْ أَعْطَىٰ وَٱتَّقَىٰ (Adapun orang yang memberikan hartanya dan bertakwa).

Ayat ini menyoroti dua pilar utama kebaikan seorang Muslim: Infak (memberi) dan Taqwa (bertakwa). Memberi di sini umumnya diartikan sebagai mengeluarkan harta di jalan Allah (sedekah, zakat), yang merupakan ujian nyata bagi keimanan seseorang. Apakah ia rela melepaskan kepemilikan duniawi demi kebahagiaan ukhrawi? Tindakan memberi ini harus seiring dengan ketakwaan, yaitu menjaga diri dari perbuatan yang dilarang dan menjalankan perintah Allah.

Dengan demikian, lima ayat pertama Al-Lail berfungsi sebagai pengantar yang kuat, mengingatkan manusia tentang kebesaran Sang Pencipta yang mengatur siang dan malam, serta perbedaan mendasar dalam orientasi hidup manusia. Ini adalah panggilan untuk merefleksikan kembali usaha kita sehari-hari: apakah kita sedang berjalan di jalur orang yang memberi dan bertakwa, atau sebaliknya?

🏠 Homepage