Surat Al-Lail (Malam) Ayat 1-7 Beserta Artinya

Simbol Malam dan Cahaya Representasi visual dari malam yang gelap dan cahaya yang muncul, sesuai dengan tema Surat Al-Lail.

Teks dan Terjemahan Ayat 1-7

وَٱلَّيْلِ إِذَا يَغْشَىٰ 1
Demi malam apabila menutupi (segala sesuatu),
وَٱلنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّىٰ 2
dan siang apabila terang benderang,
وَمَا خَلَقَ ٱلذَّكَرَ وَٱلْأُنثَىٰ 3
dan penciptaan laki-laki dan perempuan,
إِنَّ سَعْيَكُمْ لَشَتَّىٰ 4
sesungguhnya usahamu itu sungguh bermacam-macam.
فَأَمَّا مَنْ أَعْطَىٰ وَٱتَّقَىٰ 5
Adapun orang yang memberikan hartanya dan bertakwa,
وَصَدَّقَ بِٱلْحُسْنَىٰ 6
dan membenarkan adanya (balasan) yang terbaik (Al-Husna),
فَسَنُيَسِّرُهُۥ لِلْيُسْرَىٰ 7
maka kelak akan Kami mudahkan baginya jalan kemudahan.

Penjelasan Singkat Surat Al-Lail Ayat 1-7

Surat Al-Lail (Malam), yang merupakan surat ke-92 dalam urutan mushaf, dibuka dengan serangkaian sumpah yang sangat kuat dari Allah SWT. Sumpah ini berfungsi untuk menarik perhatian pendengar atau pembaca terhadap kebenaran yang akan disampaikan setelahnya. Ayat 1 hingga 4 menampilkan tiga objek sumpah yang menunjukkan dua ekstrem dalam ciptaan Allah: Malam dan Siang (dua fase waktu yang kontras), serta Laki-laki dan Perempuan (dua jenis manusia).

Sumpah dan Perbedaan Usaha (Ayat 1-4)

"Demi malam apabila menutupi (segala sesuatu)" (Ayat 1). Malam di sini bersumpah atas sifatnya yang menenangkan, menyelimuti kegelapan, dan memberikan jeda bagi makhluk untuk beristirahat. Kemudian diikuti sumpah "demi siang apabila terang benderang" (Ayat 2), yang melambangkan aktivitas, cahaya, dan usaha mencari rezeki. Kedua fenomena alam yang berpasangan ini menunjukkan keteraturan ilahi yang mutlak.

Allah SWT bersumpah pula atas "penciptaan laki-laki dan perempuan" (Ayat 3). Keragaman jenis kelamin ini adalah bagian dari rencana besar-Nya. Setelah bersumpah atas semua ciptaan agung ini, Allah SWT menyimpulkan maksud sumpah tersebut pada Ayat 4: "sesungguhnya usahamu itu sungguh bermacam-macam." Ini adalah inti dari bagian awal surat ini. Manusia memiliki tujuan dan cara hidup yang berbeda-beda; ada yang berorientasi duniawi semata, ada pula yang berorientasi akhirat.

Jalan Kemudahan dan Kesulitan (Ayat 5-7)

Setelah menetapkan bahwa ada perbedaan dalam orientasi hidup manusia, Allah SWT mulai membagi manusia menjadi dua kelompok utama berdasarkan pilihan mereka. Kelompok pertama adalah mereka yang memilih jalan kebaikan.

"Adapun orang yang memberikan hartanya dan bertakwa" (Ayat 5). Memberi di sini tidak hanya berarti zakat wajib, tetapi juga sedekah sunah (infaq) secara umum. Kunci dari pemberian ini adalah ketakwaan; yaitu niat yang murni karena Allah dan menjauhkan diri dari dosa. "dan membenarkan adanya (balasan) yang terbaik (Al-Husna)" (Ayat 6). Al-Husna diartikan sebagai pahala terbaik, surga, atau janji Allah yang paling baik. Mereka membenarkan janji surga dan hari pembalasan.

Hasil dari tindakan mulia ini dijanjikan secara langsung di akhir ayat ini: "maka kelak akan Kami mudahkan baginya jalan kemudahan" (Ayat 7). Jalan kemudahan ini mencakup kemudahan dalam melakukan kebaikan di dunia, kemudahan menghadapi kesulitan hidup, hingga kemudahan saat sakaratul maut, di padang mahsyar, dan saat memasuki surga. Sebaliknya, orang yang kikir dan mendustakan akan dipermudah jalannya menuju kesulitan. Ayat-ayat ini memberikan motivasi kuat bagi Muslim untuk mengutamakan kedermawanan dan ketakwaan di tengah perbedaan tujuan hidup manusia.

🏠 Homepage