Kajian Mendalam Surat Al-Lail Ayat 2

Kekuatan Alam Semesta

(Ilustrasi Sumpah Allah atas Kegelapan Malam)

Teks dan Terjemahan Surat Al-Lail Ayat 2

وَٱلَّيْلِ إِذَا يَغْشَىٰ
"Demi malam apabila telah menutupi (segala sesuatu),"

Ayat kedua dari Surat Al-Lail (Surat ke-92 dalam Al-Qur'an) ini merupakan bagian dari serangkaian sumpah agung yang diucapkan oleh Allah SWT. Sumpah ini mendahului inti pembahasan surat, yang berbicara tentang perbedaan jalan hidup manusia—jalan menuju kebajikan dan jalan menuju kesengsaraan—serta janji balasan bagi masing-masing jalan tersebut. Ayat ini secara spesifik mengawali sumpah tersebut dengan merujuk pada fenomena alam yang sangat fundamental: malam hari.

Kata kunci dalam ayat ini adalah "Demi malam apabila telah menutupi (segala sesuatu)" (وَٱلَّيْلِ إِذَا يَغْشَىٰ - *Wal-laili idza yaghsha*). Kata "yaghsha" berasal dari akar kata yang berarti meliputi, menutupi, atau menyelimuti. Ketika malam tiba, ia menyelimuti bumi, menghilangkan warna-warna terang hari, dan memberikan ketenangan serta kegelapan yang menyeluruh.

Makna Filosofis dan Spiritual dari Sumpah Malam

Dalam tradisi Islam dan dalam banyak ayat Al-Qur'an lainnya, malam memiliki kedalaman makna yang melampaui sekadar pergantian waktu. Sumpah Allah terhadap malam ini mengandung beberapa implikasi penting bagi perenungan manusia.

1. Kekuasaan Mutlak Tuhan atas Alam

Dengan bersumpah menggunakan fenomena alam yang universal, Allah menegaskan kekuasaan-Nya yang tak tertandingi. Malam datang bukan atas kehendak manusia, melainkan atas ketetapan-Nya. Begitu malam menutupi segalanya, segala aktivitas duniawi cenderung berhenti, dan alam raya tunduk pada pergantian siklus yang telah ditetapkan. Ini mengingatkan bahwa kekuatan yang mengatur kosmos jauh lebih besar daripada kekuatan manusia.

2. Kontras Kehidupan dan Ketenangan

Malam hari seringkali melambangkan suasana hening dan kesunyian. Dalam kegelapan ini, manusia diingatkan untuk berhenti dari hiruk pikuk duniawi yang seringkali menyibukkan mereka dari mengingat Pencipta. Kegelapan malam menyediakan kanvas bagi kontemplasi spiritual. Ini adalah waktu yang ideal untuk beribadah, seperti shalat malam (Tahajjud), di mana keikhlasan seorang hamba lebih mudah teruji karena tidak ada mata manusia yang melihat selain mata Allah.

3. Pengingat akan Keadilan Ilahi

Surat Al-Lail secara keseluruhan membahas tentang pertanggungjawaban amal. Malam yang menutupi kegelapan bisa dianalogikan sebagai masa ujian atau kesempatan untuk menyembunyikan perbuatan baik (atau buruk) dari pandangan manusia. Namun, meskipun malam menutupi dari mata manusia, ia tidak menutupi dari Dzat yang bersumpah atasnya. Ayat ini secara halus menanamkan kesadaran bahwa setiap tindakan akan dilihat, terlepas dari terang atau gelapnya waktu.

Keterkaitan dengan Ayat Setelahnya

Sumpah ini menjadi fondasi bagi janji-janji yang disebutkan pada ayat-ayat berikutnya. Setelah bersumpah atas malam yang menutupi, Allah SWT melanjutkan sumpah-Nya pada ayat ketiga dengan bersumpah atas siang hari yang terang benderang (وَٱلنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّىٰ - *Wannahaari idza tajalla*). Kontras antara malam dan siang ini menekankan totalitas kekuasaan-Nya atas waktu dan keadaan.

Rangkaian sumpah ini memiliki tujuan utama: memperkuat kebenaran pesan yang disampaikan. Ketika Allah bersumpah atas dua tanda eksistensi-Nya yang paling jelas—pergantian malam dan siang—maka pesan tentang perbedaan nasib orang yang bertakwa dan orang yang durhaka menjadi sangat kuat dan tidak terbantahkan.

Oleh karena itu, memahami Surat Al-Lail ayat 2 bukan hanya sekadar menghafal terjemahan, melainkan meresapi makna bahwa di balik setiap kegelapan yang menyelimuti, ada sebuah pengawasan dan rencana ilahi yang agung, yang puncaknya adalah pertanggungjawaban amal perbuatan kita di hadapan Sang Pencipta.

🏠 Homepage