Dalam lembaran Al-Qur'an yang penuh hikmah, setiap ayat memiliki bobot dan makna yang mendalam. Salah satu ayat yang sering menjadi fokus pembahasan mengenai konsep balasan dan pertanggungjawaban adalah Surat Al-Lail ayat 4. Ayat ini secara lugas menghubungkan tindakan nyata yang kita lakukan di dunia dengan hasil akhir yang akan kita terima di akhirat.
Surat Al-Lail (Malam Hari) adalah surat Makkiyah yang menekankan perbedaan fundamental antara jalan orang yang beriman dan jalan orang yang kafir, serta konsekuensi dari pilihan jalan tersebut. Ayat 1 sampai 3 telah bersumpah demi malam yang gelap gulita, siang yang terang benderang, dan penciptaan laki-laki serta perempuan. Semua sumpah ini berfungsi sebagai landasan bagi penegasan yang terdapat dalam Surat Al-Lail ayat 4.
Ayat ini adalah janji ilahi yang sangat menguatkan. Setelah pembahasan mengenai keberagaman cara manusia dalam menjalani hidup—ada yang menginfakkan hartanya di jalan kebaikan, ada pula yang kikir karena merasa cukup—Allah SWT menegaskan bahwa ada balasan agung yang disediakan. Kata kunci di sini adalah "pasti" atau "sesungguhnya" (inna) dan "pahala yang tidak akan putus" (lajran la-munqati'a).
Frasa Surat Al-Lail ayat 4 yang paling menonjol adalah jaminan bahwa pahala itu tidak terputus. Dalam kehidupan dunia, segala kenikmatan dan keberhasilan kita sifatnya fana. Kekayaan bisa hilang, kesehatan bisa menurun, bahkan pujian manusia pun akan sirna seiring berjalannya waktu. Namun, pahala yang dijanjikan Allah bagi mereka yang beramal saleh adalah pahala abadi.
Siapa yang dimaksud dengan "orang-orang yang beramal saleh" (الَّذِينَ عَمِلُوا)? Para mufassir menjelaskan bahwa amal saleh di sini tidak terbatas hanya pada ibadah ritual semata (shalat, puasa, zakat). Konteks surat ini, terutama ayat-ayat sebelumnya yang membahas infak dan ketakwaan, menunjukkan bahwa amal saleh mencakup seluruh spektrum perbuatan baik yang didasari oleh ketulusan kepada Allah. Ini termasuk sikap dermawan kepada fakir miskin, menegakkan keadilan, menjaga lisan, dan menjalankan setiap kewajiban dengan ihsan (kebaikan yang sempurna).
Inti dari ayat ini adalah motivasi. Allah SWT ingin menunjukkan bahwa pengorbanan yang dilakukan di dunia, sekecil apapun bentuknya, selama dilakukan semata-mata karena ketaatan kepada-Nya, akan dibalas dengan sesuatu yang jauh melampaui nilainya di dunia, yaitu kenikmatan abadi di akhirat. Ini adalah imbalan yang tidak lekang dimakan waktu, tidak terpengaruh oleh kesulitan hidup, dan merupakan puncak dari segala pencapaian.
Untuk memahami keindahan Surat Al-Lail ayat 4 secara utuh, kita perlu melihat kelanjutannya. Setelah menjanjikan pahala abadi, Allah SWT membedakan tipe orang yang akan mendapatkan pahala tersebut. Ayat selanjutnya (Ayat 5) menjelaskan bahwa balasan tersebut adalah untuk orang yang "mengikuti keridhaan Allah." Ini menegaskan kembali bahwa motivasi (niat) adalah penentu utama diterimanya sebuah amal.
Sebaliknya, bagi mereka yang bersikap kikir dan menganggap diri cukup (Ayat 8-10), ancamannya adalah kesulitan dan kesengsaraan. Kontras antara janji pahala yang tidak terputus ini dan ancaman kesulitan hidup menunjukkan adanya sistem keseimbangan universal yang diterapkan Allah SWT. Jalan ketakwaan membuka pintu rezeki abadi, sementara jalan keserakahan menutup pintu kebahagiaan sejati.
Memahami Surat Al-Lail ayat 4 harus mendorong seorang Muslim untuk senantiasa proaktif dalam berbuat baik. Ketika kita dihadapkan pada pilihan untuk bersedekah padahal kita sedang membutuhkan, atau ketika kita harus memilih antara jalan yang mudah namun salah melawan jalan yang sulit namun benar, ayat ini menjadi pengingat bahwa hasil akhir dari perjuangan tersebut adalah pahala yang kekal.
Ini menumbuhkan sikap sabar dan teguh hati. Tantangan terbesar dalam beramal saleh adalah ekspektasi terhadap hasil instan. Ayat ini mengajarkan kesabaran tingkat tinggi: kita menanam kebaikan hari ini, namun panennya baru akan terlihat di negeri keabadian. Dengan kesadaran ini, seorang mukmin akan termotivasi untuk menjaga kualitas amalannya, memastikan bahwa tindakannya bukan hanya terlihat baik di mata manusia, tetapi juga diterima di sisi Allah SWT, demi meraih Surat Al-Lail ayat 4: pahala yang tak pernah berakhir.
Renungan mendalam terhadap ayat ini adalah kunci menuju ketenangan jiwa dalam menghadapi dinamika duniawi.