Surat Al-Qadr, atau dikenal juga sebagai Surat Inna Anzalnahu, adalah salah satu surat pendek namun memiliki kedalaman makna yang luar biasa dalam Al-Qur'an. Surat ini secara spesifik berbicara mengenai malam yang lebih mulia daripada seribu bulan: Malam Lailatul Qadr. Pemahaman mendalam terhadap setiap ayatnya, termasuk surat al qadr ayat 2, membuka jendela menuju rahmat dan keberkahan tak terbatas dari Allah SWT.
Ayat kedua dari surat ini adalah inti penjelasan tentang kapan peristiwa agung tersebut terjadi. Memahami konteks ayat ini sangat penting untuk mengaitkannya dengan seluruh rangkaian peristiwa turunnya Al-Qur'an.
Teks dan Terjemahan Surat Al-Qadr Ayat 2
Ayat pertama ini langsung menetapkan inti pembahasan: penurunan Al-Qur'an. Namun, surat al qadr ayat 2 kemudian mempertegas kedudukan waktu tersebut.
Memahami Ayat Kedua: "Wa Ma Adraaka Ma Laylatul Qadr?"
Ayat kedua Surat Al-Qadr adalah:
Penggunaan frasa retoris "Wa Ma Adraaka" (Dan tahukah kamu?) adalah gaya bahasa khas Al-Qur'an yang digunakan untuk menarik perhatian pembaca atau pendengar secara mendalam terhadap suatu hal yang memiliki kedudukan luar biasa. Pertanyaan retoris ini bukan sekadar meminta jawaban, melainkan menegaskan bahwa kemuliaan Malam Al-Qadr melampaui pemahaman akal manusia biasa.
Penekanan atas Keagungan
Ketika Allah SWT bertanya, "Dan tahukah kamu apakah Malam Al-Qadr itu?", tujuannya adalah untuk mempersiapkan jiwa kita menerima jawaban pada ayat-ayat berikutnya yang menjelaskan betapa dahsyatnya malam tersebut. Ini adalah isyarat bahwa malam ini bukanlah malam biasa yang bisa disamakan dengan malam-malam lainnya sepanjang tahun.
Dalam tradisi tafsir, pertanyaan ini berfungsi untuk mengagungkan objek yang ditanyakan. Jika manusia biasa saja akan terkesima ketika ditanya tentang hal yang sangat penting, apalagi jika yang bertanya adalah Sang Pencipta Semesta. Penekanan ini membangun antisipasi spiritual yang tinggi bagi umat Islam yang berupaya mencari malam tersebut di sepuluh hari terakhir Ramadan.
Kaitan dengan Ayat Sebelumnya
Ayat pertama menyatakan fakta bahwa Al-Qur'an diturunkan saat itu. Ayat kedua kemudian mempertanyakan pemahaman kita tentang waktu tersebut. Keduanya saling melengkapi. Penurunan Al-Qur'an adalah peristiwa terbesar dalam sejarah kenabian, dan Malam Al-Qadr adalah waktu terjadinya peristiwa tersebut. Oleh karena itu, waktu itu sendiri menjadi sangat istimewa.
Keutamaan yang Dijelaskan Selanjutnya
Setelah membangun rasa penasaran dan kekaguman melalui surat al qadr ayat 2, Allah SWT melanjutkan penjelasannya pada ayat ketiga:
"Malam Al-Qadr itu lebih baik dari seribu bulan." (QS. Al-Qadr: 3)
Skala perbandingan ini benar-benar luar biasa. Seribu bulan setara dengan sekitar 83 tahun lebih. Melakukan ibadah di malam ini menghasilkan pahala yang melampaui usia hidup kebanyakan manusia, jika mereka mengabdikan diri selama itu tanpa Lailatul Qadr.
Ketenangan dan Turunnya Malaikat
Keistimewaan lain yang disebutkan adalah turunnya para malaikat beserta Jibril: "Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk membawa semua urusan." (QS. Al-Qadr: 4). Kehadiran malaikat dalam jumlah besar, termasuk pemimpin mereka, Jibril, menunjukkan betapa padatnya keberkahan yang membanjiri bumi pada malam tersebut.
Bagi seorang Muslim, menghidupkan malam Lailatul Qadr dengan salat, zikir, membaca Al-Qur'an, dan berdoa adalah investasi spiritual terbesar. Walaupun tanggal pastinya dirahasiakan oleh Allah SWT, mayoritas ulama meyakini bahwa malam tersebut jatuh pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan.
Dengan memahami penekanan pada surat al qadr ayat 2, kita diajak untuk tidak meremehkan waktu-waktu tersebut, tetapi justru menyambutnya dengan persiapan ruhani yang maksimal. Malam itu adalah malam rahmat, pengampunan, dan penentuan takdir tahunan yang sarat dengan kebaikan.