Malam Al-Qadr (Ayat 97)

Pengantar Kemuliaan Malam Al-Qadr

Surat Al-Qadr, yang terletak pada urutan ke-97 dalam Mushaf Al-Qur'an, adalah surat yang sangat singkat namun sarat makna mendalam. Surat ini secara eksplisit menjelaskan keagungan satu malam spesifik dalam bulan Ramadan, yaitu Malam Lailatul Qadr, yang sering diterjemahkan sebagai Malam Ketetapan atau Malam Kemuliaan.

Fokus utama surat ini, yang puncaknya ada pada ayat terakhir, adalah menegaskan superioritas Malam Al-Qadr atas seribu bulan. Pemahaman terhadap ayat-ayat ini krusial bagi setiap Muslim yang mendambakan keberkahan dan ampunan ilahi.

QADR

Teks Arab dan Terjemahan Ayat 97 (Al-Qadr)

Surat Al-Qadr terdiri dari lima ayat. Ayat yang menjadi inti pembahasan keutamaan malam ini adalah ayat terakhir:

سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلِعِ الْفَجْرِ

Terjemahan: Salam sejahtera (malam itu) hingga terbit fajar.

Penjelasan Detail

Ayat kelima ini menutup rangkaian penjelasan tentang keajaiban Malam Al-Qadr. Setelah dijelaskan bahwa malam itu lebih baik dari seribu bulan, Al-Qadr diakhiri dengan pernyataan damai: "Salamun hiya hatta matla'il fajr."

Kata "Salamun" (سَلَامٌ) memiliki makna yang sangat luas. Ini bukan sekadar ucapan salam, melainkan sebuah keadaan. Pada malam tersebut, para malaikat turun ke bumi membawa kedamaian, rahmat, dan keberkahan. Keadaan damai ini meliputi segala aspek kehidupan; tidak ada kegelisahan, tidak ada kesulitan, dan yang paling utama, tidak ada keputusan buruk yang ditetapkan bagi hamba Allah yang beribadah di malam itu.

Pernyataan "hingga terbit fajar" (حَتَّىٰ مَطْلِعِ الْفَجْرِ) memberikan batas waktu yang jelas. Keistimewaan dan limpahan rahmat ini berlangsung secara berkelanjutan sejak Maghrib hingga waktu Salat Subuh tiba. Ini adalah periode emas yang diberikan Allah SWT bagi umat Nabi Muhammad SAW, sebuah peluang untuk mendapatkan pahala yang melampaui amalan 83 tahun lebih.

Implikasi Spiritual Ayat Terakhir

Ayat ke-97 (Al-Qadr ayat 5) berfungsi sebagai penutup yang menenangkan sekaligus memotivasi. Setelah mendengar betapa beratnya beban pahala yang bisa diraih, ayat ini memastikan bahwa jalan meraihnya dihiasi dengan ketenangan.

Bagi seorang Muslim, ini berarti bahwa upaya mencari Lailatul Qadr harus dilakukan dengan hati yang tenteram dan niat yang tulus. Mengamalkan ibadah seperti shalat, membaca Al-Qur'an, berdzikir, dan beristighfar pada malam tersebut diyakini akan dipenuhi keberkahan ilahi. Keadaan "salam" ini adalah undangan langsung dari Allah agar kita memanfaatkan setiap detik malam tersebut dalam ketaatan, menjauhkan diri dari kegaduhan duniawi.

Para ulama menekankan bahwa karena kemuliaan malam ini dirahasiakan oleh Allah, seorang Mukmin didorong untuk menghidupkan sepuluh malam terakhir Ramadan secara intensif. Penghargaan tertinggi—kedamaian abadi dan kedekatan dengan Sang Pencipta—terkunci dalam rentang waktu singkat antara terbenamnya matahari hingga terbitnya fajar pada malam yang penuh rahmat tersebut.

🏠 Homepage