Surat Al-Ikhlas, yang memiliki nama lain Qul Huwallahu Ahad, adalah salah satu surat terpendek namun memiliki kedudukan yang sangat agung dalam Al-Qur'an. Terletak pada Juz Amma (Juz ke-30), surat ke-112 ini terdiri dari empat ayat singkat yang padat makna. Rasulullah ﷺ pernah bersabda bahwa membacanya setara dengan sepertiga Al-Qur'an, sebuah penegasan betapa pentingnya pemahaman mendalam terhadap tauhid yang terkandung di dalamnya.
Nama Al-Ikhlas sendiri berarti "Memurnikan" atau "Ketulusan". Surat ini menjadi penegasan eksklusif mengenai Keesaan Allah (Tauhid Rububiyyah dan Uluhiyyah) tanpa sedikit pun keraguan atau persekutuan. Surat ini diturunkan sebagai jawaban langsung atas pertanyaan orang-orang musyrik atau Ahli Kitab yang ingin mengetahui hakikat dan nasab Allah SWT.
Inti dari keimanan seorang Muslim dijelaskan dalam ayat-ayat berikut:
Makna: Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa (Ahad)." Ayat ini adalah penegasan fundamental tentang tauhid yang tidak dapat diganggu gugat.
Makna: "Allah tempat bergantung segala sesuatu." As-Shamad berarti zat yang kepadanya semua makhluk bergantung untuk memenuhi kebutuhan mereka, sementara Dia sendiri tidak bergantung kepada siapapun.
Makna: "Allah tidak beranak dan tiada pula diperanakkan." Ayat ini menolak konsep ketuhanan yang memiliki keturunan, sebuah bantahan keras terhadap keyakinan politeistik dan sebagian ajaran Ahli Kitab.
Makna: "Dan tidak ada seorangpun yang menyamai Dia." Ini adalah penutup yang sempurna, menegaskan kemutlakan keunikan Allah SWT; tidak ada yang setara, sebanding, atau serupa dengan-Nya dalam segala aspek keilahian.
Mengapa Rasulullah ﷺ memberikan predikat sepertiga Al-Qur'an kepada surat yang begitu ringkas? Jawabannya terletak pada fokusnya yang murni pada Sifat-sifat Allah (Asma'ul Husna) yang paling mendasar. Surat Al-Ikhlas mengajarkan kita cara mengenal Tuhan kita secara benar.
Surat ini memurnikan konsep ketuhanan dari segala macam ilusi dan kesyirikan. Dalam masyarakat jahiliyah yang menyembah berhala, dewa-dewi dengan hubungan kekerabatan, atau bahkan mengakui adanya tuhan-tuhan kecil, Surat Al-Ikhlas datang sebagai penyejuk yang menyatakan bahwa Tuhan yang wajib disembah adalah Tunggal, Mutlak, dan tidak memerlukan apapun. Membaca surat ini adalah bentuk ibadah yang paling murni, yaitu tauhid.
Karena kedudukannya yang istimewa, banyak riwayat yang menunjukkan keutamaan membacanya secara rutin. Selain dalam shalat wajib dan sunnah, surat ini sangat dianjurkan dibaca sebagai wirid pagi dan petang. Mencintai surat ini berarti mencintai Allah dengan kecintaan yang benar dan berlandaskan ilmu. Salah satu hadis yang masyhur menyebutkan bahwa kecintaan seorang hamba kepada surat ini akan berbuah surga, sebagaimana kecintaan sahabatnya kepada isi surat tersebut.
Memahami surat Qul Huwallahu Ahad bukan sekadar menghafal lafalnya, melainkan menginternalisasi maknanya dalam setiap aspek kehidupan. Ia menjadi benteng akidah yang kokoh, mengingatkan kita bahwa segala harapan, ketakutan, dan penyembahan harus ditujukan hanya kepada Zat yang Maha Esa, Yang bergantung kepada-Nya seluruh alam semesta.