Urutan dan Makna Al-Qur'an

Surat Setelah Al-Lail: Menelusuri Surah Ad-Dhuha

Dalam susunan mushaf Al-Qur'an yang kita kenal saat ini, terdapat urutan yang sistematis, meskipun urutan pewahyuan (nuzul) memiliki kronologi yang berbeda. Ketika kita membahas mengenai surat setelah surat Al-Lail, kita merujuk pada surah yang terletak tepat sesudahnya dalam mushaf Utsmani. Surat Al-Lail (Surah ke-92) diikuti oleh Surah Ad-Dhuha (Surah ke-93).

Representasi ketenangan dan cahaya fajar.

Surah Ad-Dhuha merupakan salah satu surat Makkiyah yang sarat dengan pesan penghiburan dan penguatan iman, khususnya ditujukan kepada Rasulullah Muhammad SAW pada masa-masa awal kenabian ketika beliau mengalami jeda wahyu (fatrah al-wahyu) yang sempat menimbulkan kegelisahan di hati beliau. Urutan penempatan surat ini setelah Al-Lail—yang membahas perbedaan nasib orang-orang beriman dan orang-orang yang mendustakan—menunjukkan kesinambungan tema spiritual.

Konteks Wahyu dan Penghiburan

Al-Lail menekankan bahwa amal perbuatan akan menentukan hasil akhir seseorang. Sementara itu, Ad-Dhuha datang sebagai janji ilahi bahwa kesulitan akan selalu diikuti oleh kemudahan. Ayat-ayat pembuka Ad-Dhuha sangat terkenal: "Demi waktu duha (ketika matahari naik seperempat tingginya), dan demi malam apabila telah sunyi." Sumpah ini berfungsi sebagai landasan kuat bahwa Allah SWT tidak pernah meninggalkan Nabi-Nya.

Pada masa jeda wahyu, Nabi Muhammad SAW merasa cemas, khawatir jika Allah telah meninggalkan atau membenci beliau. Surah Ad-Dhuha adalah penawar langsung atas kegelisahan tersebut. Allah bersumpah dengan waktu-waktu mulia (dhuha dan malam yang pekat) untuk menegaskan bahwa Dia tidak meninggalkan Nabi-Nya, dan kebencian yang dirasakan hanyalah sementara. Ini mengajarkan kepada umat Islam bahwa dalam menghadapi masa-masa sulit, kegelapan, atau kekosongan spiritual, kita harus mengingat bahwa kemudahan (fajar) pasti akan datang.

Pesan Utama Surah Ad-Dhuha

Selain memberikan penghiburan, Ad-Dhuha juga memberikan tiga perintah utama yang menjadi pilar etika sosial Islam:

  1. Jangan Menyakiti Anak Yatim: Ayat 9 menegaskan, "Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah engkau berlaku sewenang-wenang." Ini menunjukkan perhatian mendalam Islam terhadap kelompok yang paling rentan dalam masyarakat.
  2. Jangan Menolak Peminta: Ayat 10 memerintahkan, "Dan terhadap orang yang meminta, janganlah engkau menghardik." Ini adalah pelajaran tentang kemurahan hati dan solidaritas sosial.
  3. Menyebarkan Nikmat Tuhan: Ayat terakhir menekankan pentingnya mengungkapkan rasa syukur dengan menceritakan nikmat yang telah diterima dari Allah SWT.

Jika Al-Lail menggambarkan kontras antara jalan kebahagiaan (bagi yang memberi dan bertakwa) dan kesengsaraan (bagi yang kikir dan menolak kebenaran), maka Ad-Dhuha menegaskan bahwa setiap hamba yang berusaha dan bersabar, termasuk Nabi Muhammad SAW sendiri, akan diangkat derajatnya dan diberi rahmat berlimpah. Surat ini mengingatkan kita bahwa latar belakang masa lalu yang sulit tidak mendefinisikan masa depan; yang terpenting adalah respons kita terhadap rahmat yang diberikan.

Kaitan Struktur dengan Surat Al-Inshirah

Surat Ad-Dhuha sering kali dibaca bersamaan dengan surat berikutnya, yaitu Surah Al-Inshirah (Asy-Syarh), karena keduanya memiliki tema yang sangat erat kaitannya. Jika Ad-Dhuha adalah janji penghiburan setelah masa kekeringan wahyu, maka Al-Inshirah adalah penegasan bahwa kesulitan telah berlalu: "Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan."

Struktur ini menunjukkan pola pemulihan spiritual dalam Islam: pengakuan atas kesulitan (Al-Lail mungkin menggambarkan kesulitan hidup secara umum), janji dan penghiburan dari Allah (Ad-Dhuha), dan konfirmasi realisasi kemudahan tersebut (Al-Inshirah). Oleh karena itu, posisi surat setelah surat Al-Lail ini sangat strategis, berfungsi sebagai jembatan spiritual yang membawa pembaca dari kontemplasi tentang akhirat menuju kepastian pertolongan dan kasih sayang Ilahi di dunia.

Memahami urutan dan pesan dalam surah-surah pendek ini memberikan wawasan mendalam mengenai metode tarbiyah (pendidikan) Al-Qur'an, di mana ketenangan dan kepastian akan pertolongan Allah selalu menjadi akhir yang menanti bagi mereka yang teguh di jalan-Nya.

🏠 Homepage