Tafsir Mendalam Surah Al-Qadr (Kemuliaan) Ayat 1-5

Ilustrasi Malam Lailatul Qadar Gambar abstrak menggambarkan malam yang tenang dengan cahaya bintang dan bulan sabit di atas lanskap yang sunyi, melambangkan turunnya rahmat.

Surah Al-Qadr, yang terdiri dari lima ayat pendek, merupakan salah satu surah yang paling agung dalam Al-Qur'an karena isinya yang memuat tentang keistimewaan satu malam tertentu: Malam Lailatul Qadar. Malam ini diperingati sebagai malam turunnya Al-Qur'an, dan ibadah di dalamnya bernilai lebih baik daripada seribu bulan. Memahami tafsir ayat per ayat akan membuka wawasan kita mengenai besarnya rahmat dan kemuliaan yang Allah SWT anugerahkan kepada umat Nabi Muhammad SAW.

إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada Lailatul Qadar (Malam Kemuliaan).

Tafsir Ayat 1: Penegasan Turunnya Al-Qur'an

Ayat pertama ini diawali dengan penegasan menggunakan partikel 'Inna' (Sesungguhnya) dan kata ganti 'Kami' (yang merujuk kepada Allah SWT), menegaskan betapa pentingnya peristiwa yang akan disampaikan. Maksud 'menurunkannya' (أنزلناه - anzalnahu) secara tegas merujuk pada Al-Qur'an. Para mufasir sepakat bahwa ini merujuk pada permulaan penurunan Al-Qur'an secara total (jumlah keseluruhan) dari Lauhul Mahfuz ke langit dunia, yang kemudian diturunkan berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW selama 23 tahun. Penegasan ini langsung menempatkan Lailatul Qadar pada posisi yang sangat tinggi karena ia adalah saksi sejarah permulaan risalah Islam.

وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ

2. Dan tahukah kamu apakah Lailatul Qadar itu?

Tafsir Ayat 2: Pertanyaan Retoris untuk Membangkitkan Rasa Ingin Tahu

Penggunaan frasa 'Wa ma adrak' (Dan tahukah kamu) adalah gaya retoris yang sering digunakan Al-Qur'an untuk menunjukkan keagungan sesuatu yang akan dijelaskan setelahnya. Allah SWT seolah bertanya kepada Nabi Muhammad SAW—dan melalui beliau kepada seluruh umat manusia—tentang hakikat Lailatul Qadar. Pertanyaan ini bukan karena Allah tidak mengetahui, melainkan untuk menarik perhatian pendengar, membangkitkan rasa ingin tahu, dan mempersiapkan jiwa mereka untuk menerima penjelasan tentang kemuliaan malam tersebut yang melampaui pemahaman akal biasa.

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ

3. Lailatul Qadar itu lebih baik daripada seribu bulan.

Tafsir Ayat 3: Ukuran Keutamaan yang Mutlak

Inilah inti dari kemuliaan malam tersebut. Keutamaan Lailatul Qadar diukur bukan dalam hitungan hari atau tahun, melainkan dalam hitungan seribu bulan. Seribu bulan setara dengan sekitar 83 tahun lebih. Hal ini menunjukkan bahwa amal ibadah yang dilakukan pada malam tersebut, seperti shalat, doa, tilawah Al-Qur'an, dan berzikir, memiliki bobot pahala yang jauh melampaui seluruh usia kehidupan manusia normal jika dikalikan hingga mencapai angka tersebut. Ini adalah anugerah ilahiah yang luar biasa bagi umat Islam.

تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ

4. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk membawa setiap urusan.

Tafsir Ayat 4: Turunnya Para Malaikat dan Ruhul Qudus

Ayat ini menjelaskan faktor penyebab kemuliaan malam tersebut. Turunnya 'Malaikat-malaikat' (jamak) dan 'Ar-Ruh' (Ruh), yang umumnya ditafsirkan sebagai Malaikat Jibril Alaihis Salam, adalah pemandangan surgawi di bumi. Mereka turun bukan tanpa tujuan, melainkan "dengan izin Tuhannya untuk membawa setiap urusan." Menurut tafsir Ibnu Katsir, 'setiap urusan' di sini berarti ketetapan rezeki, umur, nasib, dan semua perkara penting yang akan terjadi sepanjang tahun mendatang. Kehadiran puluhan ribu malaikat yang bersujud dan memohon ampunan menciptakan suasana rahmat yang tiada tara, memohon keberkahan atas ketetapan tahunan tersebut.

سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلِعِ الْفَجْرِ

5. Malam itu penuh kesejahteraan (keselamatan) hingga terbit fajar.

Tafsir Ayat 5: Penuh Kesejahteraan Hingga Subuh

Ayat penutup ini memberikan kesimpulan yang menenangkan. Kata 'Salam' (kesejahteraan/keselamatan) menegaskan bahwa malam Lailatul Qadar bebas dari segala keburukan, bencana, dan musibah. Keamanan dan keberkahan meliputi malam tersebut, sebagaimana disebutkan dalam hadis, bahwa setan tidak dapat berbuat kejahatan di malam itu. Kesejahteraan ini berlangsung secara kontinu hingga waktu yang sangat spesifik: terbitnya fajar (masuk waktu Subuh). Ini mendorong umat Islam untuk menghidupkan seluruh malam tersebut dengan ibadah, karena rahmat Allah tercurah tanpa henti hingga batas waktu tersebut tiba.

Secara keseluruhan, lima ayat Surah Al-Qadr memberikan deskripsi padat mengenai malam paling mulia yang menjadi hadiah terindah bagi umat Nabi Muhammad SAW, malam di mana Al-Qur'an diturunkan dan rahmat ilahi dicurahkan secara masif.

🏠 Homepage