Terjemahan: Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang.
Ayat pembuka ini (Basmalah) adalah pembuka standar bagi setiap surat dalam Al-Qur'an, kecuali Surat At-Taubah. Ia berfungsi sebagai pengingat bahwa segala sesuatu yang akan dibahas dimulai dengan memohon pertolongan dan keberkahan dari Allah SWT. Dalam konteks Surat Al-Fil, ini menandakan bahwa peristiwa besar yang akan diceritakan adalah atas kehendak dan izin-Nya.
Terjemahan: Tidakkah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia?
Ayat ini memulai inti cerita dengan pertanyaan retoris yang menegaskan kekuasaan Allah. "Kaid" (tipu daya) di sini merujuk pada rencana besar Abrahah, pemimpin Yaman dari bangsa Abrahasyah, yang ingin menghancurkan Ka'bah di Makkah karena iri terhadap keagungan Baitullah yang menarik banyak kafilah dagang. Rencana yang sangat matang dan didukung oleh kekuatan militer besar ini, nyatanya, telah dipatahkan dan dibatalkan oleh Allah sebelum terlaksana.
Terjemahan: Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong (datang).
Setelah tipu daya itu digagalkan, Allah mengirimkan agen penghukum-Nya. "Tayran Ababil" adalah burung-burung yang datang secara berkelompok-kelompok, bergelombang, dan datang dari segala penjuru. Para mufassir menjelaskan bahwa burung-burung ini bukan burung biasa, melainkan makhluk yang unik dengan karakteristik tertentu, ciri khas yang menunjukkan bahwa mereka adalah bala tentara khusus dari Allah untuk misi ini.
Terjemahan: Yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar.
Ini adalah puncak dari azab tersebut. Burung-burung itu membawa batu-batu kecil (seperti kerikil atau kacang), namun batu tersebut bukan batu biasa. Kata "Sijjīl" (سِجِّيل) diartikan oleh banyak ulama sebagai batu yang keras, padat, dan telah dipanaskan atau dibakar di neraka (seperti batu bata yang dibakar). Dampak lemparan batu yang ringan ini terhadap tubuh gajah yang besar menjadi fatal, menandakan kekuatan destruktif ilahiah jauh melampaui kekuatan fisik materi.
Terjemahan: Maka Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (hancur luluh).
Ayat penutup ini memberikan gambaran visual tentang hasil akhir kehancuran pasukan Abrahah. Mereka hancur lebur laksana "daun-daun kering yang dimakan ulat" atau telah diinjak-injak hingga berserakan dan tak berbentuk. Kisah ini menjadi peringatan keras bagi kaum Quraisy dan dunia bahwa Allah pasti menjaga kesucian rumah-Nya (Ka'bah). Peristiwa ini terjadi tepat sebelum kelahiran Nabi Muhammad ﷺ, dan menjadi salah satu pertanda kenabian yang agung. Kekalahan total ini meningkatkan martabat Ka'bah dan suku Quraisy di mata bangsa Arab saat itu.
Surat Al-Fil, meskipun sangat pendek, mengandung pelajaran tauhid yang mendalam tentang kekuasaan mutlak Allah yang dapat menundukkan kekuatan terbesar di bumi hanya dengan makhluk-Nya yang paling kecil.