Terjemah dan Tafsir Jalalain: Surat Al-Fatihah

Membuka Kitab Kehidupan

Pengantar Singkat Tafsir Al-Jalalayn

Tafsir Al-Jalalayn (atau Jalalain) adalah salah satu karya tafsir klasik yang sangat terkenal dan banyak digunakan di kalangan umat Islam, khususnya di Asia Tenggara. Tafsir ini disusun oleh dua ulama besar dengan nama Jalaluddin: Imam Jalaluddin Al-Mahalli (yang menulis tafsir untuk Surah Al-Fatihah hingga akhir Al-Kahfi) dan putranya, Imam Jalaluddin As-Suyuthi (yang melanjutkannya dari Surah Al-Isra' hingga akhir Al-Qur'an).

Ciri khas tafsir ini adalah pendek, ringkas, dan padat. Penjelasan seringkali berupa penambahan makna kata per kata atau frasa kunci tanpa mengurai pembahasan yang panjang lebar. Hal ini menjadikannya sangat praktis untuk pemahaman awal makna ayat Al-Qur'an. Surat Al-Fatihah, sebagai pembuka Al-Qur'an, memiliki posisi sentral dalam tafsir ini sebagaimana dalam ibadah salat.

Terjemah dan Tafsir Jalalain Surat Al-Fatihah (Al-Fatihah)

Berikut adalah terjemahan dan ringkasan tafsir Jalalain untuk tujuh ayat utama Surat Al-Fatihah:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Dengan Nama Allah, Yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang.
Tafsir Jalalayn: Allah memulai dengan kalimat ini sebagai tanda bahwa segala sesuatu yang dimulai dengannya akan diberkahi. Ar-Rahman (Maha Pengasih) dan Ar-Rahim (Maha Penyayang) adalah dua sifat Allah yang menekankan keluasan rahmat-Nya di dunia dan akhirat.
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam.
Tafsir Jalalayn: Pujian sejati secara mutlak hanya layak bagi Allah. Dia adalah Rabb (Pemelihara dan Penguasa) bagi seluruh makhluk (Al-'Alamin), baik yang berakal maupun tidak, yang ada di tujuh lapisan langit dan bumi.
الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang.
Tafsir Jalalayn: Penekanan ulang sifat kasih sayang-Nya. Mayoritas ulama (termasuk Jalalayn) menganggap ayat ini sebagai pengulangan (tautologi) dari sifat yang telah disebutkan di Basmalah, namun ini bertujuan untuk memberikan penekanan yang lebih kuat tentang sifat rahmat-Nya yang tak terbatas.
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
Pemilik hari Pembalasan.
Tafsir Jalalayn: Allah adalah penguasa tunggal pada Hari Kiamat (Hari Penghakiman), di mana tidak ada seorang pun yang memiliki otoritas selain Dia. Pada hari itu, tidak ada transaksi atau pertolongan kecuali atas izin-Nya.
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.
Tafsir Jalalayn: Ini adalah inti dari surat. Iyyaka (hanya kepada-Mu) diletakkan di awal untuk penekanan (taqdim al-hasr). Kami hanya menyembah-Mu (ibadah) dan hanya dari-Mu kami mencari bantuan (pertolongan). Dua hal ini – ibadah dan meminta pertolongan – harus selalu berjalan beriringan.
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
Tunjukilah kami ke jalan yang lurus.
Tafsir Jalalayn: Permohonan ini adalah permohonan hamba yang mengakui bahwa tanpa bimbingan Allah, ia akan tersesat. Ash-Shiraat Al-Mustaqim (Jalan yang lurus) adalah jalan Islam yang jelas dan tanpa kebengkokan.
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
Yaitu jalan orang-orang yang Engkau anugerahi nikmat atas mereka, bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat.
Tafsir Jalalayn: Jalan lurus dijelaskan sebagai jalan para Nabi dan orang-orang saleh (yang diberi nikmat, seperti Syuhada, Shiddiqin). Ini membedakannya dari jalan orang yang mengetahui kebenaran namun meninggalkannya (yang dimurkai, seperti Yahudi) dan jalan orang yang tidak berilmu (yang sesat, seperti Nasrani).

Pentingnya Surat Al-Fatihah dalam Pandangan Jalalayn

Surat Al-Fatihah, yang disebut juga Ummul Kitab (Induk Al-Qur'an), merupakan fondasi teologis dan spiritualitas Islam. Dalam konteks Tafsir Jalalayn, keutamaan surat ini tampak dari bagaimana setiap ayatnya langsung menuju pengakuan ketauhidan dan ketergantungan penuh kepada Allah SWT.

Ayat kelima, "Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in", adalah puncak pengakuan seorang hamba. Menurut ringkasan tafsir, pengakuan bahwa hanya Allah yang disembah sekaligus yang dimintai pertolongan menegaskan bahwa ibadah sejati tidak akan sah tanpa bantuan ilahi. Manusia lemah dan terbatas, sehingga setiap amal salehnya adalah hasil dari taufik dan pertolongan langsung dari Sang Pencipta.

Permintaan petunjuk di ayat keenam menunjukkan bahwa keimanan yang sesungguhnya adalah perjalanan yang berkelanjutan. Bukan sekadar pengetahuan, melainkan permohonan agar Allah senantiasa menjaga langkah agar tetap berada di rel yang benar, yaitu rel yang telah dilalui oleh para Nabi dan para sahabat yang diridai. Tafsir ringkas ini membantu pembaca fokus pada esensi pengakuan, pujian, dan permohonan yang terkandung dalam setiap kalimat Al-Fatihah, menjadikannya sarana yang efektif untuk memurnikan niat dalam setiap shalat.

🏠 Homepage