Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu (Muhammad)?
Dan Kami telah meringankan daripadamu bebanmu,
Yang telah memberatkan punggungmu,
Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu.
Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah (urusan) yang lain dengan sungguh-sungguh.
Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
Surah Al-Insyirah, yang juga dikenal sebagai Surah Asy-Syarh (Pembukaan/Pelapangan), adalah sebuah surat pendek yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW pada periode Mekkah, khususnya ketika beliau menghadapi tekanan dan kesulitan dakwah yang sangat berat. Surat ini adalah bentuk penghiburan dan janji ilahi yang sangat mendalam dari Allah SWT kepada Rasul-Nya.
Empat ayat pertama adalah penegasan kenikmatan dan pertolongan yang telah Allah berikan kepada Nabi Muhammad SAW. Allah bertanya, "Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?" (Ayat 1). Lapang dada ini adalah anugerah berupa ketenangan hati, kesabaran, dan kebijaksanaan dalam menghadapi cobaan. Beban berat yang membebani punggung beliau—yaitu beban kenabian dan tantangan dari kaum Quraisy—telah diringankan (Ayat 2-3). Lebih lanjut, Allah berjanji akan mengangkat dan memuliakan nama serta ajarannya (Ayat 4), sebuah janji yang terbukti hingga akhir zaman.
Ayat 5 dan 6 merupakan inti dari penegasan ilahi ini: "Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan." Pengulangan frasa ini menekankan bahwa kesulitan (al-'usr) tidak akan pernah datang sendirian; ia selalu disertai oleh kemudahan (yusr). Dalam konteks Islam, kemudahan ini bukan berarti kesulitan akan hilang seketika, melainkan bahwa di dalam kesulitan itu sendiri terkandung pahala, pelajaran, dan jalan keluar yang telah disiapkan oleh Allah. Kesulitan adalah ujian yang membawa pendewasaan spiritual.
Setelah menerima penghiburan dan janji tersebut, Allah memberikan arahan praktis. Ayat 7 memerintahkan agar ketika satu urusan selesai, seorang mukmin harus segera mempersiapkan diri untuk urusan berikutnya dengan penuh semangat (fa-insab). Ini mengajarkan etos kerja dan ketidakpuasan yang konstruktif terhadap pencapaian duniawi; selalu ada tanggung jawab baru menanti. Puncak dari semua perintah ini terdapat pada Ayat 8: "Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap." Ini adalah pengingat fundamental bahwa semua kekuatan, pertolongan, dan harapan sejati hanya bersumber dari Allah semata, setelah segala upaya fisik telah dikerahkan.
Secara keseluruhan, Surah Al-Insyirah memberikan fondasi psikologis dan spiritual yang kuat: kesulitan adalah keniscayaan yang pasti diikuti oleh kemudahan, dan kuncinya terletak pada ketenangan hati, kerja keras yang berkelanjutan, serta ketergantungan total hanya kepada Allah SWT.