Tafsir Singkat Surah Al-Ikhlas

ONE Representasi Simbolis Keunikan Tauhid

Surah Al-Ikhlas (Keesaan Allah), Ayat 4

وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدٌ

"Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia."

Puncak Penegasan Tauhid

Setelah tiga ayat sebelumnya menegaskan keesaan Allah (Ahad), kemandirian-Nya (Ash-Shamad), dan penolakan terhadap segala bentuk persekutuan (Lam Yalid wa Lam Yulad), ayat keempat Surah Al-Ikhlas menjadi penutup sekaligus klimaks penegasan fundamental aqidah Islam. Ayat ini adalah inti dari bantahan terhadap segala bentuk penyekutuan dan pemikiran yang merendahkan kesempurnaan Ilahi.

Kalimat "Wa lam yakul lahuu kufuwan ahad" secara harfiah berarti "Dan tidak ada seorang pun yang sepadan (atau setara) dengan Dia." Ayat ini menghilangkan semua keraguan tentang potensi adanya makhluk yang memiliki kesamaan sifat, kedudukan, atau kuasa dengan Allah SWT. Ini adalah pernyataan peniadaan absolut.

Makna Konsep 'Kufuwan' (Setara)

Kata 'Kufuwan' sangat kuat maknanya. Setara di sini mencakup segala aspek:

Mengapa Ayat Ini Sangat Penting?

Surah Al-Ikhlas diturunkan sebagai jawaban langsung atas permintaan orang-orang musyrik Mekkah yang bertanya kepada Nabi Muhammad SAW tentang sifat Tuhannya. Ketika mereka menuntut deskripsi, Allah menurunkan surat ini untuk menyatakan bahwa Tuhan yang patut disembah adalah Tuhan yang tak terjangkau oleh nalar dan perbandingan makhluk.

Ayat keempat ini memastikan bahwa konsep tauhid yang dibawa Islam adalah tauhid yang murni dan absolut. Ia membersihkan pemahaman tentang Tuhan dari bayangan antropomorfisme (menggambarkan Tuhan dengan sifat manusia) atau pemikiran bahwa Tuhan bisa dibatasi oleh kategori logis yang kita gunakan untuk sesama makhluk. Setiap pemikiran yang menempatkan sesuatu di samping Allah, baik itu berhala, kekayaan, kekuasaan, atau bahkan akal semata, secara otomatis dibatalkan oleh ayat ini.

Implikasi Spiritual dan Praktis

Memahami bahwa "tidak ada yang setara dengan-Nya" memberikan dampak besar pada kehidupan seorang Muslim. Pertama, ia mengarahkan seluruh rasa takut dan pengharapan hanya kepada Allah. Kedua, ia mendorong kerendahan hati karena menyadari keagungan Sang Pencipta yang tak tertandingi. Ketiga, ini membebaskan jiwa dari beban menyamakan Allah dengan ciptaan-Nya, seperti menyamakan rezeki dengan usaha manusia atau menyamakan perlindungan dengan kekayaan duniawi. Segala sesuatu selain Allah adalah ciptaan yang fana dan sangat jauh dari kata sebanding dengan Al-Khaliq (Sang Pencipta).

Oleh karena itu, setiap kali kita membaca ayat keempat Surah Al-Ikhlas, kita menegaskan kembali komitmen kita pada monoteisme murni, sebuah fondasi teguh yang menjamin kebebasan spiritual dari segala bentuk penghambaan selain kepada Allah Yang Maha Esa dan Maha Tunggal. Surat ini, yang setara dengan sepertiga Al-Qur'an karena kedalaman maknanya, memastikan bahwa konsep Allah terlepas dari segala batasan imajinasi manusia.

🏠 Homepage