Lailatul Qadar: Keagungan Malam Kemuliaan

Simbol Bulan Sabit dan Cahaya Kemuliaan

Fokus Ayat: Tuliskan Surah Al Qadr Ayat 3

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ
Artinya: "Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya membawa segala urusan."

Penjelasan Mendalam Mengenai Ayat Ketiga

Ayat ketiga dari Surah Al Qadr (Surah ke-97) merupakan jantung dari penjelasan mengenai keagungan malam tersebut. Setelah menegaskan bahwa malam itu lebih baik dari seribu bulan (Ayat 2), ayat ini menjelaskan mengapa malam itu begitu istimewa: yaitu karena terjadinya penurunan (tanaazul) yang masif dan bermakna dari alam surgawi ke bumi.

1. Turunnya Para Malaikat (تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ)

Kata "tanaazul" (تَنَزَّلُ) menyiratkan penurunan yang berkelanjutan atau berulang, bukan hanya sekali jalan. Ini menandakan bahwa pada Lailatul Qadar, ribuan, bahkan jutaan, malaikat turun ke bumi. Tujuan kedatangan mereka adalah untuk menyaksikan dan berpartisipasi dalam penghormatan terhadap malam di mana Al-Qur'an mulai diwahyukan. Kehadiran para malaikat ini membawa ketenangan, keberkahan, dan rahmat yang melimpah ruah, menjadikan atmosfer malam itu dipenuhi kedamaian surgawi.

2. Kehadiran Ruh (وَالرُّوحُ)

Kata "Ar-Ruh" (الرُّوحُ) dalam konteks ini secara konsensus ditafsirkan sebagai Malaikat Jibril, pemimpin para malaikat. Kehadiran Jibril secara spesifik menunjukkan urgensi dan pentingnya misi pada malam tersebut. Jibril adalah pembawa wahyu Ilahi. Turunnya Jibril pada malam Lailatul Qadar adalah manifestasi dari rahmat Allah yang mengirimkan utusan teragungnya untuk mengantar kalam-Nya kepada Nabi Muhammad SAW.

3. Atas Izin Tuhan (بِإِذْنِ رَبِّهِم)

Penekanan bahwa semua aktivitas ini terjadi "dengan izin Tuhan mereka" (بِإِذْنِ رَبِّهِم) menegaskan bahwa semua peristiwa besar di alam semesta, termasuk turunnya wahyu dan malaikat, sepenuhnya berada di bawah kontrol dan kehendak mutlak Allah SWT. Tidak ada yang terjadi tanpa izin-Nya. Hal ini menanamkan rasa hormat bahwa kemuliaan malam itu adalah kemuliaan yang ditetapkan langsung oleh Sang Pencipta.

4. Membawa Setiap Urusan (مِّن كُلِّ أَمْرٍ)

Bagian terakhir ayat ini, "membawa segala urusan" (مِّن كُلِّ أَمْرٍ), sering kali diartikan sebagai penetapan takdir tahunan. Pada malam Lailatul Qadar, para malaikat membawa catatan tentang segala keputusan ilahi yang akan terjadi selama setahun ke depan—mulai dari rezeki, kematian, kesehatan, hingga urusan-urusan penting lainnya. Oleh karena itu, malam ini bukan hanya tentang ibadah, tetapi juga malam penentuan takdir.

Keseluruhan makna ayat ini menggarisbawahi bahwa Lailatul Qadar adalah malam intervensi ilahi yang nyata di bumi. Inilah mengapa umat Islam dianjurkan untuk menghidupkan malam ini dengan shalat, doa, dan tadarus Al-Qur'an; karena pada malam inilah pintu-pintu rahmat dan pengampunan dibuka secara khusus, dan amal ibadah dilipatgandakan nilainya. Kehadiran malaikat secara fisik menjadi saksi atas upaya hamba-hamba Allah dalam mendekatkan diri kepada-Nya.

Konteks Surah Al Qadr

Surah Al Qadr adalah salah satu surah terpendek dalam Al-Qur'an, namun memiliki kedalaman makna yang luar biasa. Surah ini hanya terdiri dari lima ayat, yang kesemuanya berfokus pada satu peristiwa monumental: malam penurunan Al-Qur'an. Ayat 1 dan 2 menetapkan superioritas waktu, sementara ayat 3, 4, dan 5 menjelaskan fenomena yang terjadi pada malam tersebut dan dampaknya. Malam ini menjadi penanda dimulainya era petunjuk bagi umat manusia.

Umat Islam di seluruh dunia sangat menantikan malam ini, yang diyakini jatuh pada salah satu malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Semangat pencarian Lailatul Qadar mendorong peningkatan spiritualitas dan ketaqwaan kolektif.

🏠 Homepage