Fokus pada Kekuatan Ilahi: Surat Al-Fil Ayat 4

Kekuatan Penghancur

Visualisasi metaforis dari burung pembawa batu

Tuliskan Surat Al Fil Ayat Ke 4

Surat Al-Fil (Gajah) adalah surat ke-105 dalam susunan Mushaf Al-Qur'an, terdiri dari lima ayat pendek yang menceritakan peristiwa luar biasa mengenai kegagalan total pasukan besar yang dipimpin oleh Abrahah Al-Asyram, gubernur Yaman dari Abisinia, untuk menghancurkan Ka'bah di Makkah.

Setiap ayat dalam surat ini menyimpan hikmah mendalam tentang keagungan Allah SWT dan janji-Nya untuk melindungi rumah-Nya serta umat yang bertawakal kepada-Nya. Ayat keempat menjadi klimaks naratif, menjelaskan alat yang digunakan Allah untuk menghancurkan rencana jahat tersebut.

Ayat Keempat (Al Fil Ayat 4) dalam Teks Asli

تَرْمِيهِم بِحِجَارَةٍ مِّن سِجِّيلٍ

Transliterasi

Tarmīhim biḥijāratim min sijīl

Artinya (Makna)

yang melempari mereka dengan batu dari tanah yang terbakar (atau dari tanah liat yang keras).

Penjelasan Mendalam Mengenai Ayat Ke-4

Ayat keempat adalah inti dari keajaiban yang dialami kaum Quraisy dan penduduk Makkah. Setelah Allah mengirimkan burung-burung yang berbondong-bondong (Ababil), burung-burung tersebut dilengkapi dengan senjata pemusnah yang spesifik: batu dari "Sijjil".

Kata kunci utama di sini adalah "Hijarah min Sijjil". Para mufassir menjelaskan makna "Sijjil" melalui beberapa perspektif, namun intinya merujuk pada kekuatan destruktif yang berasal dari sumber yang keras dan telah diolah.

Makna 'Sijjil'

  1. Batu yang Keras (Tanah Liat yang Dibakar): Sebagian besar ahli tafsir menafsirkan Sijjil sebagai batu yang keras, sekeras batu yang biasa digunakan untuk membangun benteng atau bangunan, atau bahkan batu yang telah dipanaskan hingga membatu sempurna (seperti batu bata). Ini menunjukkan bahwa batu tersebut bukan sembarang kerikil, melainkan proyektil yang sangat padat dan mematikan.
  2. Batu yang Dijatuhkan dari Neraka: Tafsiran lain mengaitkan Sijjil dengan kata yang bermakna 'yang dijatuhkan' atau yang berasal dari tempat yang sangat panas, merujuk pada asal usul surgawi atau ilahiahnya, yang membuatnya memiliki daya hancur luar biasa, jauh melebihi batu biasa.

Ketika batu-batu ini dilemparkan oleh burung-burung kecil, dampaknya sangat dahsyat. Pasukan gajah yang dilengkapi dengan persenjataan dan perlindungan dianggap tidak berarti di hadapan taktik dan senjata alam yang dikendalikan langsung oleh Yang Maha Kuasa. Setiap batu yang jatuh ke tubuh pasukan itu seolah menghancurkan mereka hingga ke akar-akarnya, sesuai dengan deskripsi ayat kelima.

Pelajaran Moral dan Relevansi Kontemporer

Kisah Al-Fil, khususnya ayat keempat yang menggambarkan mekanisme kehancuran musuh, memberikan beberapa pelajaran penting yang tetap relevan hingga hari ini:

  1. Keterbatasan Kekuatan Materiil: Ayat ini menegaskan bahwa sebesar apa pun kekuatan militer, kekayaan, atau kesombongan seorang pemimpin (seperti Abrahah), ia tidak akan mampu melawan kehendak Allah jika Dia memutuskan untuk bertindak. Pasukan gajah yang dianggap tak terkalahkan tunduk pada batu kecil.
  2. Perlindungan terhadap Ka'bah: Kejadian ini menjadi penanda sejarah bahwa Allah akan selalu menjaga kesucian tempat-tempat suci-Nya. Ini memberikan rasa aman dan ketenangan bagi umat Islam bahwa tempat ibadah utama mereka berada di bawah lindungan ilahi.
  3. Tawakal yang Dibuktikan dengan Tindakan: Meskipun kaum Quraisy tidak memerangi Abrahah secara langsung, peristiwa ini menggarisbawahi bahwa ketika tantangan datang, kebergantungan total kepada Allah (tawakal) adalah strategi terkuat.

Dalam konteks modern, pesan ini dapat diartikan bahwa dalam menghadapi tantangan global, kezaliman sistemik, atau ancaman besar, umat manusia tidak boleh jatuh dalam keputusasaan. Selalu ada kekuatan yang lebih besar—kekuatan iman dan kebenaran—yang mampu membalikkan keadaan, bahkan melalui cara-cara yang tidak terduga, seperti burung-burung kecil yang membawa batu dari Sijjil.

🏠 Homepage