Surat Al-Lahab, atau dikenal juga sebagai Surat Masad, adalah salah satu surat pendek dalam Al-Qur'an yang terletak di Juz 'Amma (juz ke-30). Surat ini memiliki posisi ke-111 dalam susunan mushaf dan turun berkenaan dengan paman Nabi Muhammad SAW, yaitu Abu Lahab, beserta istrinya.
Mempelajari dan memahami surat Al Lahab dan artinya adalah penting bagi setiap Muslim. Meskipun singkat, ayat-ayat ini mengandung peringatan keras bagi mereka yang menentang dakwah Islam dengan permusuhan terbuka. Berikut adalah teks lengkap surat tersebut, beserta transliterasi dan terjemahannya dalam Bahasa Indonesia.
Surat ini terdiri dari lima ayat yang secara eksplisit menyebutkan kehancuran bagi Abu Lahab dan istrinya, Ummu Jamil.
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ
1. Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan (sesungguhnya) dia sendiri akan binasa.
مَا أَغْنَىٰ عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ
2. Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang telah ia usahakan.
سَيَصْلَىٰ نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ
3. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).
وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ
4. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar,
فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِّن مَّسَدٍ
5. Yang lehernya (dilingkari) tali dari sabut (neraka).
Surat Al-Lahab diturunkan untuk menanggapi permusuhan Abu Lahab yang sangat keras terhadap ajaran Islam. Abu Lahab adalah paman Nabi Muhammad dari pihak ayah, namun ia menjadi salah satu penentang terberat. Ketika Rasulullah SAW mulai berdakwah secara terang-terangan di Mekah, Abu Lahab adalah orang pertama yang mengejek dan mengganggu beliau.
Ayat pertama langsung memberikan vonis bahwa kedua tangan Abu Lahab akan "binasa." Tangan di sini melambangkan segala usahanya dalam menolak kebenaran. Secara harfiah, ini adalah doa dan ketetapan Allah SWT atas permusuhannya.
Ayat kedua menjelaskan bahwa kekayaan dan jabatan yang ia kumpulkan selama hidupnya tidak akan memberikan manfaat sedikit pun di akhirat. Ini merupakan pelajaran universal bahwa harta benda duniawi tidak dapat membeli keselamatan dari azab Allah.
Ayat ketiga mengancamnya dengan neraka Jahanam, yang disebut sebagai nar ذات لهب (api yang menyala-nyala). Kata Lahab sendiri berarti nyala api yang membara, yang menjadi nama surat ini.
Dua ayat terakhir secara khusus menyebutkan istrinya, Ummu Jamil, yang dikenal suka menyebarkan fitnah dan mengganggu Nabi. Ia digambarkan sebagai "pembawa kayu bakar." Para mufassir menjelaskan dua interpretasi utama dari deskripsi ini: pertama, secara harfiah, ia membawa duri dan kotoran untuk diletakkan di jalan Nabi agar beliau terluka; kedua, secara metaforis, ia mengumpulkan bahan bakar untuk menyalakan api permusuhan terhadap Islam.
Puncak hukuman bagi Ummu Jamil adalah tali sabut neraka yang melilit lehernya. Ini menunjukkan kehinaan dan siksaan yang kekal, kontras dengan status sosialnya yang tinggi saat di dunia.
Meskipun surat ini berfokus pada satu individu, hikmah yang dapat diambil sangat luas. Surat Al-Lahab mengajarkan kita tentang konsekuensi dari kesombongan, permusuhan terhadap kebenaran, dan pentingnya menjaga lisan serta perbuatan.
Pertama, keimanan tidak dapat ditawar dengan ikatan darah atau kekeluargaan. Abu Lahab adalah paman Nabi, namun permusuhannya menyebabkan ia terancam dengan neraka. Kedua, Surat ini menegaskan bahwa amal perbuatan di dunia (baik atau buruk) akan diperhitungkan penuh di hari perhitungan. Harta dan kekuasaan hanyalah fatamorgana jika digunakan untuk menentang ajaran Allah.
Memahami tuliskan surat Al Lahab dan artinya memberikan penegasan bahwa kejujuran dan kebenaran akan selalu menang, sementara penolakan yang didasari oleh iri hati dan kesombongan hanya akan mengantarkan pelakunya pada kehancuran abadi.