Simbol Ketuhanan dan Keunikan
Terjemahan: Allah tempat bergantung (berpegangan) segala sesuatu.
Ayat kedua dari Surah Al-Ikhlas (Qul Huwa Allahu Ahad) memuat salah satu nama dan sifat Allah yang paling agung, yaitu "Ash-Shomad" (الصَّمَدُ). Nama ini mengandung makna yang sangat mendalam dan merupakan inti dari Tauhid Rububiyah (keesaan Allah dalam penguasaan alam semesta).
Ketika kita mengucapkan "Allahu Ash-Shomad", kita sedang menegaskan bahwa Allah adalah Zat Yang Maha Sempurna, yang menjadi tujuan akhir dari segala kebutuhan makhluk-Nya, namun Dia sendiri tidak membutuhkan apapun dari siapapun.
Para ulama tafsir memberikan beberapa definisi mendalam mengenai As-Shomad, yang semuanya saling melengkapi dan menunjuk pada kesempurnaan mutlak Allah:
Makna "Ash-Shomad" berbanding terbalik dengan kondisi makhluk. Kita membutuhkan makanan, minuman, tempat tinggal, pertolongan, dan ilmu. Namun, Allah—subhanahu wa ta'ala—adalah Yang Maha Terpenuhi (Al-Ghani) dan Maha Kaya, tempat segala sesuatu berlindung dan meminta.
Surah Al-Ikhlas adalah jawaban komprehensif terhadap pertanyaan kaum musyrikin Quraisy yang menanyakan tentang nasab dan hakikat Tuhan yang disembah oleh Nabi Muhammad SAW. Ayat pertama menetapkan keesaan Allah ("Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa"). Ayat kedua kemudian menjelaskan kualitas kemahaesaan itu melalui sifat kepemilikan mutlak, yaitu Ash-Shomad.
Mengapa sifat ini begitu penting? Karena penyimpangan akidah sering terjadi ketika manusia mulai menyembah sesuatu yang memiliki kebutuhan atau keterbatasan. Ketika seseorang menyembah berhala, misalnya, mereka menyembah sesuatu yang lemah, membutuhkan persembahan, dan akan hancur. Dengan menetapkan Allah sebagai Ash-Shomad, Al-Qur'an membersihkan konsep ibadah dari segala bentuk ketergantungan kepada makhluk.
Penegasan ini mengajarkan kepada Muslim bahwa upaya mencari ketenangan, kekuatan, rezeki, dan perlindungan harus selalu kembali kepada sumbernya yang sejati. Jika seorang hamba benar-benar memahami kedalaman makna "Allahu Ash-Shomad", ia akan terlepas dari ketakutan kepada makhluk dan bergantung penuh pada Penciptanya.
Meskipun semua sifat Allah adalah kebenaran, sifat Ash-Shomad memiliki penekanan unik dibandingkan dengan sifat lain yang mungkin mirip, seperti Al-Ghani (Maha Kaya).
Al-Ghani berarti tidak membutuhkan. Sementara itu, Ash-Shomad menambahkan dimensi bahwa tidak hanya Dia tidak membutuhkan, tetapi Dia juga menjadi titik tumpu bagi semua yang membutuhkan. Jika seseorang kaya raya (Ghani) tetapi tidak ada yang meminta padanya (bukan Shomad), maka ia hanya memenuhi satu aspek kesempurnaan. Namun Allah Maha Shomad: Dia kaya tanpa batas dan menjadi tujuan akhir bagi seluruh alam semesta yang fakir.
Para salafus saleh menekankan bahwa memahami ayat kedua ini membawa ketenangan jiwa. Ketika musibah datang, hamba yang beriman tahu bahwa satu-satunya tempat untuk memohon pertolongan yang pasti akan mengabulkan adalah Dia yang Maha Shomad. Tidak ada daya dan upaya kecuali dari Allah. Kesadaran akan kebergantungan ini adalah fondasi tertinggi dari iman.
Oleh karena itu, terjemahan "Allah tempat bergantung segala sesuatu" adalah ringkasan paling padat yang mencakup aspek kebutuhan seluruh ciptaan dan kesempurnaan absolut Sang Pencipta. Ayat ini adalah pilar dalam mempertahankan kemurnian Tauhid, menolak segala bentuk syirik, dan menyelaraskan tujuan hidup seorang Muslim.