Surat Al-Qadr (Surah ke-97 dalam urutan Mushaf) adalah salah satu surat terpendek namun memiliki kedudukan yang sangat agung dalam Islam. Surat ini hanya terdiri dari lima ayat, namun inti ajaran yang terkandung di dalamnya mengenai malam penetapan (Lailatul Qadr) menjadikannya istimewa. Meskipun pendek, pemahaman mengenai urutan penempatannya dan makna setiap ayat sangat penting bagi umat Muslim.
Dalam susunan standar Mushaf Utsmani (yang digunakan oleh mayoritas umat Islam di seluruh dunia), Surat Al-Qadr memiliki urutan yang spesifik. Surat ini menempati **peringkat ke-97** dari total 114 surat dalam Al-Qur'an. Surat ini tergolong dalam golongan surat Makkiyah, yang berarti diturunkan di Mekkah sebelum Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam hijrah ke Madinah.
Secara kronologis penurunan, Al-Qadr termasuk surat yang diturunkan pada fase awal kenabian. Namun, dalam urutan pembukuan Al-Qur'an, ia diletakkan setelah Surat Al-'Alaq (Surat ke-96) dan sebelum Surat Al-Bayyinah (Surat ke-98). Urutan ini bukan berdasarkan kronologi turunnya, melainkan berdasarkan ketetapan yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Jibril dan kemudian dibukukan oleh para sahabat di bawah pengawasan ketat.
Keutamaan utama surat ini terletak pada informasinya tentang Lailatul Qadr, malam di mana Al-Qur'an pertama kali diturunkan. Malam ini lebih baik dari seribu bulan. Untuk menghayati keagungan ini, mari kita telaah urutan ayat-ayatnya, yang secara inheren sudah terstruktur untuk membangun pemahaman yang bertahap.
1. Innaa anzalnaahu fii lailatil qadr (Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan).
2. Wa maa adraaka maa lailatul qadr (Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?).
3. Lailatul qadri khairum min alfi syahr (Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan).
4. Tanazzalul malaa'ikatu war ruuhu fiihaa bi-idznihim min kulli amr (Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Ar-Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk membawa setiap urusan).
5. Salaamun hiya hattaa mathla'il fajr (Malam itu (penuh) kesejahteraan hingga terbit fajar).
Struktur lima ayat ini adalah narasi yang sangat padat. Ayat pertama langsung menyatakan peristiwa sentral: **penurunan Al-Qur'an**. Ini menetapkan konteks mengapa malam itu istimewa.
Ayat kedua adalah teknik retorika yang kuat, yaitu pertanyaan retoris: "Dan tahukah kamu?". Pertanyaan ini bertujuan untuk menarik perhatian pembaca/pendengar, memberikan jeda dramatis, dan menegaskan bahwa keagungan malam ini melampaui pemahaman biasa manusia.
Kemudian, ayat ketiga memberikan jawaban yang monumental: **"Lebih baik dari seribu bulan."** Perbandingan ini memberikan ukuran nilai spiritual. Seribu bulan setara dengan sekitar 83 tahun, yang hampir sama dengan rentang hidup rata-rata seseorang, menegaskan bahwa ibadah pada malam ini sangat bernilai.
Setelah menetapkan nilai waktu, ayat keempat menjelaskan **aktivitas kosmik** yang terjadi: turunnya para malaikat bersama Ruhul Qudus (Jibril). Mereka membawa ketetapan dan berkah dari Allah SWT untuk setiap urusan yang telah ditentukan Allah untuk tahun berikutnya. Ini menunjukkan bahwa Lailatul Qadr adalah malam distribusi takdir tahunan.
Terakhir, ayat kelima menutup dengan deskripsi suasana malam itu: **"Malam yang penuh kesejahteraan (keselamatan) hingga terbit fajar."** Kata "salaam" (kesejahteraan/keselamatan) berarti malam itu bebas dari segala keburukan, gangguan, dan bahaya. Suasana ini adalah hadiah ketenangan dari Allah bagi hamba-hamba-Nya yang beribadah.
Meskipun kita hanya tahu urutan surat Al-Qadr dalam Mushaf adalah ke-97, keajaiban sebenarnya terletak pada urutan logis maknanya. Surat ini membimbing kita dari pengenalan peristiwa besar (penurunan Al-Qur'an), penegasan keutamaannya (lebih baik dari 1000 bulan), penjelasan mekanisme turunnya berkah (malaikat turun), hingga kesimpulan suasana malam itu (penuh keselamatan).
Mengingat surat ini terletak berdekatan dengan surat-surat yang juga membahas tentang kerasulan dan penurunan wahyu (seperti Al-'Alaq), penempatannya di akhir-akhir juz 30 memperkuat fokus pada inti risalah Islam—Al-Qur'an—yang diturunkan pada malam penuh kemuliaan tersebut. Memahami urutan ini membantu kita menghargai betapa tersusun rapi pesan-pesan ilahi, bahkan dalam bentuk yang paling ringkas sekalipun. Umat Islam didorong untuk mencari malam ini di sepuluh malam terakhir bulan Ramadan, mengamalkan ibadah sebanyak mungkin, karena keberkahan malam ini melampaui umur manusia.