Ilustrasi ketenangan pesisir timur Bali.
Ketika sebagian besar wisatawan memadati wilayah selatan Bali, ada sebuah permata tersembunyi di pesisir timur yang menawarkan suasana yang sama sekali berbeda: **Candidasa Bali**. Jauh dari hiruk pikuk Kuta dan Seminyak, Candidasa—atau Candi Dasa—menyajikan potret Bali yang lebih otentik, tenang, dan dekat dengan akar budayanya. Nama ini sendiri konon berasal dari gabungan kata 'Candi' (tempat suci) dan 'Dasa' (sepuluh), merujuk pada sepuluh kuil kuno yang konon tersebar di daerah tersebut.
Daya tarik utama Candidasa tidak terletak pada pantai pasir putih yang luas, melainkan pada atmosfernya yang damai dan aksesnya yang mudah menuju keindahan alam dan warisan budaya Bali Timur. Pantai di sini didominasi oleh batu karang hitam dan kerikil, yang menciptakan pemandangan unik dan sangat cocok untuk refleksi diri. Di seberang garis pantai, Anda akan melihat pemandangan menakjubkan ke arah pulau kecil tak berpenghuni bernama Pulau Leper. Tempat ini adalah surga bagi mereka yang mencari ketenangan sejati tanpa kompromi pada kenyamanan.
Meskipun dikenal santai, Candidasa menawarkan beragam aktivitas yang patut dicoba. Salah satu yang paling populer adalah kegiatan bawah laut. Perairan di sekitar Candidasa, terutama di dekat gugusan terumbu karang Blue Lagoon dan Teluk Jemeluk, menawarkan pengalaman snorkeling dan diving kelas dunia. Airnya cenderung lebih tenang dibandingkan pantai-pantai di selatan, menjadikannya lokasi ideal bagi penyelam pemula sekalipun. Anda bisa menyaksikan keragaman biota laut tropis yang masih terjaga kelestariannya.
Selain itu, Candidasa adalah pintu gerbang utama untuk mengeksplorasi warisan budaya Karangasem. Hanya beberapa menit berkendara ke utara, Anda akan menemukan Taman Tirta Gangga, bekas taman air kerajaan yang indah dengan kolam-kolam ikan dan air mancur megah. Tak jauh dari sana, Istana Ujung (Puri Ujung) menawarkan arsitektur unik yang memadukan gaya Bali dan Eropa. Pengalaman budaya di Candidasa terasa lebih intim dan personal.
Salah satu daya tarik yang semakin populer di kawasan ini adalah Desa Tenganan Pegringsingan. Desa ini adalah rumah bagi sub-etnis Bali Aga, penduduk asli Bali yang masih memegang teguh adat istiadat pra-Hindu. Mengunjungi Tenganan memberikan wawasan mendalam tentang cara hidup yang sangat berbeda dari masyarakat Bali mayoritas. Mereka terkenal dengan teknik menenun kain gringsing, kain ganda yang sangat rumit dan dipercaya memiliki kekuatan magis. Berinteraksi dengan penduduk lokal di sini adalah kesempatan langka untuk memahami stratifikasi budaya Bali.
Kuliner di **Candidasa Bali** juga mencerminkan kesederhanaan wilayah timur. Warung-warung lokal menawarkan hidangan laut segar yang ditangkap langsung oleh nelayan setempat, disajikan sederhana namun penuh cita rasa. Jangan lewatkan kesempatan menikmati hidangan malam di tepi pantai sambil mendengarkan deburan ombak yang ritmis. Suasana ini sulit ditemukan di tempat lain di Pulau Dewata yang semakin ramai.
Mencapai Candidasa dari Bandara Internasional Ngurah Rai (Denpasar) membutuhkan waktu sekitar 1,5 hingga 2 jam perjalanan darat, tergantung kondisi lalu lintas. Namun, perjalanan ini sendiri sudah menjadi bagian dari petualangan, melewati pemandangan sawah hijau dan desa-desa yang sibuk. Akomodasi di Candidasa berkisar dari vila mewah tepi laut hingga penginapan sederhana dengan pemandangan laut yang menawan, memastikan setiap jenis pelancong dapat menemukan tempat peristirahatan yang sempurna. Candidasa adalah destinasi yang membuktikan bahwa Bali masih menyimpan ketenangan yang dalam, menunggu untuk ditemukan oleh mereka yang bersedia melihat sedikit lebih jauh ke timur.