Ilustrasi: Jalan menuju ridha dan perantaraan.
Frasa Li Ridho Illah Wali Syafaati Rasulillah adalah sebuah deklarasi spiritual yang mendalam, mencerminkan dua pilar utama dalam keimanan seorang Muslim: mencari keridhaan Allah SWT semata dan mengharapkan syafaat (pertolongan atau perantaraan) dari Nabi Muhammad SAW di Hari Kiamat. Dua hal ini tidak terpisahkan; keridhaan Allah adalah tujuan akhir dari segala amal, sementara mengikuti jejak Rasulullah adalah kunci untuk mencapainya.
Ketika kita mengucapkan bahwa segala upaya kita ditujukan Li Ridho Illah, itu berarti setiap tindakan, ibadah, pengorbanan, dan ketaatan yang kita lakukan harus dimurnikan niatnya hanya untuk mencari persetujuan dan rahmat dari Sang Pencipta. Dunia menawarkan banyak sekali jalan yang menjanjikan kesuksesan, kebahagiaan, atau pengakuan, namun bagi seorang mukmin sejati, semua itu hanyalah bayangan jika tidak sejalan dengan kehendak Ilahi. Keridhaan Allah mencakup ketaatan pada perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan menerima dengan lapang dada segala ketetapan-Nya.
Namun, manusia adalah makhluk yang penuh kekurangan. Meskipun telah berusaha sekuat tenaga untuk mencapai standar kesempurnaan yang ditetapkan Allah, kita menyadari bahwa amal kita seringkali tercampur dengan kelalaian. Di sinilah letak pentingnya komponen kedua: Wali Syafaati Rasulillah. Rasulullah Muhammad SAW adalah rahmat terbesar bagi semesta, dan janji syafaatnya adalah harapan terbesar bagi umatnya di hari perhitungan amal kelak.
Syafaat beliau bukanlah izin untuk berbuat maksiat, melainkan pengakuan bahwa tanpa bimbingan wahyu yang dibawa beliau, tanpa teladan hidup beliau (uswah hasanah), mustahil kita bisa mendekati standar keridhaan Allah. Mengikuti sunnah beliau adalah bukti nyata bahwa kita mencintai beliau dan mendambakan perantaraan mulianya. Keinginan untuk mendapatkan syafaat ini mendorong seorang hamba untuk lebih giat bershalawat, memperbanyak istighfar, dan meneladani akhlak beliau dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua elemen ini, keridhaan Allah dan syafaat Rasulullah, bergerak secara sinergis. Seseorang tidak bisa mengharapkan syafaat tanpa terlebih dahulu berjuang keras mencari keridhaan Allah. Sebaliknya, usaha keras mencari keridhaan Allah seringkali terasa ringan ketika hati dipenuhi harapan akan rahmat yang diwakili oleh syafaat Nabi.
Proses ini menuntut konsistensi. Dalam setiap langkah, seorang Muslim diingatkan untuk mengevaluasi orientasinya: Apakah keputusan ini mendatangkan murka Allah atau justru mendekatkanku pada keridhaan-Nya? Apakah perilakuku ini sejalan dengan ajaran yang dibawa oleh utusan-Nya? Ketika jawaban dari kedua pertanyaan ini positif, maka perjalanan hidup terasa lebih bermakna dan terarah.
Menghidupkan semangat Li Ridho Illah Wali Syafaati Rasulillah dalam keseharian adalah komitmen untuk terus memperbaiki diri. Ini adalah perjalanan spiritual yang menuntut kerendahan hati, kesadaran akan kelemahan diri, namun tetap dibalut dengan optimisme terhadap janji-janji Allah dan kemurahan Rasul-Nya. Fokus pada ridha Allah memastikan bahwa ibadah kita diterima, sementara pengharapan pada syafaat Nabi memastikan bahwa kekurangan kita mendapat penutup rahmat di hadapan Allah SWT.
Pada dasarnya, ungkapan ini adalah ringkasan dari tujuan hidup seorang Muslim: beramal saleh semaksimal mungkin sebagai upaya meraih cinta dan keridhaan Allah, sambil senantiasa memohon kasih sayang dan perlindungan dari Nabi Muhammad SAW di saat kita paling membutuhkan pertolongan, yakni pada hari penghisaban.