(QS. Al-Kahfi: 25)
Dan mereka terlelap di dalam gua itu selama tiga ratus tahun dan mereka menambah sembilan tahun (lagi).
Ayat ke-25 dari Surah Al-Kahfi ini merupakan penegasan dari Allah SWT mengenai lamanya Ashabul Kahfi—para pemuda beriman yang melarikan diri dari kekejaman raja zalim Dekyanus—berada dalam tidur lelap di dalam gua mereka.
Angka 300 tahun ditambah 9 tahun (total 309 tahun) bukanlah sekadar informasi kronologis. Ayat ini mengandung pelajaran mendalam tentang bagaimana Allah SWT mengatur waktu dan membuktikan kuasa-Nya atas hukum alam yang berlaku bagi manusia biasa. Bagi manusia, tidur dalam rentang waktu tersebut mustahil tanpa intervensi ilahi. Ini menunjukkan bahwa ketika sebuah keyakinan dipertaruhkan, pertolongan Allah hadir dalam bentuk yang mungkin tidak terduga, bahkan dalam bentuk 'ketidaksadaran' yang panjang.
Fokus utama dari ayat ini, yang sering dibahas oleh para mufassir, adalah konsep Sunnatullah (hukum ketetapan Allah). Meskipun Allah mampu melakukan segala hal secara instan, Dia memilih untuk membiarkan peristiwa berjalan sesuai parameter yang Dia tetapkan, kecuali saat Dia menghendaki mukjizat atau tanda kebesaran-Nya.
Kisah tidur Ashabul Kahfi selama 309 tahun menjadi bukti nyata bahwa Allah memiliki kendali penuh atas waktu. Mereka 'diberi waktu' untuk bersembunyi, melindungi iman mereka, hingga generasi penindas telah musnah dan kondisi dunia telah berubah. Ayat ini mengajarkan umat Islam untuk tidak terburu-buru dalam menghadapi ujian. Kadang kala, solusi terbaik adalah kesabaran tingkat tinggi, di mana Allah menahan pertolongan-Nya bukan karena Dia lupa, melainkan karena Dia sedang menyiapkan skenario yang lebih sempurna.
Tiga abad lebih adalah rentang waktu yang sangat panjang dalam sejarah peradaban manusia. Ketika mereka bangun, mereka mendapati dunia telah berubah total, dan kaum yang sebelumnya menindas mereka kini telah tiada. Hal ini memberikan penghiburan bagi setiap Muslim yang merasa perjuangannya terasa lambat atau tidak terlihat hasilnya.
Ayat ini menegaskan bahwa pertolongan Allah tidak selalu datang dalam hitungan hari atau bulan. Kesabaran yang ditunjukkan oleh Ashabul Kahfi bukan hanya tentang menahan diri dari godaan, tetapi juga tentang 'menunggu' dalam dimensi waktu yang Allah tentukan. Penambahan 'sembilan tahun' juga seringkali menjadi bahan perenungan; apakah itu penanda periode klimaks atau penyempurnaan takdir Allah yang tersembunyi.
Di tengah kecepatan informasi dan tuntutan hasil instan di era modern, QS Al-Kahfi 25 adalah pengingat bahwa ada perkara yang membutuhkan proses panjang dan pemeliharaan iman yang konsisten. Baik dalam dakwah, pendidikan diri, maupun menghadapi krisis sosial atau pribadi, kita diajak meneladani ketenangan mereka.
Keajaiban mereka bukanlah tidur itu sendiri, melainkan bagaimana iman mereka terjaga selama waktu yang sangat lama tersebut. Ketika kesabaran telah mencapai puncaknya, Allah akan membangkitkan mereka di waktu yang tepat, di mana kebenaran kembali memiliki tempat untuk bersinar. Memahami ayat ini adalah memahami bahwa waktu adalah milik Allah, dan tugas kita adalah mengisi waktu tersebut dengan keimanan dan keteguhan hati, terlepas dari berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melihat hasil akhirnya.