Ilustrasi: Setelah kesulitan pasti ada kemudahan.
Dalam lembaran Al-Qur'an, terdapat ayat-ayat yang diturunkan sebagai penawar segala keresahan hati manusia. Salah satu bagian yang paling sering dirujuk saat menghadapi ujian hidup adalah bagian akhir dari Surah Al-Insyirah (juga dikenal sebagai Surah Asy-Syarh). Ayat 5 hingga 8 menjadi penegasan ilahi bahwa kesulitan tidak pernah berdiri sendiri tanpa ditemani kemudahan.
Surah ke-94 ini, yang diturunkan di Mekkah, memberikan suntikan motivasi yang luar biasa, khususnya ketika Nabi Muhammad SAW mengalami masa-masa sulit dalam berdakwah. Bagian akhir ini berbunyi:
Perhatikan pengulangan yang tegas pada ayat 5 dan 6: "Fa inna ma'al 'usri yusra, inna ma'al 'usri yusra." Dalam bahasa Arab, pengulangan (ta'kid) digunakan untuk memberikan penekanan yang sangat kuat. Allah SWT tidak sekadar mengatakan bahwa setelah kesulitan akan ada kemudahan, tetapi menegaskan bahwa kemudahan itu ada bersama kesulitan tersebut.
Ini adalah konsep vital yang sering disalahpahami. Kemudahan itu bukan datang setelah kesulitan berakhir total, melainkan hadir secara paralel. Ketika beban terasa berat, saat itulah janji pertolongan Allah sedang bekerja. Hal ini mengajarkan kepada umat Muslim untuk tidak putus asa di tengah badai, karena badai itu sendiri adalah medan latihan yang dibungkus oleh rahmat.
Ayat 7 memberikan instruksi aksi nyata. Setelah menegaskan janji kemudahan, Allah memerintahkan, "Maka, apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah (urusan) yang lain dengan sungguh-sungguh."
Ini menekankan pentingnya produktivitas dan kontinuitas dalam ibadah serta aktivitas duniawi. Setelah menyelesaikan satu tugas atau melepaskan diri dari satu masalah, seorang mukmin tidak boleh berdiam diri dalam zona nyaman atau berlarut-larut dalam euforia kesuksesan kecil. Kehidupan adalah rangkaian usaha yang berkelanjutan. Jika Anda lelah karena satu pekerjaan, segera alihkan energi itu untuk pekerjaan berikutnya. Energi spiritual dan fisik harus selalu dialirkan.
Ayat pamungkas, ayat 8, menutup rangkaian penguatan ini dengan fondasi tauhid yang mendalam: "Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap."
Setelah berusaha keras (Fanṣab), kita diperintahkan untuk mengarahkan seluruh harapan dan ketergantungan kita hanya kepada Allah (Farghab). Ini berarti bahwa meskipun kita sudah bekerja sekuat tenaga, hasil akhirnya tetap berada di tangan-Nya. Jika hasil yang diharapkan belum terwujud, tidak ada tempat mencari ketenangan selain kepada Pencipta. Menggantungkan harapan pada selain Allah adalah sumber kegelisahan yang tak berkesudahan. Ayat ini mengembalikan hati yang lelah dan bingung kepada sumber ketenangan tertinggi.
Dalam konteks kehidupan modern yang serba cepat dan penuh tekanan—seperti navigasi di internet atau menghadapi notifikasi tak henti—Surah Al-Insyirah ayat 5-8 menjadi pengingat abadi. Ketika pekerjaan terasa menumpuk (kesulitan), ingatlah janji bahwa ada kemudahan yang menyertai proses tersebut. Setelah selesai membalas satu email penting, segera fokus pada tugas berikutnya. Dan yang terpenting, jangan biarkan kelelahan digital membuat kita lupa mengarahkan hati dan harapan kita sepenuhnya kepada Allah SWT. Kekuatan sejati terletak pada keseimbangan antara usaha nyata dan penyerahan diri total.