Kisah Al-Kahfi: Pelajaran dari Ayat 77 dan 78

Ilustrasi Perjalanan Mencari Ilmu Representasi visual dua orang berjalan menuju dinding yang penuh misteri, melambangkan pencarian kebenaran. Kebenaran Tersembunyi

Surah Al-Kahfi adalah salah satu surah terpanjang dalam Al-Qur'an yang sarat dengan hikmah dan pelajaran hidup. Di antara kisah-kisah luar biasa di dalamnya, terdapat dialog penting antara Nabi Musa AS dengan seorang hamba Allah yang saleh (sering diidentifikasi sebagai Khidr) dalam ayat 60 hingga 82. Ayat 77 dan 78 secara spesifik menyoroti puncak dari peristiwa ketika mereka mencapai sebuah desa dan menghadapi penolakan dari penduduknya.

Teks dan Terjemahan Ayat 77 dan 78

وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنزٌ لَّهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَن يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنزَهُمَا رَحْمَةً مِّن رَّبِّكَ وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ذَٰلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِع عَّلَيْهِ صَبْرًا
"Adapun tembok itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim yang keduanya dalam kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan milik mereka berdua, dan ayah mereka adalah seorang yang saleh. Maka Tuhanmu menghendaki agar keduanya sampai dewasa dan mengambil harta simpanan mereka, sebagai rahmat dari Tuhanmu. Dan aku (Khidr) tidak melakukannya atas kehendakku sendiri. Itulah makna dari apa yang kamu tidak dapat bersabar atasnya." (QS. Al-Kahfi: 77)
وَذَٰلِكَ مِثْلٌ لَّمْ أَعْلَمْهُ حَتَّىٰ أَبْلُغَ مَكَانِيَ ذَٰلِكَ ۚ ذَٰلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِع عَّلَيْهِ صَبْرًا
"Itulah penjelasan dari apa yang aku tidak dapat bersabar atasnya." (QS. Al-Kahfi: 78)

*(Catatan: Dalam beberapa riwayat tafsir, ayat 78 seringkali dibaca bersamaan atau mengikuti penjelasan ayat 77 secara kontekstual, di mana ayat 77 memberikan penjelasan penuh atas tindakan perbaikan tembok yang telah dilakukan sebelumnya).*

Pelajaran Penting dari Kisah Tembok yang Diperbaiki

Ayat 77 dan 78 merupakan penjelasan mendalam dari Khidr kepada Nabi Musa AS mengenai mengapa ia memperbaiki tembok yang hampir roboh tanpa meminta izin atau upah dari penduduk desa yang kikir dan menolak mereka. Penjelasan ini mengandung beberapa pelajaran tauhid dan hikmah sosial yang fundamental bagi kehidupan seorang mukmin.

1. Perlindungan Titipan Allah (Amanah)

Fokus utama dalam ayat ini adalah perlindungan terhadap harta milik dua anak yatim. Dalam Islam, anak yatim memiliki kedudukan yang sangat istimewa. Dalam hukum Islam, menjaga harta anak yatim adalah kewajiban yang sangat ditekankan. Harta tersebut bukan hanya sekadar materi, tetapi juga merupakan titipan suci yang harus diamankan sampai mereka dewasa. Tindakan Khidr adalah manifestasi sempurna dari menjaga amanah ilahi.

2. Kebaikan Orang Tua yang Berlanjut

Disebutkan bahwa ayah kedua anak yatim tersebut adalah seorang yang saleh. Ini mengajarkan bahwa amal saleh orang tua dapat menjadi sebab turunnya rahmat dan keberkahan bagi keturunan mereka, bahkan setelah mereka meninggal dunia. Kebaikan yang dilakukan oleh ayah mereka menjadi "investasi" spiritual yang hasilnya dinikmati oleh anak-anaknya melalui intervensi Ilahi yang dilakukan Khidr.

3. Rahmat dan Kehendak Allah (Iradah)

Khidr menekankan bahwa tindakannya didasari oleh kehendak Tuhan, "Maka Tuhanmu menghendaki agar keduanya sampai dewasa dan mengambil harta simpanan mereka, sebagai rahmat dari Tuhanmu." Ini menguatkan prinsip tauhid al-af'al (tauhid dalam perbuatan), yaitu bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta, termasuk tindakan perbaikan tembok tersebut, bersumber dari kehendak dan izin Allah SWT. Ini adalah pelajaran penting tentang penyerahan diri total.

4. Keterbatasan Pandangan Manusia

Pernyataan penutup Khidr, "Itulah makna dari apa yang kamu tidak dapat bersabar atasnya," adalah pengakuan bahwa keterbatasan ilmu Nabi Musa AS membuatnya sulit menerima tindakan yang tampak buruk (membiarkan tembok roboh) tanpa melihat hasil akhir yang baik (perlindungan harta). Ini mengajarkan kita untuk selalu berprasangka baik kepada keputusan Allah, karena di balik setiap kejadian yang tampak sulit atau tidak adil, pasti terdapat hikmah besar yang belum kita pahami sepenuhnya. Kesabaran (sabr) adalah kunci untuk memahami rahasia-rahasia tersebut.

Secara keseluruhan, Surah Al-Kahfi ayat 77 dan 78 menegaskan pentingnya menjaga hak-hak yang lemah, bahwa amal saleh orang terdahulu dapat mendatangkan manfaat di masa depan, dan perlunya kita menerima setiap ketetapan Tuhan dengan lapang dada, walau awalnya sulit dipahami.

🏠 Homepage