Refleksi Surah Al-Lail Ayat 1-5

Lafaz dan Terjemahan Ayat 1-5

وَٱلَّيْلِ إِذَا يَغْشَىٰ
1 Demi malam apabila ia menyelimuti.
وَٱلنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّىٰ
2 dan siang apabila ia terang benderang,
وَمَا خَلَقَ ٱلذَّكَرَ وَٱلْأُنثَىٰٓ
3 dan (demi) Penciptaan laki-laki dan perempuan,
إِنَّ سَعْيَكُمْ لَشَتَّىٰ
4 sesungguhnya usaha kamu itu sungguh bermacam-macam.
فَأَمَّا مَنۡ أَعۡطَىٰ وَٱتَّقَىٰ
5 Maka adapun orang yang memberikan hartanya dan bertakwa,
Al-Lail (Malam) An-Nahar (Siang) وَٱلَّيْلِ إِذَا يَغْشَىٰ وَٱلنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّىٰ

Ilustrasi pergantian siang dan malam sebagai sumpah Allah SWT.

Penjelasan Singkat Surah Al-Lail Ayat 1-5

Surah Al-Lail (Malam) dibuka dengan sumpah Allah SWT menggunakan dua fenomena alam yang sangat fundamental bagi kehidupan manusia: malam dan siang. Dalam ayat pertama dan kedua, Allah berfirman, "Demi malam apabila ia menyelimuti, dan siang apabila ia terang benderang." Penggunaan kata "demi" (wa) dalam Al-Qur'an selalu menandakan pentingnya objek yang disumpah tersebut. Malam yang menyelimuti memberikan ketenangan, istirahat, dan kesempatan untuk refleksi. Sebaliknya, siang yang terang benderang adalah waktu untuk beraktivitas, mencari rezeki, dan beribadah dengan jelas. Kedua kondisi ini adalah tanda kekuasaan dan rahmat-Nya yang teratur.

Sumpah ini tidak berhenti pada alam fisik. Pada ayat ketiga, Allah melanjutkan sumpah-Nya: "dan (demi) Penciptaan laki-laki dan perempuan." Ini menunjukkan bahwa perbedaan jenis kelamin—yang merupakan dasar bagi kelangsungan spesies manusia—juga merupakan ciptaan agung yang patut dijadikan sumpah.

Puncak dari sumpah-sumpah kosmik ini adalah penetapan realitas kehidupan manusia di ayat keempat: "sesungguhnya usaha kamu itu sungguh bermacam-macam." Inilah inti dari ujian dunia. Manusia diciptakan dengan potensi dan tujuan yang berbeda-beda dalam amal perbuatannya. Ada yang berusaha keras untuk kebaikan, ada yang cenderung pada kemaksiatan, dan ada yang berjalan di jalan tengah. Keragaman "usaha" (sa'i) ini menegaskan bahwa setiap individu akan dimintai pertanggungjawaban atas jalan yang mereka pilih.

Ayat kelima kemudian mulai memecah klasifikasi usaha tersebut, diawali dengan kelompok pertama: "Maka adapun orang yang memberikan hartanya dan bertakwa." Ayat ini memperkenalkan dua sifat utama yang mendefinisikan kesuksesan hakiki menurut perspektif ilahi: kedermawanan (infaq) dan ketakwaan. Memberikan harta bukan sekadar berbagi materi, tetapi membersihkan jiwa dari sifat kikir dan cinta dunia. Tindakan ini harus dibarengi dengan ketakwaan, yaitu kesadaran penuh akan pengawasan Allah dan komitmen untuk menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Ayat-ayat selanjutnya (yang tidak dibahas di sini) menjelaskan konsekuensi bagi orang yang kikir dan balasan mulia bagi mereka yang mendahulukan amal saleh dan ketakwaan.

Secara keseluruhan, lima ayat pertama Surah Al-Lail ini berfungsi sebagai pembukaan yang monumental. Allah menarik perhatian kita kepada keteraturan alam semesta (malam dan siang) dan kompleksitas penciptaan manusia (laki-laki dan perempuan), untuk kemudian menegaskan bahwa perbedaan utama yang akan menentukan nasib akhir seseorang adalah bagaimana mereka mengelola sumber daya dan upaya mereka dalam bingkai ketaatan kepada Sang Pencipta.

🏠 Homepage