Surah Al-Lail (Bahasa Arab: الليل, yang berarti "Malam") merupakan salah satu surah pendek dalam Al-Qur'an yang penuh dengan hikmah dan peringatan penting bagi umat manusia. Surah ini terletak di urutan ke-92 dalam mushaf dan tergolong surah Makkiyah, yang diturunkan di Mekkah sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah.
Untuk menjawab pertanyaan kunci mengenai surah al lail terdiri dari berapa ayat, jawabannya adalah **dua puluh satu (21) ayat**. Meskipun singkat, padatnya makna di dalam 21 ayat ini mencakup sumpah-sumpah agung Allah SWT, kontras antara orang yang berinfak dan orang yang kikir, serta janji manis bagi mereka yang senantiasa mencari keridaan Allah.
Ke-21 ayat ini disusun sedemikian rupa untuk menarik perhatian pendengar melalui sumpah demi fenomena alam yang sangat jelas terlihat, yaitu pergantian siang dan malam. Allah SWT memulai surah ini dengan sumpah: "Demi malam apabila ia menyelimuti (dengan kegelapan)," (ayat 1). Sumpah-sumpah ini bukan sekadar retorika, melainkan penekanan atas keagungan Pencipta alam semesta yang mampu mengatur segala sesuatu dengan sempurna.
Setelah bersumpah demi malam dan siang, surah ini kemudian membahas tentang hakikat penciptaan manusia. Allah SWT menegaskan bahwa setiap manusia diciptakan dengan tujuan yang berbeda dan usaha mereka pun akan dibalas sesuai kualitas usaha tersebut. Fokus utama surah ini adalah mendorong manusia untuk berbuat kebajikan, terutama dalam hal bersedekah dan menolong sesama yang membutuhkan.
Ayat-ayat pertengahan surah ini menyajikan perbandingan kontras antara dua tipe manusia dalam membelanjakan hartanya. Ada orang yang berinfak di jalan Allah semata-mata mengharapkan keridhaan-Nya, dan ada pula orang yang bersikap kikir (bakhil) karena menganggap hartanya adalah segalanya dan takut akan kemiskinan. Perbandingan ini menjadi cermin bagi pembaca untuk introspeksi diri: apakah kita termasuk golongan yang dermawan atau yang bakhil?
Peringatan keras diberikan kepada orang yang kikir. Mereka dianggap menyalahartikan tujuan harta yang sejatinya adalah titipan dan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Bagi mereka yang menimbun kekayaan tanpa memanfaatkannya untuk kebaikan, Allah mengancam dengan kesulitan dan bahwa harta yang mereka kumpulkan itu tidak akan berguna sedikit pun kelak di akhirat.
Berlawanan dengan nasib orang kikir, surah Al-Lail menutup dengan janji mulia bagi hamba Allah yang tulus ikhlas. Ayat-ayat penutup menegaskan bahwa tugas utama seorang mukmin adalah menyampaikan kebenaran dan mencari keridhaan Ilahi, bukan sekadar menumpuk kekayaan duniawi.
Allah menjanjikan bahwa orang yang menyerahkan jiwanya sepenuhnya karena mencari keridhaan Allah, niscaya Allah akan memberikan kepadanya (nikmat) yang lebih baik dan keridhaan yang lebih tinggi. Janji ini mencakup kebahagiaan di dunia dan pahala tak terhingga di akhirat. Oleh karena itu, memahami surah al lail terdiri dari berapa ayat (yaitu 21 ayat) hanyalah langkah awal; merenungkan maknanya dan mengamalkan pesannya adalah tujuan utama dari penurunan surah ini. Surah ini mengingatkan kita bahwa nilai sejati seseorang di hadapan Allah diukur dari ketakwaannya, bukan dari seberapa banyak harta yang ia miliki.
Keindahan susunan ayat-ayat ini mengajarkan bahwa setiap tindakan, baik maupun buruk, akan mendapatkan konsekuensi yang setimpal di bawah pengawasan Allah SWT. Meskipun tergolong pendek, Surah Al-Lail adalah pengingat kuat tentang pentingnya keikhlasan dalam setiap perbuatan kita.