Ilustrasi Malam Hari
Pertanyaan mendasar bagi banyak umat Muslim adalah mengenai posisi spesifik setiap surah dalam Mushaf. Terkait dengan pertanyaan surah al lail terletak di juz ke, jawabannya cukup jelas dan mudah diingat. Surah Al-Lail (bahasa Arab: الليل, artinya "Malam") adalah surah ke-92 dalam urutan mushaf Al-Qur'an yang standar.
Secara struktural, Surah Al-Lail menempati posisi penting di bagian akhir Al-Qur'an. Surah ini seluruhnya berjumlah 21 ayat dan merupakan bagian dari kelompok surah-surah pendek yang berada di Juz ke-30. Juz ke-30, yang sering disebut sebagai Juz 'Amma (meskipun Juz 'Amma secara teknis dimulai dari Surah An-Naba), berisi banyak sekali surah-surah pendek yang biasa dibaca dalam shalat sehari-hari dan hafalan pemula. Mengetahui bahwa Al-Lail berada di Juz 30 memberikan konteks geografis dalam Al-Qur'an.
Surah Al-Lail merupakan surah Makkiyah, yang berarti ia diturunkan sebelum Nabi Muhammad SAW berhijrah ke Madinah. Surah-surah Makkiyah umumnya berfokus pada penguatan akidah, tauhid, hari kebangkitan, dan karakteristik Allah SWT. Al-Lail memulai sumpahnya yang kuat dengan bersumpah atas fenomena alam yang kontras:
"Demi malam apabila ia menyelimuti (dengan kegelapannya)," (QS. Al-Lail: 1)
Sumpah ini kemudian dilanjutkan dengan sumpah atas siang hari. Kontras antara malam dan siang digunakan sebagai landasan untuk menjelaskan prinsip keadilan ilahi dan perbedaan jalan hidup manusia. Tema sentral dari surah ini adalah bahwa amal perbuatan manusia, baik atau buruk, akan dibalas sesuai dengan niat dan usahanya di dunia.
Inti dari ajaran Surah Al-Lail adalah perbandingan antara dua tipe manusia dalam membelanjakan harta mereka di jalan Allah. Allah SWT menegaskan bahwa manusia diciptakan dengan perbedaan cara pandang terhadap kekayaan:
Pesan ini sangat relevan, terutama karena Al-Lail menegaskan bahwa kekayaan sejati bukanlah sekadar akumulasi harta, melainkan keberanian untuk mengorbankannya di jalan ketaatan. Ayat-ayat ini mendorong umat Islam untuk tidak terjerumus dalam kesenangan materi duniawi yang fana.
Penting untuk dicatat bahwa Surah Al-Lail tidak hanya berbicara tentang tindakan fisik memberi, tetapi juga tentang niat di baliknya. Ayat kunci menegaskan bahwa seseorang tidak akan binasa hartanya jika tujuannya adalah untuk membersihkan diri dari dosa dan mencari keridhaan Ilahi. Bahkan, ayat 18 secara eksplisit menegaskan: "Dan apakah hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa?" Ini menekankan bahwa manfaat harta hanya ada ketika digunakan untuk tujuan yang diridhai Allah, bukan ketika disimpan hingga kematian menjemput.
Dengan demikian, meskipun surah al lail terletak di juz ke 30, pesan moral dan spiritualnya sangat universal dan abadi. Ia mengingatkan kita bahwa setiap malam dan setiap siang yang kita lalui adalah kesempatan untuk memilih jalan mana yang akan kita tempuh menuju akhir yang telah ditentukan.