Menggali Hikmah Surat Al-Kahfi Ayat 78

Ilustrasi visualisasi kisah Musa dan Khidir tentang batas ilmu manusia Musa Khidir Pengetahuan Batas Ilmu Musa Ilmu Lain "Inilah perpisahan antara aku dan kamu"

Konteks Ayat

Surat Al-Kahfi, yang dikenal sebagai surat pelindung dari fitnah Dajjal, menyimpan banyak kisah penting yang sarat hikmah. Salah satu episode paling mendalam adalah pertemuan antara Nabi Musa AS dengan seorang hamba Allah yang saleh, yang sering disebut sebagai Nabi Khidir AS (ayat 60 hingga 82). Kisah ini adalah pelajaran tentang batasan ilmu manusia dan keagungan ilmu Allah SWT.

Puncak dari dialog dan perjalanan mereka tiba pada ayat yang menjadi fokus pembahasan kita, yaitu Surat Al-Kahfi ayat 78. Ayat ini menandai titik balik dan perpisahan antara kedua tokoh tersebut, setelah Khidir AS menunjukkan kepada Musa AS tiga peristiwa besar yang tidak dapat dipahami oleh Musa dengan ilmunya yang terbatas.

Teks Surat Al-Kahfi Ayat 78

قَالَ هَٰذَا فِرَاقُ بَيْنِي وَبَيْنِكَ ۚ سَأُنَبِّئُكَ بِتَأْوِيلِ مَا لَمْ تَسْتَطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا
(Khidir) berkata: "Inilah perpisahan antara aku dan kamu; aku akan memberitahukan kepadamu perincian tentang apa yang kamu tidak dapat bersabar atasnya."

Penjelasan dan Hikmah Ayat

Ayat 78 ini memuat dua poin utama yang sangat fundamental: **penegasan perpisahan** dan **janji penjelasan (ta'wil)**.

1. Penegasan Perpisahan

Frasa "هَٰذَا فِرَاقُ بَيْنِي وَبَيْنِكَ" (Inilah perpisahan antara aku dan kamu) menegaskan bahwa tujuan utama pertemuan dan perjalanan bersama telah selesai. Musa AS telah menyaksikan dan mengalami secara langsung kebenaran yang jauh melampaui logika rasionalnya saat itu. Ia belajar bahwa ada pengetahuan yang tidak dapat diakses melalui akal atau syariat yang dia pahami secara lahiriah semata. Perpisahan ini bukanlah kegagalan, melainkan puncak pencapaian spiritual bagi Musa dalam konteks pelajaran tersebut.

Pelajarannya: Batas kemampuan akal manusia dalam memahami hikmah di balik takdir Ilahi.

2. Janji Penjelasan Ilmu yang Tersembunyi

Bagian kedua, "سَأُنَبِّئُكَ بِتَأْوِيلِ مَا لَمْ تَسْتَطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا" (Aku akan memberitahukan kepadamu perincian tentang apa yang kamu tidak dapat bersabar atasnya), adalah kunci penutup. Khidir AS mengakui bahwa Musa tidak sabar bukan karena kelemahan iman, melainkan karena ia belum memiliki 'ta'wil' (interpretasi mendalam atau hakikat) dari peristiwa-peristiwa tersebut.

Ta'wil di sini merujuk pada pemahaman hakiki di balik layar takdir. Musa melihat perbuatan yang tampak salah (melubangi perahu, membunuh anak muda, memperbaiki tembok tanpa upah), namun Khidir akan menjelaskan bahwa di balik perbuatan tersebut terdapat maslahat (kebaikan) yang luar biasa dan rencana Allah yang lebih besar.

Kisah ini mengajarkan kita untuk:

Relevansi di Era Modern

Dalam kehidupan kontemporer, kita sering dihadapkan pada situasi yang sulit dipahami, baik itu penderitaan pribadi, ketidakadilan sosial, atau peristiwa global yang membingungkan. Mengikuti teladan Musa AS dalam menghadapi Khidir AS, kita didorong untuk tidak cepat menghakimi atau putus asa.

Ketika kesabaran diuji oleh hal-hal yang "tidak adil" atau "tidak logis" menurut pandangan kita, ingatlah bahwa di balik setiap kejadian terdapat 'ta'wil' dari Allah SWT. Ayat 78 Surat Al-Kahfi mengingatkan bahwa terkadang, hikmah terbaik tersembunyi di balik peristiwa yang paling membuat kita gelisah. Kita diminta untuk tetap teguh dalam tauhid, bersabar, dan yakin bahwa pada waktunya, Allah akan menunjukkan kebenaran dan keadilan-Nya.

Perpisahan dalam ayat ini bukan akhir, melainkan transisi menuju tingkat pemahaman yang lebih tinggi. Bagi seorang mukmin, kesabaran atas ketidakpahaman adalah bentuk ibadah tersendiri, menanti penjelasan akhir dari Sang Maha Mengetahui.

🏠 Homepage