Awal Tujuan IHDINA

Surat Al-Fatihah Ayat 6 dan Artinya

Surat Al-Fatihah, yang berarti "Pembukaan", adalah surah pertama dalam Al-Qur'an dan dianggap sebagai inti dari ajaran Islam. Ayat keenam dari surat ini merupakan permintaan kunci yang paling sering diulang oleh setiap Muslim dalam ibadah salatnya. Ayat ini berisi permohonan petunjuk yang sangat spesifik kepada Allah SWT.

ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ Ihdinas-ṣirāṭal-mustaqīm Tunjukilah kami jalan yang lurus.

Bacaan Lengkap Ayat 6

Untuk memahami konteksnya, berikut adalah bacaan lengkap ayat 6 dari Surat Al-Fatihah dalam tiga bentuk:

Makna Mendalam "Ihdinas-ṣirāṭal-mustaqīm"

Permintaan ini bukan sekadar formalitas ritual, melainkan sebuah pengakuan fundamental manusia bahwa tanpa bimbingan Ilahi, ia akan tersesat. Kata kunci dalam ayat ini adalah "Ihdina" dan "Ash-Shiraathal Mustaqiim".

1. Ihdina (تunjukilah kami)

Kata Ihdina (اهْدِنَا) berasal dari kata dasar Huda (هدي) yang berarti petunjuk. Dalam konteks ini, permintaan ini mencakup beberapa tingkatan petunjuk:

Dengan mengucapkan "Ihdina," seorang hamba mengakui kelemahannya dan ketergantungannya total kepada Allah sebagai satu-satunya sumber kebenaran.

2. Ash-Shiraathal Mustaqiim (Jalan yang Lurus)

Jalan yang lurus (الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ) adalah inti dari petunjuk yang diminta. Jalan ini adalah jalan yang jelas, tidak bengkok, aman, dan mengantarkan kepada tujuan akhir yaitu keridhaan Allah dan Surga-Nya. Para ulama tafsir sepakat bahwa Ash-Shiraathal Mustaqiim ini merujuk pada:

  1. Agama Islam itu Sendiri: Jalan yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, yang mencakup aqidah (keyakinan), syariah (hukum), dan akhlak (etika).
  2. Al-Qur'an dan As-Sunnah: Pedoman utama yang menjadi cahaya bagi umat manusia.
  3. Jalan Kenabian: Cara hidup para nabi dan orang-orang saleh terdahulu.

Permintaan ini adalah permohonan agar Allah senantiasa menjaga hati dan langkah kita agar tidak menyimpang sedikit pun dari ajaran-Nya yang murni.

Mengapa Ayat Ini Begitu Penting?

Ayat keenam ini berfungsi sebagai jembatan penghubung antara pengakuan keesaan dan kemahakuasaan Allah (Ayat 1-5) dengan permohonan praktis untuk keselamatan (Ayat 7). Setelah memuji Allah, hamba kini memohon agar diberikan sarana untuk mencapai tujuan pujian tersebut, yaitu hidup dalam ketaatan.

Setiap kali kita mengucapkannya, kita sedang melakukan konfirmasi ulang atas kebutuhan kita akan bimbingan. Dunia penuh dengan jalan-jalan yang tampak lurus namun mengarah pada kehancuran (syubhat dan syahwat). Oleh karena itu, permohonan ini wajib diulang-ulang agar kita tidak jatuh pada kesesatan yang pernah dialami oleh umat-umat terdahulu.

Kesimpulan Konteks dalam Al-Fatihah

Ayat 6 ini diletakkan secara strategis. Ayat 5 menegaskan bahwa hanya kepada Allah kita menyembah dan memohon pertolongan. Maka, sebagai konsekuensi logis dari penyembahan itu, kita harus meminta petunjuk tentang cara menyembah yang benar. Permohonan "Tunjukilah kami jalan yang lurus" adalah inti dari ibadah itu sendiri, yang kemudian akan dijelaskan pada ayat berikutnya sebagai jalan orang-orang yang diberi nikmat, bukan jalan mereka yang dimurkai atau tersesat.

Dengan demikian, Al-Fatihah ayat 6 adalah doa yang mencakup seluruh kebutuhan spiritual seorang mukmin: pengakuan, permohonan bimbingan, dan harapan untuk berada di jalur kebenaran yang absolut.

🏠 Homepage