Ilustrasi Simbolis
Dalam khazanah keilmuan Islam, terdapat surat pendek dalam Al-Qur'an yang memiliki kedudukan luar biasa, setara dengan sepertiga Al-Qur'an. Surat tersebut adalah Al-Ikhlas (QS. Al-Ikhlas 112:1-4). Keistimewaannya tidak hanya terletak pada keringkasan redaksinya, namun pada kedalaman makna tauhid murni yang terkandung di dalamnya.
Banyak riwayat yang menjelaskan betapa agungnya surat ini. Bahkan, dalam beberapa kisah spiritual yang bersumber dari tradisi lisan dan beberapa riwayat lemah namun sarat hikmah, dikisahkan bahwa keagungan surat Al-Ikhlas sampai termanifestasi di alam gaib, bahkan terukir atau terpantul pada ciptaan Allah yang mulia, seperti sayap malaikat.
Konsep 'Surat Al Ikhlas di sayap malaikat' seringkali merujuk pada kedekatan makhluk-makhluk mulia tersebut dengan inti ajaran Islam, yaitu pengesaan Allah SWT. Malaikat, sebagai hamba Allah yang paling taat dan murni, secara inheren membawa pesan tauhid dalam setiap hembusan keberadaan mereka. Mereka adalah representasi hidup dari ketaatan mutlak, sebuah cerminan sempurna dari apa yang diikrarkan dalam Al-Ikhlas: Allah itu satu, tempat bergantung segala sesuatu.
Ketika kita merenungkan firman Allah dalam surat tersebut:
قُلْ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ (Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa)
ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ (Allah tempat meminta segala sesuatu)
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ( (Allah) tidak beranak dan tiada pula diperanakkan)
وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدٌ (Dan tiada seorang pun yang menyamai Dia)
Isi surat ini adalah pembersihan total dari segala bentuk kesyirikan dan pemahaman yang keliru mengenai sifat-sifat Ilahi. Karena kemurnian inilah, dipercaya bahwa cahaya atau resonansi ilahinya sangat kuat, sehingga tampak di antara para malaikat yang bertugas memikul Arsy atau bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Malaikat Jibril, pembawa wahyu, membawa pesan tauhid ini langsung dari sisi Allah. Ketaatan Jibril adalah cermin kesempurnaan tauhid yang diajarkan dalam Al-Ikhlas. Bayangkan, jika malaikat yang bertugas membawa petunjuk termulia ini memiliki tanda atau aura khusus yang merepresentasikan surat tersebut, betapa besar urgensi surat ini bagi kehidupan seorang mukmin.
Bagi seorang muslim, mengamalkan atau sekadar membaca surat ini dengan tadabbur (perenungan mendalam) adalah usaha untuk membersihkan hati, menyingkirkan segala bentuk 'syirik khafi' (kesyirikan tersembunyi) yang mungkin menyusup dalam niat dan amal kita. Jika niat kita ikhlas, maka amal kita akan diterima, sebagaimana malaikat menjalankan tugasnya tanpa pamrih duniawi.
Kisah simbolis mengenai sayap malaikat yang membawa Al-Ikhlas sejatinya adalah ajakan bagi kita untuk menjadikan tauhid sebagai poros utama kehidupan. Bagaimana kita bisa menyelaraskan diri dengan kemurnian para malaikat? Jawabannya terletak pada pengakuan bahwa segala sesuatu—kekuatan, pertolongan, harapan—hanya bersumber dari Allah As-Shamad.
Jika kita merasa tertekan atau menghadapi masalah, kita kembali kepada Al-Ikhlas. Kita mengakui bahwa Allah tidak membutuhkan perantaraan, tidak beranak, dan tidak ada yang setara dengan-Nya. Pengakuan ini memberikan ketenangan hakiki. Dalam kekhusyukan shalat, ketika kita membaca surat ini, kita sedang membangun jembatan spiritual yang kuat, mungkin terasa seperti sayap yang mengangkat jiwa kita dari keruwetan duniawi menuju kehadirat Ilahi.
Keutamaan membaca Al-Ikhlas berulang kali begitu besar hingga dalam beberapa hadits disebutkan bahwa orang yang membacanya sepuluh kali akan dibangunkan untuknya sebuah istana di surga. Jika dibaca empat kali, ia menyamai pahala membaca seluruh Al-Qur'an.
Meskipun kita tidak dapat secara harfiah melihat ukiran surat tersebut pada sayap malaikat, pesan yang dibawa oleh analogi ini sangat jelas: Kemurnian niat (ikhlas) adalah penentu ketinggian derajat kita di sisi Allah. Surat Al-Ikhlas adalah fondasi agama; tanpanya, bangunan amal kita akan runtuh. Dengan meneladani kemurnian yang dibawa oleh para malaikat—yang taat sepenuhnya kepada Al-Ahad (Yang Maha Esa)—kita berharap amal kita senantiasa dinaikkan dalam keadaan suci dan diterima di sisi-Nya.