Surat Al Ikhlas: Posisi dan Keistimewaan dalam Al-Qur'an

T Simbol Keesaan dan Keutuhan

Salah satu surat pendek namun memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam adalah Surat Al-Ikhlas. Surat ini sering dibaca oleh umat Muslim karena kemudahannya dihafal dan kekayaan maknanya yang mendalam. Pertanyaan mengenai posisi surat ini dalam mushaf Al-Qur'an sering muncul, terutama bagi mereka yang baru mempelajari susunan kitab suci.

Surat Al Ikhlas Urutan Surat yang Ke...

Untuk menjawab pertanyaan inti mengenai surat al ikhlas urutan surat yang ke, jawabannya adalah: Surat Al-Ikhlas merupakan surat ke-112 dalam susunan mushaf Al-Qur’an standar yang kita kenal saat ini. Surat ini terletak setelah Surat Al-Falaq (surat ke-111) dan sebelum Surat An-Nas (surat ke-113).

Secara penomoran, Al-Ikhlas menempati posisi di antara dua surat pelindung (Al-Mu'awwidzatain). Namun, penting untuk dicatat bahwa urutan surat dalam mushaf (tartib al-mushaf) berbeda dengan urutan turunnya wahyu (tartib an-nuzul). Al-Ikhlas termasuk golongan surat Makkiyah, yang diturunkan di Mekkah sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah. Dalam urutan turunnya wahyu, Al-Ikhlas diturunkan setelah surat Al-Falaq.

Keistimewaan yang Tak Tertandingi

Meskipun hanya terdiri dari empat ayat pendek, keistimewaan Surat Al-Ikhlas sangat luar biasa. Surat ini sering disebut sebagai 'sepertiga Al-Qur'an'. Sebutan ini didasarkan pada sebuah hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, di mana Rasulullah SAW menyatakan bahwa membacanya sebanding dengan membaca sepertiga dari keseluruhan isi Al-Qur’an.

Alasan utama mengapa surat ini memiliki keutamaan sebesar itu adalah karena esensi kandungan isinya. Surat ini adalah penegasan total tentang Tauhid (keesaan Allah SWT), sebuah konsep fundamental dalam Islam. Surat ini secara ringkas namun tegas menolak segala bentuk kesyirikan dan penyamaan Allah dengan makhluk-Nya.

Kandungan Pokok Surat Al-Ikhlas

Setiap ayat dalam surat ini memiliki bobot yang sangat besar:

  1. Ayat Pertama (Qul Huwallahu Ahad): Perintah untuk menyatakan bahwa Allah itu Esa. Ini adalah inti dakwah para nabi.
  2. Ayat Kedua (Allahu Ash-Shamad): Allah adalah tempat bergantung segala sesuatu. Makhluk membutuhkan-Nya, tetapi Dia tidak membutuhkan siapa pun.
  3. Ayat Ketiga (Lam Yalid Wa Lam Yulad): Penegasan bahwa Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan. Ini menolak konsep ketuhanan yang melibatkan garis keturunan atau keturunan ruhani.
  4. Ayat Keempat (Wa Lam Yakullahu Kufuwan Ahad): Tidak ada satu pun yang setara atau sebanding dengan-Nya. Ini adalah peniadaan total terhadap perbandingan apa pun.
Surat Al-Ikhlas (Ke-112)
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
اللَّهُ الصَّمَدُ
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ
Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia."

Fadilah Membaca Al-Ikhlas Setelah Shalat

Karena kedudukannya yang tinggi, membaca Al-Ikhlas dianjurkan dalam berbagai kesempatan. Selain dibaca dalam shalat sunnah Rawatib atau sebagai wirid harian, surat ini juga memiliki keutamaan besar jika dibaca rutin setelah shalat fardhu. Banyak riwayat yang menyebutkan bahwa membaca Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas tiga kali setelah Maghrib dan Subuh dapat memberikan perlindungan dari segala macam keburukan.

Memahami bahwa surat al ikhlas urutan surat yang ke-112 memberikan perspektif tentang bagaimana Al-Qur’an disusun, dimulai dengan surat-surat pembuka yang panjang (seperti Al-Baqarah) dan diakhiri dengan surat-surat pendek yang memuat doa perlindungan dan penegasan tauhid. Keberadaan Al-Ikhlas di akhir Al-Qur’an menekankan bahwa pemahaman yang kokoh tentang keesaan Allah adalah kesimpulan tertinggi dari seluruh ajaran yang terkandung di dalamnya.

Bagi seorang Muslim, menghafal dan merenungkan makna dari Al-Ikhlas adalah cara paling efektif untuk menguji dan memperkuat pondasi keimanan mereka. Surat ini adalah penangkal bagi pemikiran yang menyimpang, pengingat konstan bahwa Tuhan yang disembah adalah mutlak, tunggal, dan sempurna.

Kesimpulannya, posisi Surat Al-Ikhlas dalam Mushaf adalah yang ke-112. Meskipun urutannya berada di penghujung kitab, maknanya adalah fondasi utama yang harus dipegang teguh oleh setiap mukmin.

*Renungan Mengenai Tauhid dan Keutuhan Tuhan*

🏠 Homepage