Surat Al-Kahfi adalah salah satu surat yang sarat akan pelajaran hidup, terutama dalam menghadapi godaan dunia dan ujian keimanan. Di antara ayat-ayat pentingnya adalah ayat ke-81, yang menceritakan kisah Nabi Musa AS dan Khidr. Ayat ini menyimpan makna mendalam mengenai ilmu, takdir, dan hikmah di balik setiap kejadian.
Berikut adalah teks Arab dari Surat Al-Kahfi ayat 81, beserta terjemahannya dalam Bahasa Indonesia:
"Maka berjalanlah keduanya, hingga ketika mereka menaiki perahu, Khidr melubanginya. Musa berkata, 'Mengapa kamu melubangi perahu ini? Apakah kamu hendak menenggelamkan penumpangnya? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang amat mungkar (sangat ganjil).'"
Ayat ini merupakan bagian dari kisah perjalanan Nabi Musa bersama hamba Allah yang saleh, Khidr. Peristiwa pelubangan perahu ini adalah salah satu dari tiga kejadian yang awalnya tampak aneh dan bahkan "mungkar" di mata Nabi Musa, namun kemudian terungkap hikmahnya.
Pelajaran Tentang Ilmu dan Keterbatasan Pemahaman Manusia
Permintaan Nabi Musa untuk mengikuti Khidr didasari oleh keinginannya untuk menimba ilmu. Namun, ayat 81 ini menunjukkan batas pemahaman seorang nabi sekalipun ketika berhadapan dengan ilmu Allah yang Maha Luas. Bagi Musa, tindakan Khidr melubangi perahu adalah sebuah perusakan properti dan ancaman terhadap nyawa penumpang. Reaksi Musa adalah reaksi logis seorang manusia yang hanya melihat permukaan peristiwa. Ia menilai berdasarkan standar keadilan yang kasat mata.
Tindakan Khidr, yang merupakan manifestasi dari ilmu laduni (ilmu langsung dari Allah), memiliki tujuan yang jauh melampaui apa yang bisa dilihat oleh Musa. Tujuan Khidr melubangi perahu itu adalah untuk menyelamatkan perahu tersebut dari perampasan oleh seorang raja zalim yang sedang mengintai di seberang lautan. Jika perahu itu sempurna, mereka akan dirampok. Dengan melubanginya, perahu itu tampak rusak sehingga tidak menarik perhatian perampok.
Hakikat Sabar dalam Menghadapi Ketidakpahaman
Kisah ini mengajarkan pentingnya kesabaran, terutama ketika kita tidak memahami akar masalah atau tujuan akhir dari suatu kejadian. Dalam hidup, seringkali kita dihadapkan pada situasi yang terasa tidak adil, menyakitkan, atau bahkan destruktif. Kita mungkin bereaksi seperti Nabi Musa, menuntut penjelasan segera dan menghakimi tindakan tersebut. Namun, Surat Al-Kahfi ayat 81 mengingatkan kita bahwa ada dimensi lain dari realitas yang belum kita pahami.
Seringkali, apa yang kita anggap sebagai musibah adalah bentuk perlindungan ilahiah. Apa yang kita anggap sebagai kebaikan, bisa jadi mengandung keburukan tersembunyi di masa depan. Ayat ini menegaskan bahwa ilmu yang dimiliki manusia itu terbatas (sebagaimana Musa yang terkejut dengan tindakan Khidr), sementara ilmu Allah bersifat menyeluruh dan penuh hikmah yang tersembunyi. Menyerahkan penilaian akhir kepada Allah dan berusaha bersabar menantikan kejelasan adalah kunci ketenangan jiwa.
Kesimpulan Hikmah Ayat 81
Surat Al-Kahfi ayat 81, melalui dialog Musa dan Khidr mengenai perahu yang dilubangi, memberikan beberapa pelajaran fundamental. Pertama, mengakui keterbatasan ilmu kita. Kedua, pentingnya menjaga adab (etika) dalam bertanya kepada orang yang lebih berilmu (sebagaimana teguran Khidr kepada Musa mengenai cara berbicara). Ketiga, bahwa di balik setiap peristiwa yang tampak buruk atau aneh, terdapat rencana dan takdir yang lebih besar yang bertujuan mendatangkan kebaikan atau mencegah keburukan yang lebih besar lagi. Dengan merenungkan ayat ini, seorang Muslim diajak untuk menumbuhkan rasa tawakal yang mendalam dan menghindari penghakiman yang tergesa-gesa terhadap ketetapan-Nya.