Mendalami Surat Al Kahfi Ayat 83

?

Ilustrasi: Perjalanan Menuju Pengetahuan

Kisah Nabi Musa AS bersama Khidir adalah salah satu narasi paling memukau dalam Al-Qur'an, yang termaktub jelas dalam Surat Al-Kahfi. Ayat demi ayat dalam surat ini mengajarkan kepada umat Islam tentang pentingnya kesabaran, kerendahan hati dalam mencari ilmu, serta memahami bahwa kebijaksanaan Ilahi seringkali melampaui pemahaman dangkal manusia. Fokus kita kali ini adalah pada bagian pembuka kisah tersebut, yaitu **Surat Al Kahfi ayat 83**.

Teks dan Terjemahan Surat Al Kahfi Ayat 83

Ayat ini menjadi gerbang masuk untuk memahami konteks permintaan Nabi Musa AS kepada Allah SWT untuk dapat bertemu dengan hamba saleh yang memiliki ilmu laduni (ilmu langsung dari sisi Allah).

وَيَسْأَلُونَكَ عَنْ ذِي الْقَرْنَيْنِ ۖ قُلْ سَأَتْلُو عَلَيْكُمْ مِنْهُ ذِكْرًا
"Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Zulkarnain. Katakanlah: 'Aku akan membacakan kepadamu (sebagian dari) ceritanya.'"

Menariknya, ayat 83 ini bukan langsung membahas pertemuan Musa dan Khidir, melainkan membahas pertanyaan yang diajukan kaum musyrik Mekkah kepada Nabi Muhammad SAW tentang sosok bernama Zulkarnain. Namun, dalam konteks Tafsir Al-Kahfi secara keseluruhan, ayat ini seringkali diletakkan berdekatan dengan kisah Musa dan Khidir (ayat 60-82) sebagai pengantar kepada kisah ketiga yang akan dibahas dalam surat tersebut, atau sebagai penutup pembahasan tentang ujian kekuasaan (Zulkarnain) setelah pembahasan tentang ilmu (Khidir) dan harta/fitnah dunia (Ashabul Kahfi).

Konteks Ayat di Tengah Kisah

Meskipun terjemahan harfiah ayat 83 membahas Zulkarnain, dalam beberapa penafsiran dan pembacaan mushaf, ayat ini muncul setelah diskusi panjang mengenai kisah Nabi Musa dan Khidir. Tujuannya adalah untuk memperkenalkan tiga jenis ujian utama yang dihadapi manusia:

  1. Ujian Iman dan Kesabaran (Ashabul Kahfi).
  2. Ujian Ilmu dan Batasan Pemahaman Manusia (Musa dan Khidir).
  3. Ujian Kekuasaan dan Kekuatan (Zulkarnain).

Oleh karena itu, ketika kita mempelajari Surat Al Kahfi, pemahaman terhadap ayat-ayat di sekitarnya sangat krusial. Ayat 83 berfungsi sebagai jembatan yang mengarahkan pembaca dari kisah pencarian ilmu kepada pelajaran tentang kepemimpinan yang adil.

Pelajaran Utama dari Konteks Al-Kahfi

Kisah yang mendahului ayat 83, yakni perjalanan Musa dan Khidir, memberikan pelajaran fundamental. Nabi Musa, seorang utusan Allah yang diberi kedudukan tinggi, harus tunduk dan sabar mengikuti bimbingan Khidir, seorang hamba Allah yang dianugerahi ilmu khusus. Ini menunjukkan bahwa:

Ayat 83, yang memperkenalkan Zulkarnain, menggeser fokus dari pencarian ilmu spiritual kepada manifestasi kekuatan yang digunakan untuk kebaikan. Zulkarnain adalah gambaran bagaimana kekuatan duniawi seharusnya digunakan: untuk menyebarkan keadilan, melawan kezaliman (seperti membangun dinding pemisah dari Yakjuj dan Makjuj), dan mencari jalan menuju kebaikan.

Zulkarnain: Figur Pemimpin yang Dicari

Kaum musyrik Mekkah bertanya tentang Zulkarnain karena mereka mendengar riwayat tentangnya dari Yahudi atau Nasrani. Mereka bermaksud menguji pengetahuan Nabi Muhammad SAW. Jawaban Nabi, "Aku akan membacakan kepadamu (sebagian dari) ceritanya," menekankan bahwa Al-Qur'an adalah sumber kebenaran utama, bahkan untuk kisah-kisah masa lalu yang mungkin telah tercampur dengan mitos atau perubahan.

Kisah Zulkarnain mengajarkan bahwa kekuasaan dan ekspansi wilayah bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana untuk menegakkan agama Allah dan membawa kemaslahatan bagi umat manusia. Berbeda dengan kisah Musa dan Khidir yang berfokus pada dimensi batiniah dan pengetahuan, Zulkarnain mewakili dimensi lahiriah—bagaimana keimanan dan ilmu harus diimplementasikan dalam urusan duniawi dan tata kelola pemerintahan.

Dengan demikian, Surat Al-Kahfi, yang ayat-ayatnya meliputi ayat 83, memberikan panduan komprehensif. Ia mengajarkan kita untuk berhati-hati terhadap fitnah dunia, menghargai ilmu yang mendalam, dan menggunakan kekuatan yang kita miliki—baik itu kekuatan ilmu, harta, atau otoritas—dengan tujuan yang diridhai Allah.

🏠 Homepage