Surat Al-Lail (Malam) adalah surat ke-92 dalam urutan mushaf Al-Qur'an, terdiri dari 21 ayat, dan termasuk golongan surat Makkiyyah. Surat ini diawali dengan sumpah Allah SWT terhadap waktu malam dan siang, serta membahas tentang perbedaan jalan hidup manusia, yaitu jalan kemudahan (kebahagiaan) dan jalan kesulitan (kesengsaraan), berdasarkan amal perbuatan mereka di dunia.
Memahami makna dan cara membaca Al-Lail dengan benar, termasuk kaidah tajwidnya, sangat penting untuk mendapatkan keberkahan dan balasan terbaik dari Allah SWT, seperti yang dijanjikan dalam ayat-ayat penutup surat ini.
Teks Arab, Transliterasi, dan Terjemahan Singkat
Kajian Tajwid dalam Surat Al-Lail
Membaca Al-Qur'an dengan tartil dan tajwid yang benar adalah tuntunan syariat. Dalam Surat Al-Lail, terdapat beberapa kaidah tajwid penting yang perlu diperhatikan:
Kalaqalah adalah memantulkan suara pada huruf yang bertanda sukun, di mana huruf tersebut adalah salah satu dari lima huruf (ق، ط، ب، ج، د). Contoh dalam surat ini: يَغْشَىٰ (Qalqalah Shughra pada huruf Syin jika diucapkan dengan mengalir) dan تَرَدَّىٰ (Dhadh sukun di akhir ayat, sering dibaca dengan Qalqalah Kubra jika dihentikan).
Idgham adalah meleburkan nun sukun atau tanwin dengan huruf setelahnya. Contoh: مَنۡ أَعۡطَىٰ (Idgham Bighunnah - melebur dengan dengung pada Alif). Contoh lain: إِنَّ عَلَيْنَا لَلْهُدَىٰ (Lam pada 'Alal Hudā' adalah Idgham Bilaghunnah, yaitu memasukkan Lam tanpa dengung).
Ini berkaitan dengan pemanjangan bacaan ketika bertemu Alif setelah Fathah, Wawu setelah Dhammah, atau Ya setelah Kasrah. Contoh: ٱلْأَشْقَى ٱلَّذِى (Mad Jaiz Munfashil jika dibaca terpisah antara dua kata).
Menyembunyikan suara Nun Sukun atau Tanwin dengan disertai dengung (ghunnah) ketika bertemu huruf-huruf Ikhfa. Contoh: إِنَّ سَعْيَكُمْ لَشَتَّىٰ (Nun sukun di "s'ayikum" diikuti Ya'). Meskipun penekanan pada ghunnah dan dengung di situ seringkali lebih dominan pada Ghunnah Musyaddadah. Perhatikan juga مَنۢ بَخِلَ (Nun sukun bertemu Ba').
Dengung yang kuat dan lebih panjang ketika ada huruf Nun atau Mim yang bertasydid. Contoh: إِنَّ (pada ayat 6 dan 13), فَأَمَّا (pada ayat 5 dan 8). Dengung ini harus jelas dan berdurasi dua harakat.
Inti Pesan Surat Al-Lail
Surat ini secara fundamental menjelaskan bahwa keberagaman nasib manusia di akhirat adalah konsekuensi langsung dari pilihan hidup mereka di dunia. Allah SWT menjamin bahwa jalan menuju kebahagiaan (Yusrā) tersedia bagi mereka yang memilih jalan kedermawanan, ketakwaan, dan pembenaran terhadap janji Allah (Al-Husna). Sebaliknya, jalan menuju kesulitan (Usra) disiapkan bagi mereka yang memilih kekikiran, kesombongan, dan pendustaan terhadap hari pembalasan.
Poin kunci dari surat ini adalah penekanan bahwa amal yang bernilai di sisi Allah bukanlah dilihat dari kuantitas harta, melainkan dari niat ikhlasnya. Ayat 18-20 menegaskan bahwa sedekah yang sejati adalah yang dikeluarkan bukan untuk mengharapkan balasan dari sesama manusia, melainkan murni untuk mencari keridhaan Allah Al-A'la (Yang Maha Tinggi). Janji terindah adalah وَلَسَوْفَ يَرْضَىٰ (Dan kelak pasti dia akan mendapat kepuasan), yaitu kepuasan yang jauh melampaui segala kenikmatan duniawi.