Ilustrasi simbol keberkahan Al-Fatihah
Pertanyaan mendasar mengenai salah satu surat terpenting dalam Islam adalah: **Surat Al-Fatihah berjumlah berapa ayat?** Jawaban yang disepakati oleh seluruh ulama dan madzhab adalah **tujuh ayat**. Surat yang bernama lengkap Fatihatul Kitab (Pembuka Kitab) ini adalah jantung dari setiap rakaat salat seorang Muslim. Keutamaan dan kedudukannya sangat tinggi, bahkan diabadikan dalam Al-Qur'an sebagai 'Ummul Kitab' (Induk Al-Qur'an) dan 'As-Sab'ul Matsani' (Tujuh Ayat yang Diulang-ulang).
Ayat pertama, "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang," adalah pembuka yang menjadi penanda setiap amal saleh. Meskipun terdapat perbedaan pendapat kecil di kalangan ulama apakah Basmalah dihitung sebagai bagian dari ayat pertama atau sebagai ayat tersendiri, konsensus umum (terutama Syafi'iyyah dan Hanabilah) menyatakan bahwa Bismillah (Ayat 1) merupakan bagian integral dari tujuh ayat Al-Fatihah.
Tujuh ayat tersebut terbagi secara sistematis, mencakup pujian kepada Allah, pengakuan keesaan-Nya, penyerahan diri, dan permohonan petunjuk. Setelah Basmalah (Ayat 1), ayat-ayat selanjutnya adalah sebagai berikut:
Penting untuk dicatat bahwa bagi mazhab Hanafi, mereka menganggap Basmalah tidak termasuk ayat, sehingga mereka menghitung enam ayat setelahnya, menjadikan total ayat Al-Fatihah enam ayat (di luar Basmalah). Namun, dalam konteks praktik salat di banyak negara Islam dan berdasarkan pandangan mayoritas ulama tafsir, penetapan **surat Al-Fatihah berjumlah tujuh ayat** (termasuk Basmalah) adalah yang paling populer.
Mengapa surat yang hanya berjumlah tujuh ayat ini begitu diagungkan? Al-Fatihah bukan sekadar rangkaian kata; ia adalah dialog langsung antara hamba dan Tuhannya, sebagaimana dijelaskan dalam hadis Qudsi. Ketika seorang hamba membaca Al-Fatihah, Allah SWT memberikan jawaban atas setiap ayat yang dibaca.
Ayat 1 sampai 4 adalah pujian dan pengakuan hamba terhadap keagungan Allah. Ayat 5 adalah penyerahan totalitas ibadah dan permohonan pertolongan. Sementara ayat 6 dan 7 adalah permohonan inti agar diberikan petunjuk menuju jalan kebenaran, yaitu jalan orang-orang yang diridhai Allah, bukan jalan orang-orang yang dimurkai maupun mereka yang tersesat.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Al-Fatihah adalah penawar (syifa') dari segala penyakit hati dan fisik. Karena mencakup tauhid uluhiyah (pengesaan dalam ibadah), tauhid rububiyah (pengesaan dalam penciptaan), dan permohonan bimbingan, surat ini memenuhi kebutuhan spiritual dasar manusia. Tanpa membacanya dalam salat fardu maupun sunah, salat tersebut dianggap tidak sah menurut mayoritas fuqaha.
Mengetahui bahwa **surat Al-Fatihah berjumlah tujuh ayat** saja tidak cukup jika kita tidak menghayati maknanya. Ketika kita mengucap "Alhamdulillaahirabbil 'aalamiin," kita sedang mengakui bahwa segala puji hanya milik Allah. Ketika kita mengucapkan "Iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin," kita menyatakan ketiadaan tandingan dalam ibadah dan ketergantungan kita yang mutlak.
Ayat terakhir, permohonan petunjuk (Ihdinas-shiraatal-mustaqiim), harus diucapkan dengan kerendahan hati yang mendalam, menyadari bahwa tanpa bimbingan Ilahi, manusia mudah terjerumus ke dalam kesesatan. Oleh karena itu, pengulangan tujuh ayat ini dalam setiap unit salat berfungsi sebagai penyegaran spiritual, mengingatkan kembali tujuan utama penciptaan manusia, yaitu beribadah dan mencari keridhaan Allah SWT. Jumlah yang sedikit namun padat makna menjadikannya pilar utama ajaran Islam.