Ilustrasi urutan surat setelah Al-Fiil.
Dalam mushaf Al-Qur'an, urutan penulisan surat tidak selalu mengikuti urutan pewahyuan. Surat Al-Fiil (Gajah), yang merupakan surat ke-105, menempati posisi penting karena kisahnya yang heroik mengenai pertolongan Allah dalam menjaga Ka'bah dari serangan pasukan gajah Abrahah. Namun, ketika kita berbicara mengenai surat yang secara kronologis datang setelah Al-Fiil dalam mushaf standar, kita merujuk pada **Surat Al-Ma'un (QS. Al-Ma'un)**, yang merupakan surat ke-107.
Meskipun Al-Ma'un secara nomor urut berada setelah Al-Fiil (105) dan Al-Quraisy (106), hubungan tematik antara Al-Fiil dan Al-Ma'un sangat menarik. Keduanya berbicara tentang konsekuensi dari iman dan amal perbuatan, meskipun dari perspektif yang berbeda. Al-Fiil menekankan kasih karunia dan perlindungan Allah kepada rumah-Nya, sementara Al-Ma'un menekankan tanggung jawab sosial dan ibadah yang tulus kepada-Nya.
Surat Al-Ma'un adalah surat pendek yang terdiri dari 7 ayat dalam juz ke-30. Surat ini termasuk golongan surat Makkiyah, yang diyakini diwahyukan di Mekkah sebelum Hijrah. Nama Al-Ma'un (yang berarti 'barang berguna' atau 'pertolongan kecil') merujuk pada penolakan untuk memberikan bantuan atau manfaat kepada sesama, yang merupakan inti teguran dalam surat ini.
Pesan utama surat ini ditujukan kepada mereka yang mengaku beriman, namun tindakan mereka kontradiktif dengan klaim tersebut. Islam sangat menekankan kesatuan antara keyakinan (iman) dan perbuatan (amal). Al-Ma'un secara gamblang menyoroti kemunafikan dalam beribadah jika tidak disertai kepedulian sosial.
Surat Al-Ma'un secara ringkas menguraikan tiga ciri utama orang-orang yang dicela:
Puncak kritik dalam surat ini terdapat pada ayat 4 hingga 6, di mana Allah SWT berfirman:
"Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, yang berbuat riya." (QS. Al-Ma'un: 4-6)
Para mufassir sepakat bahwa "lalai dari shalatnya" tidak hanya berarti meninggalkan shalat secara total, tetapi juga melaksanakan shalat tanpa kehadiran hati dan kekhusyukan. Lebih lanjut, disebutkan bahwa mereka melakukan shalat hanya untuk pamer (riya) kepada manusia, bukan karena ketaatan sejati kepada Allah SWT.
Penekanan pada shalat yang disertai dengan penelantaran yatim dan kemiskinan menunjukkan bahwa ibadah ritual (shalat) tidak akan diterima jika tidak diikuti dengan tanggung jawab sosial (muamalah). Seseorang yang rajin shalat namun kikir dan tidak peduli terhadap tetangganya, ibadahnya dianggap cacat.
Surat Al-Ma'un ditutup dengan peringatan keras: "Dan mereka enggan memberikan pertolongan (Al-Ma'un)." Ayat terakhir ini menyimpulkan seluruh rangkaian kritik. Jika seseorang tidak mampu memberikan pertolongan terkecil—baik berupa materi, waktu, atau dukungan moral—maka klaim keimanannya patut dipertanyakan.
Mempelajari surat yang datang setelah Al-Fiil ini mengajarkan bahwa manifestasi syukur atas perlindungan Allah (seperti dalam kisah Al-Fiil) adalah dengan merefleksikan nilai-nilai kepedulian dalam kehidupan sehari-hari. Surat Al-Ma'un berfungsi sebagai pengingat abadi bahwa Islam adalah agama yang utuh, di mana kedekatan dengan Tuhan harus terwujud dalam kebaikan terhadap sesama manusia.