Mengenal Tauhid dalam
Terjemahan Surat Al Ikhlas 1-4

Ilustrasi Simbolis Ketuhanan Tunggal Gambar abstrak yang menunjukkan satu titik pusat (ketuhanan) dikelilingi oleh empat elemen sederhana, melambangkan kesatuan (Tauhid). KUN

Pendahuluan Mengenai Al-Ikhlas

Surah Al-Ikhlas adalah salah satu surah terpendek dalam Al-Qur'an, namun memiliki bobot makna yang luar biasa besar. Surah ini sering disebut sebagai 'sepertiga Al-Qur'an' karena kandungan intinya yang memuat definisi tunggal dan murni mengenai Allah SWT. Nama "Al-Ikhlas" sendiri berarti memurnikan atau membersihkan, yang merujuk pada pemurnian keyakinan terhadap tauhid.

Permintaan untuk menjelaskan hakikat Allah sering diajukan oleh kaum musyrikin Mekkah kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai jawaban definitif, Allah menurunkan surah ini. Memahami terjemahan surat al ikhlas 1 4 adalah langkah awal untuk menghayati inti ajaran Islam.

Teks dan Terjemahan Lengkap

Berikut adalah teks Arab beserta terjemahan ayat per ayat untuk empat ayat pertama Surah Al-Ikhlas:

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
1. Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa."
اللَّهُ الصَّمَدُ
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
3. (Allah) tidak beranak dan tiada pula diperanakkan.
وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ
4. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.

Penjelasan Mendalam (Tafsir Singkat)

Setiap ayat dalam rangkaian terjemahan surat al ikhlas 1 4 ini meniadakan semua bentuk kesyirikan dan menetapkan keunikan Allah:

Ayat 1: Tauhid Rububiyah dan Uluhiyah (Ketuhanan yang Maha Esa)

"Katakanlah: 'Dialah Allah, Yang Maha Esa.'" Ayat pertama ini adalah pernyataan tegas. Kata "Ahad" (Maha Esa) berarti satu-satunya, tidak terbagi, dan tidak ada bandingannya. Ini menegaskan bahwa hanya ada satu Tuhan yang berhak disembah.

Ayat 2: Sifat As-Shamad (Tempat Bergantung)

"Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu." As-Shamad adalah sifat yang menunjukkan kemandirian mutlak Allah dan ketergantungan mutlak segala makhluk kepada-Nya. Tidak ada yang bisa hidup tanpa pertolongan dan pemeliharaan-Nya. Ia adalah kebutuhan primer bagi seluruh alam semesta.

Ayat 3: Penolakan Kemiripan dengan Makhluk (La Walad)

"(Allah) tidak beranak dan tiada pula diperanakkan." Ayat ini secara spesifik menolak anggapan bahwa Allah memiliki keturunan (seperti konsep anak Tuhan) atau bahwa Dia dilahirkan. Konsep beranak dan dilahirkan menunjukkan adanya awal dan akhir, yang mana keduanya bertentangan dengan kesempurnaan dan kekekalan Allah.

Ayat 4: Penolakan Kesetaraan (Kufuwan)

"Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia." Lafaz "Kufuwan" berarti sepadan, tandingan, atau setara. Tidak ada apapun di alam semesta, baik dari segi zat, sifat, maupun perbuatan, yang bisa menyamai keagungan Allah SWT. Ini adalah pilar utama Tauhid.

Kisah Penurunan Surah dan Relevansinya

Dikisahkan bahwa ketika orang-orang Quraisy menanyakan kepada Rasulullah SAW tentang nasab atau zat Tuhannya—siapa yang melahirkan-Nya dan siapa bapak-Nya—maka turunlah surah ini sebagai bantahan yang sempurna. Dengan membaca dan merenungi terjemahan surat al ikhlas 1 4, seorang Muslim menegaskan kembali sumpahnya bahwa ibadahnya murni ditujukan hanya kepada Dzat yang Maha Sempurna dan Maha Tunggal tersebut.

Surah Al-Ikhlas mengajarkan kita untuk fokus pada konsep Tuhan yang murni, menghilangkan segala macam perumpamaan atau kesalahan persepsi manusiawi terhadap-Nya. Ia adalah fondasi utama bagi setiap amal ibadah dan keyakinan seorang Muslim. Pemahaman yang utuh terhadap empat ayat ini memastikan bahwa pondasi keimanan kita kokoh di atas prinsip Tauhid yang tidak tercemari oleh takhayul atau keraguan sedikit pun.

🏠 Homepage