Ilustrasi visualisasi malam yang penuh cahaya.
Di antara rentetan 114 surah dalam Al-Qur'an, terdapat satu surah pendek namun memiliki bobot yang tak terhingga, yaitu Surah Al-Qadr. Surah yang terdiri dari lima ayat ini adalah permata yang menjelaskan tentang Malam Lailatul Qadr—malam yang lebih baik dari seribu bulan. Memahami dan merenungkan teks surah ini adalah kunci untuk meraih keberkahan yang dijanjikan Allah SWT.
Berikut adalah teks Surah Al-Qadr, baik dalam bahasa Arab (asli) maupun terjemahannya dalam bahasa Indonesia, sebagai pengingat akan kedudukan malam mulia ini.
Setiap ayat dalam Surah Al-Qadr menyimpan hikmah yang luar biasa. Ayat pertama menegaskan momen monumental diturunkannya Al-Qur'an. Ini bukan sekadar penurunan kitab, melainkan penetapan hukum, petunjuk, dan rahmat tertinggi bagi umat manusia. Kejadian ini pantas mendapatkan malam khusus yang diabadikan.
Ayat kedua menggunakan gaya retorika pertanyaan ("Dan tahukah kamu..."). Pertanyaan retoris ini berfungsi untuk memicu rasa penasaran dan hormat pendengar. Seolah-olah Allah ingin menekankan bahwa keagungan malam ini melampaui pemahaman akal manusia biasa, sehingga memerlukan wahyu khusus untuk menjelaskannya.
Puncak dari keagungan ini terletak pada ayat ketiga: "Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan." Seribu bulan setara dengan sekitar 83 tahun. Mengartikan amal ibadah selama Lailatul Qadr seperti beribadah non-stop selama rentang waktu yang sangat panjang tersebut. Ini adalah janji keuntungan spiritual yang sangat besar bagi mereka yang menghidupkannya dengan ketaatan.
Ayat keempat menjelaskan siapa saja yang terlibat dalam kemuliaan malam tersebut. Turunnya para malaikat, dipimpin oleh Ruhul Amin (Jibril AS), menunjukkan betapa padatnya malam itu dengan intervensi ilahi. Mereka membawa "semua urusan," yang ditafsirkan sebagai ketetapan tahunan, berkah, dan rahmat yang diperintahkan Allah untuk disampaikan ke bumi. Kehadiran spiritual ini menjadikan atmosfer malam Lailatul Qadr sarat dengan berkah yang mengalir.
Penutup surah, ayat kelima, memberikan jaminan ketenangan: "Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." Kata "salam" (kesejahteraan/damai) menekankan bahwa malam tersebut bebas dari segala bencana dan keburukan. Suasana spiritual yang tercipta adalah kedamaian total yang memungkinkan seorang hamba untuk fokus penuh dalam ibadah dan munajat tanpa gangguan batin maupun duniawi. Inilah alasan mengapa umat Islam berlomba-lomba mencari dan mengisi malam ini dengan shalat, doa, tilawah, dan i'tikaf.
Surah Al-Qadr mengajarkan bahwa nilai sebuah waktu tidak diukur dari durasi fisiknya, melainkan dari kualitas spiritual yang terkandung di dalamnya. Keutamaan Lailatul Qadr—yang diperkirakan jatuh di sepuluh hari terakhir Ramadan, terutama pada malam-malam ganjil—mendorong setiap Muslim untuk meningkatkan kualitas ibadahnya di bulan suci tersebut.
Kita diinstruksikan untuk memaksimalkan setiap detik di malam yang penuh berkah ini. Ketika kita membaca atau merenungkan surah ini, kita diingatkan bahwa kesempatan untuk mendapatkan pahala yang setara dengan 83 tahun ibadah hanyalah datang sekali dalam setahun. Oleh karena itu, perhatian penuh, kesungguhan dalam berwudhu, shalat malam yang khusyuk, serta memohon ampunan menjadi amalan utama di malam Al-Qadr.
Keutamaan surah ini juga menjadi motivator agar kita selalu menjaga hubungan baik dengan Al-Qur'an sepanjang tahun, karena malam kemuliaan ini adalah malam di mana Al-Qur'an pertama kali diturunkan. Menghidupkan Al-Qur'an dalam keseharian adalah cara terbaik untuk merasakan kembali kemuliaan Lailatul Qadr, meskipun di luar malam spesial tersebut.
Dengan demikian, Surah Al-Qadr bukan sekadar narasi tentang peristiwa masa lalu, melainkan panduan praktis tentang bagaimana mencari nilai tertinggi dalam waktu yang terbatas. Ia adalah undangan Ilahi untuk merenungkan kembali prioritas hidup dan mencari keridhaan-Nya melalui ketaatan di malam yang penuh keajaiban tersebut.