Surah Al-Fil (Gajah) adalah salah satu surah pendek dalam Al-Qur'an yang menceritakan kisah luar biasa mengenai mukjizat pertolongan Allah kepada Ka'bah. Kisah ini terjadi menjelang kelahiran Nabi Muhammad SAW, ketika seorang raja Yaman yang sombong bernama Abrahah Al-Asyram ingin menghancurkan Ka'bah di Mekkah karena ia merasa iri melihat orang Arab Badui berziarah ke sana. Abrahah ingin mengalihkan perhatian jamaah haji ke gereja megah yang dibangunnya di Yaman.
Rencana besar Abrahah ini melibatkan pasukan militer yang sangat besar, termasuk gajah-gajah besar yang belum pernah dilihat oleh penduduk Mekkah sebelumnya. Tujuan utamanya adalah menimbulkan teror sehingga tidak ada seorang pun yang berani menghalangi penyerangan ke rumah suci Allah. Namun, Allah SWT telah menetapkan rencana yang jauh lebih besar, yaitu melindungi rumah-Nya.
Setelah Allah SWT menolak upaya Abrahah untuk menaklukkan Mekkah dengan kekuatan militer konvensional, Allah mengirimkan bala bantuan yang tak terduga. Inilah inti dari ayat-ayat selanjutnya, yang secara dramatis menggambarkan penghancuran total pasukan tersebut.
Tuliskan Surah Al-Fil Ayat ke 3 (sebagaimana tertulis di atas) menjadi narasi klimaks dari peristiwa tersebut. Ayat ini memperkenalkan aktor utama dalam pertolongan ilahi: Al-Abābil (الْأَبَابِيلَ).
Kata "Al-Abābil" diterjemahkan sebagai burung-burung yang datang secara berbondong-bondong atau berkelompok-kelompok. Para mufassir menjelaskan bahwa burung-burung ini bukan burung biasa; ukurannya kecil, tetapi jumlahnya sangat banyak hingga menutupi langit. Mereka datang dari segala penjuru untuk melaksanakan misi penghancuran.
Senjata yang dibawa oleh burung-burung ini adalah "hijāratan min sijjīl" (حِجَارَةً مِّن سِجِّيلٍ). Kata "hijāratan" berarti batu-batu kecil. Namun, yang membuatnya mematikan adalah deskripsi "min sijjīl". Para ahli tafsir menjelaskan bahwa "sijjīl" berarti batu yang keras seperti batu bata yang telah dibakar di dalam neraka, atau batu yang sangat panas dan padat.
Ketika batu-batu kecil yang panas membakar ini menghantam pasukan Abrahah, dampaknya sangat dahsyat. Batu tersebut tidak hanya melukai, tetapi juga menghancurkan tubuh dan peralatan perang mereka secara total, sebagaimana dijelaskan dalam ayat selanjutnya. Ayat ke-3 ini adalah titik balik dramatis di mana kesombongan manusia (Abrahah) berhadapan langsung dengan kekuatan alam yang dikendalikan oleh Yang Maha Kuasa.
Kisah dalam Surah Al-Fil, yang puncaknya terdapat pada ayat ke-3, memberikan pelajaran mendasar bagi umat manusia. Pertama, ia menunjukkan bahwa kekuasaan Allah SWT jauh melampaui kekuatan militer dan materi apa pun yang dimiliki manusia. Pasukan yang dilengkapi gajah, simbol kekuatan tempur pada masa itu, tidak berarti apa-apa di hadapan pertolongan ilahi.
Kedua, ini menegaskan janji Allah untuk menjaga kehormatan dan tempat-tempat suci-Nya. Mekkah dan Ka'bah dihormati dan dijaga karena merupakan pusat ibadah tauhid. Kisah ini menjadi penguat keimanan bagi masyarakat Quraisy, yang kemudian menjadi saksi langsung kebenaran kenabian Muhammad SAW, bahkan sebelum beliau diangkat menjadi Rasul.
Ketiga, pelajaran tentang kesombongan. Abrahah percaya bahwa kekuatannya tidak tertandingi. Namun, kesombongan seperti itu selalu berujung pada kehancuran total. Allah tidak membutuhkan tentara manusia untuk menghancurkan musuh-Nya; cukup dengan mengirimkan makhluk-Nya yang paling sederhana, yaitu burung-burung kecil, untuk menyelesaikan tugas tersebut. Oleh karena itu, ayat ini mengajarkan kerendahan hati dan selalu bergantung penuh kepada Allah dalam menghadapi segala bentuk ancaman, baik yang besar maupun yang tersembunyi.