Ikon Waktu Dhuha
Pengenalan Surat Ad-Dhuha
Surat Ad-Dhuha merupakan salah satu surat pendek dalam Al-Qur'an yang memiliki makna mendalam dan membangkitkan semangat. Surat ini terletak di Juz Amma dan memiliki urutan surat Ad-Dhuha yang spesifik dalam mushaf. Memahami posisi surat ini sangat penting bagi pembaca Al-Qur'an, baik dalam konteks hafalan maupun pemahaman urutan penurunannya.
Ad-Dhuha, yang secara harfiah berarti "waktu matahari sepenggalahan naik", adalah surat ke-93 dalam susunan Al-Qur'an mushaf standar. Surat ini diturunkan untuk menenangkan hati Nabi Muhammad SAW di masa-masa sulit, terutama ketika wahyu sempat terhenti sesaat. Pesan utama surat ini adalah pengingat akan rahmat dan kasih sayang Allah SWT yang selalu menyertai hamba-Nya, bahkan ketika keadaan terasa sepi atau tertinggal.
Urutan Surat Ad-Dhuha dalam Al-Qur'an
Al-Qur'an disusun dalam 114 surat, dimulai dari Al-Fatihah hingga An-Nas. Urutan ini telah ditetapkan berdasarkan ketetapan dari Allah SWT melalui Rasulullah SAW. Untuk menemukan urutan surat Ad-Dhuha, kita perlu melihat nomor urutnya dalam susunan mushaf.
Berikut adalah posisi spesifik Surat Ad-Dhuha:
- Nomor Urut: Surat ke-93
- Juz: Juz ke-30 (Juz 'Amma)
- Surat Sebelumnya: Surat Al-Layl (Surat ke-92)
- Surat Sesudahnya: Surat Asy-Syarh (Surat ke-94)
Penempatan surat ini secara berurutan dengan surat-surat lainnya menunjukkan kesinambungan pesan dan tema dalam Al-Qur'an. Urutan ini dikenal sebagai tartib tawqifi, yaitu urutan yang ditetapkan langsung oleh wahyu dan bukan hasil ijtihad sahabat.
Makna Penting di Balik Urutan
Meskipun Surat Ad-Dhuha memiliki urutan surat Ad-Dhuha yang telah ditetapkan, pemahaman tentang konteks penurunannya menambah kedalaman maknanya. Surat ini turun setelah jeda wahyu yang membuat Nabi Muhammad SAW merasa cemas. Kehadiran surat ini segera setelah Surat Al-Layl (yang berbicara tentang malam dan kegelapan) memberikan kontras yang kuat.
Jika Surat Al-Layl mengingatkan tentang kegelapan dan kesulitan yang mungkin dihadapi, Surat Ad-Dhuha (93) hadir membawa cahaya pagi, memberikan pengharapan baru. Urutan ini seolah-olah menggambarkan siklus kehidupan manusia: setelah kesulitan (malam), akan selalu datang kemudahan (dhuha).
Setelah Ad-Dhuha (93), datang Surat Asy-Syarh (94), yang juga sering disebut Al-Insyirah. Kedua surat ini sering dibaca berurutan karena memiliki tema yang sangat mirip, yaitu janji Allah bahwa kesulitan pasti akan diikuti dengan kelapangan. Surat Asy-Syarh memperkuat pesan yang dibawa oleh Ad-Dhuha, menjadikannya satu kesatuan tema yang kuat di dalam Juz ke-30.
Keutamaan dan Kedudukan
Mengetahui urutan surat Ad-Dhuha juga membantu dalam konteks pembacaan rutin. Banyak Muslim yang mengamalkan pembacaan Surat Ad-Dhuha dan Asy-Syarh secara rutin pada waktu pagi (waktu Dhuha) sebagai bentuk zikir dan syukur. Membaca surat-surat ini pada waktu yang sesuai dengan namanya sendiri membawa kekhusyukan tersendiri.
Keutamaan membaca kedua surat ini sangat besar, terutama dalam memohon kelancaran rezeki dan kemudahan dalam urusan. Dengan memahami posisinya yang berdekatan dengan Asy-Syarh, pembaca dapat mengintegrasikan pesan keduanya secara lebih harmonis.
Sebagai kesimpulan, Surat Ad-Dhuha adalah surat ke-93 dalam Al-Qur'an. Penempatannya yang strategis, bersebelahan dengan Surat Al-Layl dan Asy-Syarh, memberikan narasi yang utuh tentang pergantian keadaan dari sulit menuju mudah. Memahami urutannya adalah langkah awal untuk menghayati keseluruhan pesan yang terkandung di dalamnya.