Ilustrasi Surat Al-Kahfi
Surat Al-Kahfi adalah surat ke-18 dalam susunan mushaf Al-Qur'an dan merupakan salah satu surat yang memiliki kedudukan istimewa, terutama karena keutamaannya jika dibaca pada hari Jumat. Namun, seringkali muncul pertanyaan mengenai penempatan surat ini dalam urutan mushaf standar. Memahami urutan surat Al-Kahfi adalah kunci untuk menghargai tatanan kompilasi Al-Qur'an yang telah ditetapkan sejak zaman sahabat.
Al-Qur'an tersusun secara sistematis, dimulai dari Al-Fatihah dan diakhiri dengan An-Nas. Surat Al-Kahfi, yang memiliki 110 ayat, berada di antara dua surat besar lainnya: Surat Al-Isra’ (sebelumnya) dan Surat Maryam (sesudahnya). Dalam konteks penomoran, Al-Kahfi berada tepat setelah surat ke-17 dan sebelum surat ke-19.
Penentuan urutan surat dalam Al-Qur'an, yang dikenal sebagai tartib, adalah berdasarkan pada urutan yang diajarkan langsung oleh Nabi Muhammad SAW kepada para penulis wahyu (sahabat). Urutan ini bersifat tawqifi (tetap/berdasarkan wahyu), berbeda dengan urutan ayat dalam satu surat yang turun secara kronologis.
Berikut adalah urutan ringkas dari surat-surat yang mengapit Al-Kahfi, membantu kita menempatkan urutan surat Al-Kahfi secara akurat:
Surat Al-Kahfi dinamakan "Al-Kahfi" (Gua) karena mengandung kisah utama tentang Ashabul Kahfi (Pemuda Ashabul Kahfi) yang tertidur di dalam gua selama ratusan tahun untuk menyelamatkan keimanan mereka dari penguasa tiran. Kisah ini, beserta tiga kisah penting lainnya (pemilik kebun yang sombong, kisah Nabi Musa dan Khidr, serta Dzulkarnain), memberikan pelajaran mendalam tentang fitnah duniawi, kesabaran, ilmu, dan kekuasaan.
Meskipun surat-surat dalam Al-Qur'an tidak disusun berdasarkan kronologi turunnya wahyu, penempatan Al-Kahfi di posisi ke-18 ini membawa hikmah tersendiri. Setelah menghadapi cobaan dakwah yang panjang dan berat (seperti yang diceritakan dalam surat-surat sebelumnya seperti Al-Isra’ yang membahas perjalanan malam Nabi), pembaca disuguhkan dengan kisah-kisah yang menenangkan jiwa dan menguatkan keyakinan bahwa pertolongan Allah pasti datang bagi mereka yang memegang teguh prinsip kebenaran.
Ketika kita merujuk pada Al-Qur'an yang kita baca hari ini—baik cetakan Indonesia, Timur Tengah, maupun lainnya—urutan surat Al-Kahfi selalu konsisten di nomor 18. Ini menegaskan konsistensi dan pemeliharaan Al-Qur'an dari generasi ke generasi. Meskipun studi kronologis turunnya ayat (nuzulul ayat) sangat bermanfaat untuk memahami konteks sosial saat ayat diturunkan, pembacaan dan penghafalan harus mengikuti tartib mushafi ini.
Maka, ketika seseorang berniat membaca Al-Kahfi di hari Jumat, ia membuka mushafnya pada surat ke-18. Memahami posisi ini juga memudahkan para penghafal untuk mengingat rangkaian surat-surat pendek di Juz 'Amma dan transisi dari surat-surat panjang di Juz Awal.
Kesimpulannya, urutan surat Al-Kahfi adalah surat ke-18 dalam Al-Qur'an, diapit oleh Al-Isra’ (sebelum) dan Maryam (sesudah). Urutan ini adalah bagian dari ketetapan Ilahi yang terjaga, memastikan bahwa setiap pembaca mendapatkan hikmah yang terstruktur dari kitab suci ini.