Salah satu aspek penting dalam memahami Al-Qur'an adalah mengetahui susunan atau urutan surat di dalamnya. Susunan ini bukanlah urutan ketika wahyu diturunkan, melainkan susunan yang ditetapkan oleh Nabi Muhammad SAW berdasarkan petunjuk dari Jibril 'alaihissalam, dan inilah yang kita temukan dalam mushaf standar saat ini.
Surat Al-Lahab, yang juga dikenal dengan nama lain seperti Surat Tabbat Yadā Abī Lahab wa Tabb, memiliki posisi yang sangat spesifik dan final dalam kitab suci umat Islam ini. Untuk mengetahui urutan surat Al-Lahab, kita perlu melihat nomor urutnya di antara 114 surat yang ada.
Secara kronologis dalam mushaf, Surat Al-Lahab menempati posisi sebagai surat terakhir. Ia menjadi penutup dari keseluruhan Al-Qur'an yang terdiri dari 114 surat. Meskipun sering dikelompokkan bersama surat-surat pendek lainnya dalam Juz 'Amma (juz ke-30, surat ke-78 hingga ke-114), posisinya secara absolut adalah yang paling akhir.
Sebelum Al-Lahab, terdapat Surat Al-Falaq (Surat ke-113). Surat Al-Falaq dan Al-Lahab (bersama Surat An-Nas, Al-Ikhlas, dan Al-Kafirun) seringkali dibaca bersamaan untuk perlindungan, terutama setelah shalat atau sebelum tidur. Namun, dalam urutan standar Al-Qur'an, Al-Lahab selalu mengakhiri rangkaian tersebut.
Struktur penutupan ini memberikan sebuah penekanan naratif. Jika Surat Al-Falaq (Permohonan perlindungan dari kejahatan yang tampak atau tersembunyi) dan Surat An-Nas (Permohonan perlindungan dari godaan setan) menjadi penutup yang agung mengenai hubungan manusia dengan Tuhan dan permohonan perlindungan Ilahi, maka Surat Al-Lahab menjadi penutup yang berupa peringatan tegas.
Surat Al-Lahab turun mengenai Abu Lahab dan istrinya, yang merupakan paman Nabi Muhammad SAW dan termasuk orang yang paling keras menentang dakwah Islam di Mekkah. Ayat-ayatnya memberikan ancaman keras terhadap kekafiran dan permusuhan terhadap risalah kenabian.
Meskipun urutan pewahyuan (nuzul) Al-Lahab berada di urutan awal kenabian, penyusunannya di akhir mushaf tidak mengurangi validitas maupun pentingnya pesan yang dibawanya. Tujuan utama dari urutan mushaf adalah memudahkan penghafalan, pembacaan yang terstruktur, dan memudahkan umat Islam dalam merujuk ayat-ayat tertentu.
Untuk mempermudah mengingat, kita bisa melihat tiga surat terakhir:
Penting untuk selalu membedakan antara urutan mushaf (yang kita pegang saat ini) dan urutan pewahyuan. Surat yang turun pertama kali diyakini adalah Al-'Alaq (ayat 1-5). Surat Al-Lahab, diperkirakan turun di periode Mekkah awal, jauh sebelum surat-surat Madaniyah yang membahas hukum dan pemerintahan.
Ketika Nabi SAW menerima wahyu, beliau akan memberitahu sahabatnya di mana ayat atau surat itu harus diletakkan di antara surat-surat yang sudah ada. Proses inilah yang menghasilkan urutan 114 surat yang kita kenal sekarang. Surat Al-Lahab diletakkan di urutan terakhir, mungkin untuk menutup rangkaian peringatan keras sebelum Surat An-Nas (yang menjadi penutup perlindungan umum).
Memahami urutan surat Al-Lahab sebagai yang ke-114 membantu pembaca Al-Qur'an untuk menempatkan surat ini secara kontekstual dalam keseluruhan struktur wahyu Allah SWT. Setiap surat, dari Al-Fatihah (pembuka) hingga Al-Lahab (penutup), memiliki peran integral dalam membangun pemahaman Islam yang komprehensif.
Dengan demikian, jika Anda membuka mushaf Al-Qur'an, surat yang Anda cari akan berada di halaman terakhir, mengakhiri rangkaian kitab yang agung ini dengan sebuah peringatan yang jelas dan lugas. Urutan ini adalah warisan dari bimbingan kenabian yang dijaga kesempurnaannya hingga hari ini.