Dalam lanskap spiritual Islam, seruan untuk shalat atau adzan memegang peranan sentral. Ini bukan sekadar pengumuman waktu, melainkan sebuah ritual suci yang merangkai koneksi vertikal antara hamba dengan Sang Pencipta. Di antara banyak suara merdu yang pernah mengisi udara dengan kalimat-kalimat agung tersebut, nama Syekh Muhammad Rifaat Al-Pasya, atau yang lebih dikenal melalui lantunan khasnya, Adzan Muammar, seringkali disebut sebagai salah satu representasi kesempurnaan vokal dalam adzan.
Lantunan adzan yang dibawakan oleh Muammar R.O. Ba’asyir telah menjadi ikon tersendiri bagi banyak umat Muslim di seluruh dunia. Keunikan suaranya, yang memiliki resonansi mendalam, teknik vokal yang dikuasai penuh, serta penjiwaan yang luar biasa, menjadikannya standar emas bagi banyak orang yang ingin mendalami seni adzan. Popularitasnya bukan datang tanpa sebab. Ia mewakili perpaduan antara ketelitian tajwid yang sempurna dan kemampuan artistik yang jarang ditemukan.
Secara harfiah, adzan berarti 'pemberitahuan'. Namun, dalam konteks keagamaan, maknanya jauh melampaui sekadar informasi jadwal. Adzan adalah isyarat universal yang mengajak komunitas untuk menghentikan sementara hiruk pikuk duniawi dan menghadap hadirat Tuhan. Setiap pengulangan kata "Allahu Akbar" (Allah Maha Besar) adalah pengingat bahwa segala urusan duniawi bersifat relatif dibandingkan keagungan Ilahi.
Ketika seseorang mendengarkan lantunan indah seperti Adzan Muammar, resonansi emosional seringkali muncul. Suaranya membawa ketenangan, mengusir kegelisahan, dan menumbuhkan rasa rindu untuk segera bersujud. Ini menunjukkan bahwa kualitas vokal seorang muezzin memiliki dampak psikologis yang signifikan terhadap pendengarnya. Teknik pernapasan, panjang pendeknya jeda (waqaf dan ibtida'), serta penguasaan tangga nada (maqamat) yang digunakan oleh Almarhum Muammar berkontribusi besar pada efek magis ini. Ia mampu menciptakan atmosfer spiritual yang mendalam hanya melalui suaranya.
Banyak penikmat seni suara Islami mempelajari cara Muammar mengolah vokal. Salah satu ciri khas yang menonjol adalah penggunaan vibrato yang terkontrol dan kemampuan mempertahankan nada tinggi tanpa terlihat memaksakan. Dalam beberapa rekaman, terdengar adanya variasi melodi yang elegan, menandakan pemahaman mendalam mengenai kaidah maqamat Arab, meskipun ia berasal dari Indonesia.
Pengaruh Adzan Muammar tidak hanya terbatas pada para muezzin amatir. Banyak imam dan qari profesional mengakui keahliannya. Ia menunjukkan bahwa adzan, meskipun bersifat ritualistik dan terikat pada teks baku, tetap membuka ruang bagi ekspresi seni yang kaya, asalkan tidak keluar dari batas syariat dan kaidah pelafalan yang benar. Perhatian terhadap detail seperti penekanan huruf 'H' (Ha) yang jelas, serta pengucapan 'Ain' yang tegas, menunjukkan dedikasinya terhadap kesempurnaan tata cara.
Meskipun beliau telah wafat, warisan suara beliau tetap hidup melalui berbagai platform rekaman. Mendengarkan kembali Adzan Muammar adalah sebuah perjalanan nostalgia spiritual bagi banyak generasi. Di era digital saat ini, rekaman beliau tetap diputar di masjid-masjid, menjadi referensi dalam pengajaran adzan di pesantren, bahkan menjadi musik latar bagi mereka yang mencari kedamaian batin di tengah kesibukan.
Keindahan adzan sejatinya terletak pada pesan tauhid yang dibawanya. Namun, ketika pesan tersebut disampaikan dengan keindahan vokal yang luar biasa, dampaknya berlipat ganda. Syekh Muammar Ba’asyir telah meninggalkan jejak tak terhapuskan, membuktikan bahwa ketulusan dalam beribadah, ketika dipadukan dengan bakat alamiah yang diasah, dapat menghasilkan karya abadi yang terus menginspirasi umat Islam untuk merespons panggilan shalat dengan hati yang penuh khidmat. Suaranya adalah pengingat lembut bahwa di antara kesibukan mencari rezeki, ada panggilan yang lebih mendesak untuk kembali kepada sumber segala keberkahan.