Lailatul Qadar, atau Malam Kemuliaan, adalah salah satu malam yang paling agung dan paling ditunggu dalam kalender Hijriah, khususnya di bulan Ramadan. Malam ini memiliki kedudukan yang jauh melebihi seribu bulan, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur'an. Keistimewaan malam ini menjadikan umat Islam berlomba-lomba untuk mencari dan mengisi malam tersebut dengan ibadah terbaik.
Kisah Penurunan Al-Qur'an
Inti dari kemuliaan Lailatul Qadar adalah peristiwa bersejarah ketika Allah SWT memutuskan untuk menurunkan Al-Qur'an, firman-Nya yang terakhir dan penyempurna, kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril. Penurunan ini tidak sekaligus, melainkan secara bertahap selama 23 tahun. Namun, momen awal penurunan yang menjadi tonggak utama inilah yang diperingati sebagai Lailatul Qadar.
Karena kedahsyatan momen tersebut, Allah SWT menurunkan satu surah khusus yang menceritakan tentang malam ini, yaitu Surah Al-Qadr (Surah ke-97). Membaca dan merenungkan surah ini adalah cara utama untuk memahami betapa pentingnya malam tersebut.
Surah Al-Qadr dalam Tulisan Rumi
Bagi pembaca yang mungkin masih dalam proses mempelajari bacaan Arab atau sekadar ingin memperlancar pengucapan berdasarkan transliterasi Latin (Rumi), berikut adalah teks Surah Al-Qadr yang ringkas namun padat makna:
Wa maa adraaka maalatul qadr.
Lailatul qadru khairum min alfi syahr.
Tanazzalul malaaa-ikatu warruhu fiihaa bi-idzni rabbihim min kulli amr.
Salaamun hiya hattaa mathla'il fajr.
Penjelasan Singkat Ayat per Ayat
Terjemahan dan maknanya memberikan gambaran yang jelas tentang keagungan malam tersebut:
- Innaa anzalnaahu fii lailatil qadr (Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan). Ayat ini langsung menegaskan bahwa Al-Qur'an adalah rahmat terbesar yang diturunkan pada malam itu.
- Wa maa adraaka maalatul qadr (Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?). Pertanyaan retoris ini menekankan betapa besarnya misteri dan keagungan malam tersebut, yang tidak dapat diukur oleh pemahaman manusia biasa.
- Lailatul qadru khairum min alfi syahr (Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan). Inilah inti dari keistimewaan ini. Beribadah pada malam ini, walau hanya sebentar, bernilai lebih baik dari ibadah terus-menerus selama 83 tahun lebih.
- Tanazzalul malaaa-ikatu warruhu fiihaa bi-idzni rabbihim min kulli amr (Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya membawa setiap urusan). Malam ini dipenuhi oleh kehadiran para malaikat, termasuk pemimpin mereka, Ruh (Jibril), membawa ketetapan ilahi untuk tahun berikutnya.
- Salaamun hiya hattaa mathla'il fajr (Malam itu penuh kesejahteraan (keselamatan) hingga terbit fajar). Keamanan, kedamaian, dan rahmat Allah turun melimpah ruah, menjauhkan segala keburukan hingga datangnya waktu Subuh.
Mencari Lailatul Qadr di Sepuluh Hari Terakhir
Meskipun waktu pastinya dirahasiakan oleh Allah SWT, Rasulullah SAW memberikan petunjuk kuat bahwa malam kemuliaan ini berada di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, khususnya pada malam-malam ganjil. Hikmah dari kerahasiaan ini adalah agar umat Islam senantiasa meningkatkan kualitas ibadah mereka sepanjang bulan Ramadan, tidak hanya fokus pada beberapa malam tertentu.
Oleh karena itu, menghidupkan sepuluh hari terakhir Ramadan dengan shalat, doa, dzikir, dan membaca Al-Qur'an adalah bentuk penghormatan kita terhadap Lailatul Qadar. Memahami Surah Al-Qadr dalam berbagai bacaan, termasuk Rumi, dapat membantu kita lebih dekat dengan makna spiritual malam yang penuh berkah ini, mendorong kita untuk bertobat dan memohon ampunan atas segala dosa yang telah diperbuat.
Kesimpulannya, Lailatul Qadar adalah anugerah kosmik yang mengingatkan kita bahwa nilai sebuah waktu tidak diukur dari durasi fisiknya, melainkan dari kandungan spiritual dan kemuliaan ilahi yang melingkupinya.