Bahasa **Sansekerta** (Sanskṛta) adalah salah satu bahasa tertua dan paling berpengaruh di dunia. Berasal dari rumpun bahasa Indo-Arya, bahasa ini bukan sekadar peninggalan sejarah; ia adalah fondasi intelektual dan spiritual bagi banyak peradaban di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Walaupun statusnya kini lebih sering dikaitkan dengan bahasa liturgi, sastra, dan filsafat, pengaruhnya meresap jauh ke dalam bahasa sehari-hari, termasuk bahasa Indonesia modern.
Nama Sansekerta sendiri berarti "yang disempurnakan" atau "yang dibentuk dengan baik," sebuah deskripsi yang mencerminkan struktur tata bahasanya yang sangat teratur dan logis. Secara historis, Sansekerta terbagi menjadi dua fase utama: Sansekerta Veda dan Sansekerta Klasik.
**Sansekerta Veda** adalah bahasa yang digunakan dalam kitab suci Weda, teks Hindu tertua. Teks-teks ini, seperti Rgveda, menawarkan jendela unik ke dalam kehidupan sosial, ritual, dan kosmologi masyarakat kuno India. Struktur bahasa pada fase ini cenderung lebih fleksibel dan kaya akan variasi dialektal.
Fase kedua, **Sansekerta Klasik**, mencapai puncak kodifikasinya melalui karya ahli tata bahasa legendaris, Pāṇini, melalui karyanya yang monumental, *Aṣṭādhyāyī*. Karya ini, yang ditulis sekitar abad ke-4 SM, menetapkan aturan tata bahasa yang begitu komprehensif sehingga dianggap sebagai salah satu pencapaian linguistik terbesar dalam sejarah umat manusia. Sistem Pāṇini memungkinkan ekspresi yang sangat presisi dan bebas dari ambiguitas.
Daya tarik utama Sansekerta terletak pada arsitektur bahasanya. Sebagai bahasa flektif, Sansekerta menggunakan banyak infleksi—akhiran yang ditambahkan pada akar kata untuk menunjukkan peran gramatikal (kasus), jumlah, dan gender. Bahasa ini memiliki delapan kasus tata bahasa, yang memungkinkan fleksibilitas tinggi dalam urutan kata tanpa kehilangan makna inti kalimat.
Inilah yang membuat puisi dan mantra Sansekerta memiliki ritme dan kedalaman makna yang tak tertandingi. Selain itu, sistem fonetiknya sangat kaya, dengan pembedaan bunyi yang teliti, yang diyakini oleh para praktisi kuno memiliki efek vibrasi akustik tertentu pada kesadaran manusia. Setiap suku kata dan bunyi dalam mantra diperhitungkan secara cermat.
Pengaruh Sansekerta di wilayah Nusantara, termasuk Indonesia, sangat mendalam, terutama melalui masuknya agama Hindu-Buddha. Sansekerta berfungsi sebagai bahasa ilmu pengetahuan, agama, dan administrasi kerajaan-kerajaan kuno seperti Sriwijaya dan Majapahit.
Banyak sekali kata dalam kosakata bahasa Indonesia yang berasal langsung atau tidak langsung dari Sansekerta. Contohnya meliputi kata-kata dasar seperti: *bahasa* (bhāṣā), *dewa* (deva), *manusia* (manuṣya), *waktu* (vaktu), *sejarah* (itihāsa), dan banyak lagi. Bahkan dalam istilah modern seperti *pemuda* (yuvaka) atau *cendekiawan* (jñānika), kita menemukan akar kata Sansekerta. Bahasa daerah di Bali dan Jawa juga masih sangat mengandalkan leksikon Sansekerta.
Dari epos agung *Mahabharata* dan *Ramayana* hingga teks-teks filosofis seperti Upanishad dan Bhagavad Gita, Sansekerta adalah wadah bagi pemikiran Timur yang mendalam. Teks-teks ini telah membentuk etika, moralitas, dan pandangan dunia bagi jutaan orang selama ribuan tahun. Meskipun bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari telah berevolusi menjadi bahasa modern seperti Hindi, Marathi, dan Bengali, Sansekerta tetap menjadi jembatan yang menghubungkan masa kini dengan kebijaksanaan masa lampau.
Upaya pelestarian terus dilakukan, baik melalui institusi akademik global maupun komunitas pewaris budaya yang masih menggunakannya dalam ritual keagamaan. Mempelajari Sansekerta hari ini bukan sekadar mempelajari bahasa mati, melainkan membuka pintu menuju pemahaman yang lebih kaya tentang sejarah linguistik, struktur logika, dan akar spiritual peradaban Asia.