Surah Al-Fil (Gajah) adalah salah satu penutup yang paling dramatis dalam Juz Amma, menceritakan tentang kegagalan pasukan Abrahah untuk menghancurkan Ka'bah. Kisah ini berakhir dengan pemusnahan total musuh oleh burung-burung Ababil yang membawa batu pijar. Namun, peristiwa bersejarah ini bukanlah akhir dari cerita, melainkan penanda dimulainya serangkaian peristiwa penting yang membentuk fondasi bagi kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Apa yang terjadi setelah Surah Al-Fil? Jawabannya membawa kita pada penegasan takdir ilahi yang telah digariskan. Kemenangan ini memberikan perlindungan dan kedamaian bagi suku Quraisy, suku penjaga Ka'bah. Situasi yang relatif aman inilah yang secara tidak langsung menciptakan momentum sosio-politik yang memungkinkan terjadinya peristiwa paling agung dalam sejarah Islam: Kenabian.
Peristiwa setelah Al-Fil adalah awal dari kedamaian sementara.
Peristiwa penghancuran pasukan Abrahah ini begitu dahsyat dan signifikan sehingga tahun terjadinya peristiwa tersebut dikenal dalam sejarah Arab sebagai 'Amul Fiil (Tahun Gajah). Tahun ini menandai sebuah titik balik spiritual bagi bangsa Arab, khususnya Mekkah. Kemenangan itu dipercaya sebagai bukti bahwa Allah SWT memilih dan menjaga keturunan Isma'il di kota suci itu.
Setelah tahun tersebut, Mekkah menikmati periode stabilitas relatif. Perdagangan berjalan lancar, dan citra Ka'bah sebagai pusat spiritual semakin menguat. Kondisi inilah yang menjadi latar belakang utama bagi kelahiran figur sentral dalam Islam. Masyarakat Quraisy merasa semakin diistimewakan, tanpa menyadari bahwa kemuliaan yang sesungguhnya akan datang melalui seorang anak yatim piatu dari suku mereka sendiri.
Jika kita mencari kronologi langsung, peristiwa setelah Surah Al-Fil membawa kita kurang lebih lima puluh hari hingga beberapa bulan kemudian, menuju peristiwa yang ditunggu-tunggu semesta: kelahiran Nabi Muhammad SAW. Beberapa riwayat menyebutkan kelahiran beliau terjadi pada Tahun Gajah.
Kelahiran Nabi Muhammad SAW dari Abdullah bin Abdul Muthalib dan Aminah binti Wahb adalah puncak dari doa dan penghormatan yang diberikan kepada Mekkah pasca peristiwa Gajah. Perlindungan fisik yang diberikan Allah SWT kepada rumah-Nya (Ka'bah) kemudian dilanjutkan dengan pengiriman rahmat terbesar-Nya kepada seluruh alam. Kemenangan atas Abrahah adalah persiapan medan, memastikan bahwa benih kenabian dapat tumbuh dalam lingkungan yang relatif terbebas dari ancaman militer besar dari luar.
Surah Al-Fil mengajarkan bahwa ketika orang mencoba menghancurkan simbol kesucian, campur tangan Ilahi pasti terjadi. Kisah setelah Surah Al-Fil menunjukkan fase kedua dari rencana Ilahi: bagaimana kedamaian yang dimenangkan itu digunakan untuk menanamkan kebaikan tertinggi. Ini adalah transisi dari peringatan keras (penghancuran musuh) menuju janji manis (pembawa rahmat bagi seluruh alam).
Kontinuitas antara akhir Surah Al-Fil dan awal kehidupan Nabi Muhammad SAW menegaskan tema utama dalam narasi Islam: bahwa Allah SWT selalu mempersiapkan jalan bagi risalah-Nya. Tidak ada peristiwa yang terpisah; setiap kejadian memiliki sebab dan akibat yang terjalin rapi dalam takdir.
Keamanan yang dirasakan setelah kegagalan Abrahah bukanlah tanpa tujuan. Keamanan itu adalah masa inkubasi spiritual. Suku Quraisy sempat bersenang hati karena Ka'bah mereka selamat, namun mereka gagal memahami bahwa keselamatan fisik tersebut hanyalah jaminan bagi kedatangan wahyu yang akan mengubah cara mereka menyembah Allah, sebuah wahyu yang dibawa oleh keturunan mereka sendiri.
Oleh karena itu, mempelajari apa yang terjadi setelah Surah Al-Fil berarti memahami bahwa iman tidak hanya datang melalui mukjizat penghancuran, tetapi juga melalui proses pembinaan sosial dan spiritual yang memuncak pada kelahiran seorang pembawa petunjuk. Peristiwa ini adalah pengingat bahwa perlindungan Ilahi seringkali merupakan prasyarat bagi manifestasi rahmat yang lebih besar.