Dalam susunan mushaf Al-Qur'an, setiap surah memiliki penempatan yang unik dan makna yang mendalam. Salah satu urutan yang sering menjadi pertanyaan bagi pembaca baru adalah surah apa yang mengikuti Surah Al-Fiil (Gajah). Jawabannya adalah **Surah Al-Ma’un** (QS. 107).
Surah Al-Ma’un terletak tepat setelah Surah Al-Fiil. Meskipun kedua surah ini tergolong pendek (keduanya tergolong surah-surah pendek di Juz Amma), pesan yang dibawa sangatlah fundamental, terutama dalam kaitannya dengan praktik keagamaan sejati. Jika Al-Fiil berbicara tentang kekuatan ilahi dalam melindungi Ka'bah dari pasukan gajah, Al-Ma’un bergeser fokusnya ke ranah interaksi sosial dan ketulusan ibadah seorang hamba.
Surah Al-Ma’un terdiri dari tujuh ayat dan diturunkan di Mekkah, menggarisbawahi pentingnya akhlak sebelum ibadah ritual. Nama Al-Ma’un sendiri berarti "barang yang berguna" atau "pertolongan kecil". Makna ini kemudian berkembang dalam tafsir menjadi merujuk pada bantuan kecil yang seringkali diabaikan atau ditahan oleh seseorang.
Secara garis besar, Al-Ma’un mengkritik keras tiga perilaku utama yang menunjukkan kemunafikan dalam beragama, yang sering kali berbanding terbalik dengan pengakuan mereka sebagai Muslim. Ayat-ayatnya disusun sedemikian rupa untuk memberikan peringatan tegas:
Mengapa Surah Al-Fiil dan Al-Ma’un diletakkan berdekatan? Beberapa ulama tafsir melihat adanya kesinambungan tematik, meskipun secara kronologi turunnya berbeda. Al-Fiil melindungi keagungan Ka'bah dari serangan fisik, sementara Al-Ma’un membersihkan Ka'bah dan hati umat dari penyakit sosial dan spiritual. Perlindungan eksternal (Al-Fiil) harus diimbangi dengan pembersihan internal dan sosial (Al-Ma’un).
Pelajaran utama yang kita ambil dari Surah Al-Ma’un adalah bahwa keimanan sejati tidak cukup hanya diucapkan di lisan atau hanya ditunjukkan melalui ritual formal. Islam menuntut manifestasi nyata dari iman tersebut dalam perbuatan sehari-hari, khususnya dalam berinteraksi dengan sesama manusia yang lemah dan dalam menjaga ketulusan ibadah kita kepada Allah SWT.
Mereka yang lalai dalam memberikan Ma’un adalah mereka yang shalatnya tertuju pada pandangan manusia, bukan kepada Allah. Ketika seseorang sibuk memikirkan bagaimana ia terlihat saat bersujud, ia akan cenderung lupa pada tetangganya yang membutuhkan sekadar sebuah wadah atau bantuan kecil. Oleh karena itu, Al-Ma’un menjadi cermin tajam bagi umat Muslim untuk menguji kedalaman komitmen mereka terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan ketulusan dalam pengabdian.
Dengan demikian, Surah Al-Ma’un berfungsi sebagai pengingat abadi bahwa integritas seorang hamba dinilai bukan hanya dari seberapa rajin ia shalat, tetapi juga dari seberapa besar kepeduliannya terhadap nasib anak yatim, fakir miskin, dan kemauan untuk memberikan pertolongan yang paling dasar sekalipun. Ini adalah inti dari ajaran Islam: ibadah ritual harus berjalan seiring dengan akhlak sosial yang mulia.