Surat Al-Kahfi, yang berarti "Gua", adalah salah satu surat istimewa dalam Al-Qur'an. Surat ini sering dianjurkan untuk dibaca pada hari Jumat karena mengandung kisah-kisah penting yang menjadi peringatan besar bagi umat Islam, termasuk kisah Ashabul Kahfi (pemuda Ashabul Kahfi), kisah pemilik kebun yang sombong, kisah Nabi Musa dan Khidr, serta kisah Dzulqarnain.
Namun, selain keseluruhan kisah dan keutamaan membaca surat ini secara utuh, perhatian khusus juga diarahkan pada empat ayat terakhirnya, yaitu ayat 99 hingga ayat 101. Ayat-ayat penutup ini mengandung peringatan keras sekaligus janji pahala besar bagi mereka yang menjauhi kesesatan dan selalu berpegang teguh pada petunjuk Allah SWT.
Para ulama menekankan bahwa empat ayat terakhir ini berfungsi sebagai penutup yang mengikat semua pelajaran dari kisah-kisah sebelumnya, mengarahkan pembaca untuk selalu waspada terhadap fitnah dunia, terutama fitnah terbesar, yaitu fitnah Dajjal, yang sering dikaitkan dengan keutamaan membaca Al-Kahfi secara keseluruhan.
Berikut adalah empat ayat terakhir yang dimaksud, yang berisi penekanan kuat tentang pertemuan dengan Tuhan dan konsekuensi dari pilihan hidup yang diambil di dunia.
Empat ayat ini menyajikan gambaran kiamat yang sangat jelas. Ayat 99 membahas tentang kekacauan hari kiamat ketika semua manusia dikumpulkan setelah tiupan sangkakala pertama. Ini adalah momen ketegasan di mana tidak ada lagi tempat untuk bersembunyi atau beralasan. Semua perdebatan duniawi akan berakhir.
Kemudian, fokus beralih pada nasib orang-orang yang menolak kebenaran. Ayat 100 dan 101 menjelaskan bahwa neraka Jahannam akan diperlihatkan secara nyata kepada orang-orang kafir. Konteks ayat ini sangat kuat: mereka yang matanya tertutup dari tanda-tanda Allah di dunia—tanda-tanda kebesaran-Nya yang tersebar di alam semesta—akan melihat azab-Nya secara langsung di akhirat.
Poin krusial dalam ayat 101 adalah deskripsi kondisi mereka: "matanya tertutup dari mengingat-Ku dan mereka tidak sanggup mendengar." Ini bukan sekadar kebutaan fisik, melainkan kebutaan hati (kefuturan hati). Selama hidup di dunia, mereka memiliki kesempatan untuk melihat bukti-bukti keesaan Allah melalui tadabbur (perenungan) alam dan wahyu, namun mereka memilih untuk menutup diri. Mereka menolak mendengarkan peringatan para rasul.
Oleh karena itu, empat ayat terakhir Surat Al-Kahfi ini menjadi pengingat bagi kita untuk memanfaatkan waktu di dunia. Keutamaan pembacaan Surat Al-Kahfi secara keseluruhan adalah memohon perlindungan dari fitnah, dan ayat penutup ini menutup pembahasan dengan peringatan tegas tentang konsekuensi jika kita lalai dan memilih untuk menutup mata serta telinga dari kebenaran Allah SWT. Keimanan sejati memerlukan keterbukaan mata hati untuk melihat petunjuk dan keterbukaan telinga untuk mendengar hikmah.