Memahami Urutan Turunnya Wahyu
Dalam studi keislaman, khususnya ilmu Ulumul Qur'an, pemahaman mengenai *Asbabun Nuzul* (sebab turunnya ayat) dan kronologi pewahyuan sangatlah penting. Namun, seringkali terjadi kebingungan antara urutan pewahyuan (kronologi) dan urutan penulisan mushaf (susunan ayat dan surah yang kita baca hari ini). Ketika kita membahas pertanyaan, "Surat Al-Lail diturunkan sesudah surat apa?", kita sebenarnya sedang menggali data historis tentang bagaimana wahyu-wahyu tersebut diterima oleh Rasulullah Muhammad SAW.
Surat Al-Lail, yang merupakan surat ke-92 dalam susunan mushaf Utsmani saat ini, dikenal sebagai salah satu surat Makkiyah. Surat Makkiyah umumnya diturunkan pada periode awal kenabian di Mekkah, sebelum Rasulullah SAW berhijrah ke Madinah. Karakteristik utama surat-surat Makkiyah seringkali berfokus pada tauhid, keesaan Allah, hari akhir, dan sifat-sifat Allah yang Maha Kuasa.
Posisi Al-Lail dalam Kronologi Wahyu
Penentuan urutan turunnya sebuah surah didasarkan pada riwayat shahih dari para sahabat yang menjadi saksi penerimaan wahyu, terutama dari riwayat Ibnu Abbas RA. Meskipun penomoran surah dalam mushaf kita mengikuti susunan yang telah ditetapkan oleh Khalifah Utsman bin Affan (berdasarkan kesepakatan sahabat), urutan pewahyuan seringkali berbeda.
Menurut mayoritas riwayat yang disusun oleh para mufassir dan ahli kronologi, **Surat Al-Lail (Surah ke-92) diturunkan setelah Surat Al-A'la (Surah ke-87) dan sebelum Surat At-Tin (Surah ke-95)**. Secara lebih spesifik, jika kita melihat rangkaian urutan wahyu yang diurutkan oleh para ulama seperti al-Suyuthi dan Ibnu Hajar, posisi Al-Lail berada di antara urutan yang cukup awal dalam periode Mekkah.
Jadi, jawaban langsung untuk pertanyaan inti adalah: Surat Al-Lail diturunkan sesudah surat-surat Makkiyah yang lebih awal dan mendahului surat-surat Makkiyah lainnya yang turun belakangan, namun sebelum transisi ke periode Madaniyah. Dalam urutan kronologis pewahyuan, ia muncul setelah Surah yang telah ditetapkan lebih dulu dalam periode tersebut. Sebagai contoh, ia datang setelah rangkaian wahyu yang membahas tentang keagungan penciptaan dan penetapan hari pembalasan.
Mengapa Urutan Kronologis Penting?
Meskipun tidak mempengaruhi keabsahan atau makna fundamental dari ayat-ayat itu sendiri, mengetahui urutan turunnya surat memberikan perspektif mendalam. Pertama, hal ini membantu kita memahami konteks sosial dan psikologis Nabi Muhammad SAW saat menerima wahyu. Wahyu yang turun di awal dakwah seringkali bersifat penguatan akidah dasar, sementara wahyu yang turun belakangan mungkin merespons tantangan spesifik dari kaum musyrikin.
Kedua, mengetahui bahwa Al-Lail adalah surat Makkiyah menegaskan fokus temanya. Surat ini diawali dengan sumpah Allah demi malam yang menyelimuti dan siang yang menerangi, kemudian membahas tentang manusia yang berbeda-beda dalam usahanya mencari keridhaan Allah. Ayat-ayat seperti, "Maka adapun orang yang memberikan hartanya dan bertakwa," dan "Dan orang yang bakhil serta merasa dirinya cukup (tidak perlu kepada Allah)," mencerminkan tantangan moral yang dihadapi umat Islam di Mekkah, di mana persaingan kekayaan dan kesombongan sosial menjadi isu utama.
Perbedaan dengan Urutan Mushaf
Penting untuk menggarisbawahi kembali perbedaan antara urutan pewahyuan dan urutan penulisan yang kita kenal. Susunan dalam mushaf (yang kita kenal 114 surat) disusun berdasarkan ijtihad para sahabat untuk menciptakan keteraturan dalam pembacaan dan penghafalan, bukan berdasarkan kronologi turunnya wahyu. Sebagai ilustrasinya, Surat Al-Fatihah (yang pertama di mushaf) turun secara keseluruhan pada periode Madinah, sedangkan banyak surat pendek yang terletak di akhir mushaf diturunkan jauh sebelumnya di Mekkah.
Dalam konteks Al-Lail, ia berada di urutan 92 dalam mushaf. Jika kita melihat daftar kronologis yang disusun oleh para ulama, Al-Lail berada di urutan yang lebih awal, mungkin sekitar urutan ke-25 atau ke-30 dari surat-surat Makkiyah yang teridentifikasi. Ini menunjukkan bahwa wahyu yang turun lebih awal tidak selalu diletakkan di awal kitab suci.
Kesimpulannya, Surat Al-Lail diturunkan sesudah surat-surat tertentu dalam rangkaian pewahyuan awal di Mekkah, mendahului surat-surat yang lebih panjang atau surat-surat Madaniyah. Mempelajari posisi ini membantu kita menghargai bagaimana Allah mengatur penurunan wahyu-Nya secara bertahap dan sistematis untuk membentuk pemahaman umat Islam dari waktu ke waktu. Pemahaman ini memperkaya tafsir kita terhadap ayat-ayatnya yang penuh makna tentang pengorbanan dan ketakwaan.